Sungguh berat beban hidup yang di jalani Sri Qonita, karena harus membesarkan anak tanpa suami. Ia tidak menyangka, suaminya yang bernama Widodo pamit ingin mencari kerja tetapi tidak pernah pulang. Selama 5 tahun Sri jatuh bangun untuk membesarkan anaknya. Hingga suatu ketika, Sri tidak sanggup lagi hidup di desa karena kerja kerasnya semakin tidak cukup untuk biaya hidup. Sri memutuskan mengajak anaknya bekerja di Jakarta.
Namun, betapa hancur berkeping-keping hati Sri ketika bekerja di salah satu rumah seorang pengusaha. Pengusaha tersebut adalah suaminya sendiri. Widodo suami yang ia tunggu-tunggu sudah menikah lagi bahkan sudah mempunyai anak.
"Kamu tega Mas membiarkan darah dagingmu kelaparan selama 5 tahun, tapi kamu menggait wanita kaya demi kebahagiaan kamu sendiri"
"Bukan begitu Sri, maafkan aku"
Nahlo, apa alasan Widodo sampai menikah lagi? Apakah yang akan terjadi dengan rumah tangga mereka? Kita ikuti.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Buna Seta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
Widodo melangkah gontai membuka pintu depan, terkejut karena Pak Waluyo yang selalu menunggui istrinya tidak biasanya pulang kembali. "Pak Waluyo" ucapnya curiga, Widodo berpikir Sally sengaja menyuruh Waluyo pulang untuk mengawasinya.
"Kata Nyonya, sambil menunggu bubar sekolah saya disuruh mengantar Tuan ke bengkel" Waluyo tahu apa yang Widodo pikirkan.
"Tidak usah, saya berangkat sendiri saja" Widodo menyuruh pak Waluyo kembali ke sekolah. Sementara Widodo dengan mobil mewahnya berangkat ke bengkel.
Salah satu gedung mewah dua lantai berdiri megah di pusat kota. Itulah bengkel yang selama ini mengangkat nama Widodo setinggi-tingginya. Para karyawan yang sedang bekerja mengangguk hormat kepada pimpinan bengkel tersebut ketika Widodo sedang melewati lobby hendak ke ruangan yang berada di lantai dua.
Tiba di ruangan itu Widodo tidak fokus untuk bekerja. Kehadiran dua orang dalam hidupnya mau tak mau harus menoleh ke 5 tahun yang lalu.
Flashback On
Pertama kali bekerja di proyek pembangunan jalan tol, Widodo sangat senang. Namun, sayangnya proyek tersebut sudah sampai di penghujung, tentu saja Widodo hanya mendapat uang sedikit. Saat itu, Widodo sebenarnya ingin pulang kampung, tapi uang tersebut hanya cukup untuk naik bus. Ia tidak mau mengecewakan Sri, terpaksa menunda pulang.
Widodo kesana kemari berusaha mencari pekerjaan agar mendapat uang tambahan, tapi alih-alih mendapat tambahan, uang tersebut justru habis Widodo gunakan untuk makan sehari-hari dan juga membayar kos.
Suatu ketika, Widodo tengah berjalan kaki sambil membawa ijazah SMK teknik mesin. Namun, hingga malam bengkel yang Widodo datangi tidak ada lowongan. Ia beristirahat duduk di trotoar, pandanganya tertuju kepada seorang wanita cantik yang sedang kebingungan di samping mobilnya.
"Ada yang bisa saya bantu Nona?" Widodo bangkit dari trotoar mendekati wanita yang seperti model itu.
"Mobil saya mogok ini Mas, mana jauh dari bengkel lagi" Wanita itu hendak telepon mobil derek agar menarik mobilnya, sebab bengkel pribadi wanita itupun sudah jauh dari tempat itu.
"Boleh saya lihat Non" Widodo ke depan mobil barang kali ada yang bisa dia bantu.
"Boleh-boleh" wanita cantik itu segera membuka kap mobil. Tanpa berpikir buruk ia membiarkan Widodo memeriksa bagian dalam kap mobil.
"Oh... ini ada masalah pada acu nya Non"
"Oh gitu, saya ada serepnya sih, tapi tidak bisa memasang" Wanita itu segera ke belakang mobil diikuti Widodo.
"Biar saya coba bantu pasang Non" Widodo secepatnya ambil acu sebelum pemilik mobil mengambilnya, kemudian membawa ke depan mengganti acu yang rusak.
"Coba nyalakan mobilnya, Non" Widodo menepuk-nepuk telapak tangan untuk menghilangkan debu.
Wanita itu masuk mobil kemudian starter. "Alhamdulillah... sudah nyala Mas. Sebagai ucapan terima kasih, saya mau mengajak Mas makan malam" si wanita menyuruh Widodo masuk mobil.
Widodo yang memang lapar tidak menolak ajakan wanita itu.
"Duduknya di depan saja Mas, nanti orang mengira kalau saya supir" kelakar wanita ketika Widodo hendak membuka pintu belakang.
"Memang Nona tidak malu duduk berdekatan dengan pria dekil seperti saya" ujar Widodo sembari duduk di depan.
Si wanita menoleh cepat menatap wajah Widodo, lalu cekikikan. "Jelas kamu dekil, wajah kamu cemong begitu" ia ambil tissue memberikan kepada Widodo.
Sebelum ambil tissue Widodo menatap penampilan di kaca spion. Widodo tersenyum lalu cepat-cepat mengusap wajahnya yang kena oli dengan tissue.
"Oh iya, kita kan belum kenalan, nama saya Sally" Sally mengenalkan diri sebelum mobil berjalan.
"Nama saya Widodo Non"
"Jangan panggil saya, Non, panggil Sally" pungkas Sally kemudian melanjutkan perjalanan ke salah satu restoran mewah.
Tiba di restoran, Sally memesan makan malam, sambil menunggu pesanan datang, ia banyak tanya tentang Widodo. "Memang Mas Widodo tadi mau ke mana?"
"Saya mau mencari pekerjaan Non, tapi ternyata jika tidak ada yang membawa sulit sekali" Widodo menceritakan beberapa hari ini selama mencari pekerjaan.
"Kamu punya keahlian apa?" Sally menatap Widodo yang nampak menyerah.
"Saya sebenarnya bisa bekerja apa saja, keahlian yang sebenarnya dibidang otomotif, tapi sayangnya beberapa bengkel yang saya datangi tidak ada lowongan pekerjaan" tutur Widodo dengan perasaan menyesal.
"Kalau kamu mau, kamu bisa bekerja di bengkel saya" Sally memang mempunyai bengkel peninggalan almarhum papanya.
"Benarkah? Saya mau, Nona" Widodo seketika bersemangat.
"Benar, dan besok kamu bisa langsung bekerja, tapi bukan sebagai pekerja kasar. Karena saya baru mulai mengelola bengkel peninggalan almarhum Papa, masih harus banyak belajar tentang mengelola bengkel. Nah, Mas Widodo lah nantinya yang akan saya jadikan tangan kanan" Sally yakin Widodo orang yang tepat membimbingnya, karena Sally sendiri sebenarnya seorang model.
"Terima kasih Sally, tapi kan saya hanya lulusan SMK" Widodo yakin bisa melakukan itu tetapi pendidikan harus menunjang.
"Tenang saja Mas Wid, masalah itu sudah saya pikirkan. Mas bisa kok kuliah malam" pungkas Sally karena hidangan makan malam sudah datang.
Semenjak saat itu Widodo diminta Sally agar tidur di bengkel daripada kos, sebab ruangan bengkel tersebut ada kamar yang dulu sering digunakan oleh papa Sally.
Keesokan harinya Widodo mulai bekerja bersama Sally hingga sebulan kemudian. Gaji lumayan besar, fasilitas kuliah, dan mobil untuk Widodo pun tersedia. Sayangnya Widodo jadi lupa jika di kampung halaman ada dua wanita yang menunggu kehadirannya.
Karena hari-harinya selalu berduaan dengan Sally, benih-benih cinta antara Sally dengan Widodo pun tumbuh.
"Kapan Mas Wid mau melamar aku pada Mama?" Sally sudah menunggu momen ini tapi Widodo tak juga melamarnya.
"Apa kamu yakin Sally? Kita baru 1 bulan berhubungan" Widodo balik bertanya. Sejatinya Widodo tidak mau menyia-nyiakan kesempatan emas ini, tapi tiba-tiba ia ingat Sri yang menunggu kehadirannya.
"Kenapa Mas Wid ragu? Usia aku sudah dua puluh lima tahun, aku tidak mau lama-lama berpacaran" jujur Sally karena usianya sudah matang untuk menikah.
"Bukan itu maksudnya Sally, tapi status sosial kita berbeda" Widodo beralasan yang tepat.
"Mas, jangan pikirkan masalah itu, Mommy saja tidak pernah mempersoalkan masalah ini. Atau jangan-jangan Mas Wid hanya berlasan karena sudah punya pacar lain?" Sally nampak curiga.
"Tentu tidak Sally, baiklah aku akan segera melamarmu" Widodo tidak mau kehilangan kesempatan ini.
"Gitu dong" Sally tersenyum. Malam itu juga Widodo melamar Sally. Hingga seminggu kemudian pernikahan itu akan dilaksanakan besok jam 10 pagi. Malam harinya Widodo termenung di dalam kamar bengkel.
"Maaf Sri, bukan maksud aku untuk mengkhianati kamu. Tetapi suatu saat nanti jika aku sudah memiliki semuanya, aku akan menjemput kamu dan anak kita" Widodo tersenyum. Ia yakin Sri yang penurut dan lemah lembut itu suatu ketika nanti pasti menerima ketika diduakan.
Flashback off.
"Kenapa kamu sekarang berubah menjadi wanita pemarah dan keras kepala Sri" Widodo meninju meja kerja. Karena hingga saat ini cintanya kepada Sri tidak berkurang. Ada kelebihan pada diri Sri yang tidak Sally miliki. Widodo menyesal, kini Sri telah berubah, padahal jika Sri menurut kepadanya tentu tidak akan lagi hidup susah.
"Aaagghhh... hancur semuanya" Widodo berteriak.
Tok tok tok.
Saat sedang dalam puncaknya emosi, ada yang mengetuk pintu.
...~Bersambung~...
mknya cuss krja bikin kmu sukses dn bhgiain laras....doll...
sekarang baru merasakan widodo, dulu kemana hati nuranimu menelantarkan sri n laras anak kandungmu