NovelToon NovelToon
Uang Kaget Bergetar

Uang Kaget Bergetar

Status: sedang berlangsung
Genre:Matabatin
Popularitas:6.2k
Nilai: 5
Nama Author: samsuryati

bagaimana rasanya ketika kamu mendapatkan sebuah penawaran uang kaget?

Rara di hina dan di maki selama hidupnya.

Ini semua karena kemiskinan.

Tapi ketika dia merasa sudah menyerah, Dia mendapatkan aplikasi rahasia.

Namanya uang kaget.

Singkatnya habis kan uang, semakin banyak uang yang kau habiskan maka uang yang akan kamu kantongi juga akan semakin banyak.

Tapi hanya ada satu kesempatan dan 5 jam saja.

Saksikan bagaimana Rara menghasilkan uang pertama kali di dalam hidupnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon samsuryati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

22

Kembali ke Rara.

Setelah melambaikan tangan terakhir kepada kakaknya dan kedua orang tuanya yang terbang ke Swiss, Rara berjalan keluar dari area bandara Soekarno-Hatta dengan wajah tenang namun sorot mata yang berat. Meskipun perpisahan itu bukan untuk selamanya, tapi tetap saja meninggalkan kekosongan di dadanya.

Begitu keluar dari terminal, sebuah mobil hitam elegan sudah menunggunya. Di dalamnya, duduk seorang wanita paruh baya dengan penampilan rapi dan wibawa yang tak bisa disangkal.

Dialah Ibu Ratna, manajer keuangan pribadi Rara.Tugasnya adalah mengatur setiap alur masuk dan keluar dana yang kini tumbuh cepat dari berbagai jalur investasi Rara sendiri.

Begitu Rara duduk di kursi penumpang belakang, mobil segera melaju membelah jalanan Jakarta menuju pusat kota.

“Tujuan kita ke Plaza Indonesia, Nona,” ujar Ibu Ratna sambil melirik tablet di pangkuannya.

Plaza kah.

“ Hanya untuk beli dress perpisahan SMA?” tanya Rara sedikit jengah. “Baiklah tapi nggak usah yang ribet…”

Maksudnya Rara ingin pakaian yang sederhana dan simpel.Dia tidak ingin tampil mencolok dalam acara tersebut.

Tapi Ibu Ratna tersenyum tenang.Dia sudah mengatur beberapa rencana untuk Rara .Rara seharusnya hanya tinggal mengikuti dan santai.

“Justru saya ingin Nona tahu… Kita akan ke Maison Calvé. Toko itu salah satu aset investasi Nona. Sedikit memang, tapi cukup membuat Nona punya kedudukan sebagai pemegang saham.” jelas nya.

Orang kaya kan, jadi dia harus memesan secara pribadi di toko khusus.Apalagi sebagai pemilik saham,Rara lebih dari pada pantas untuk mengenakan pakaian bermerek.

Yang paling mengejutkan adalah Rara yang menoleh dengan cepat. "Aku...aku punya saham di... Maison Calvé? Yang butik internasional itu?”

“Betul.” Ibu Ratna mengangguk. “Tadi malam saya cek, beberapa hari yang lalu nona sudah mengalihkan dana investasi Nona ke lini fashion premium. Toko ini salah satunya. Di Indonesia, Maison Calvé memang sudah cukup populer di kalangan elite. Tapi asalnya dari Paris dan saat ini sedang naik daun di Milan dan Tokyo. Brand ini punya potensi pertumbuhan yang sangat menjanjikan.”

Rara menatap jendela mobil, mencoba mencerna informasi itu. “Aku… bahkan nggak tahu nama itu sebelumnya.”

“Itulah gunanya saya di sini, Nona. Untuk memastikan Nona tidak hanya menghabiskan uang, tapi juga menanamkannya di tempat yang tepat. Kalau selama ini Nona hanya melihat dari sisi konsumen, maka sekarang saatnya Nona melihat dari sisi pemilik.”

Mobil mulai memasuki area parkir Plaza Indonesia.

 Dalam hati, Rara masih tidak percaya. Betapa cepat hidupnya berubah. Baru beberapa Minggu yang lalu, ia hanya seorang siswi SMA yang bingung memilih lipstik.

Eh Kini, ia akan memilih gaun di butik ternama yang sebagian sahamnya ia miliki, hanya untuk acara perpisahan sekolah

Ckckck.

Mungkin ini adalah penanda awal dari dunia barunya.

Dan mungkin… dari sinilah langkah barunya benar-benar dimulai.

Suara pintu mobil yang tertutup perlahan disusul dengan langkah sepatu Rara dan Ibu Ratna yang menyusuri area lobi Plaza Indonesia. Gedung megah itu memantulkan cahaya dari setiap dinding kaca dan marmer.

Mereka masuk ke lift yang didominasi lapisan stainless mengilap, dengan pencahayaan lembut yang membuat bayangan wajah mereka terpantul dari segala arah.

 Ibu Ratna berdiri di sampingnya, tegak dan tenang dalam balutan setelan kerjanya yang serba hitam. Tubuhnya sedikit membungkuk hormat saat menekan tombol lantai 3, tempat di mana Maison Calvé berada. Tidak ada obrolan di antara mereka. Hanya ada suara halus dari mekanisme lift yang naik dan detak jantung Rara yang mulai tak menentu.

Rara menarik napas pelan, tangannya mencengkeram tali tasnya erat-erat. Jantungnya berdebar, bukan hanya karena ia akan memilih pakaian mewah di butik internasional, tapi karena fakta bahwa iamemiliki saham di toko itu. Toko yang dulu hanya bisa ia pandangi dari luar sambil mengira-ngira berapa harga satu gaunnya.

Uh kau tau harga satu set nya setara dengan uang jajan Rara selama enam bulan penuh.

Mana berani Rara masuk ke sana.

Kini bukan hanya ia bisa masuk, ia juga memiliki bagian kecil dari tempat itu.

Wajahnya sedikit tegang.

Sesekali matanya melirik ke panel lantai yang terus berubah angka, seolah berharap waktu berjalan lebih lambat.

Tapi Ibu Ratna tetap berdiri kaku, seolah menjadi patung pengawal tanpa suara, tidak menunjukkan ekspresi apapun, baik dorongan semangat maupun ketegangan.

Ding.

Pintu lift terbuka perlahan di lantai ketiga. Aroma parfum mewah dan suasana khas butik premium langsung menyambut. Lantai marmer putih, cahaya hangat, dan deretan display kaca membuat atmosfer terasa eksklusif.

Namun belum sempat mereka benar-benar melangkah jauh dari pintu lift, sebuah suara menyapa dari arah kanan.

“Rara? Eh, Rara!”

Rara terkejut dan menoleh cepat. Seorang gadis berambut panjang dengan pakaian kasual trendi melambai padanya,Nadia, teman sekelasnya di SMA yang juga dikenal sebagai social butterfly di angkatan mereka.

“Aku kira kamu ke luar kota! Gak nyangka ketemu di sini juga. Kamu juga cari baju buat perpisahan?” kata Nadia dengan nada yang di agak canggung.

Rara mengerjapkan mata, sejenak bingung antara menjawab atau menelan kekagetan yang belum reda.

Tapi Rara nyaris melangkah mundur saat melihat Nadia tak sendirian

. Di belakang gadis periang itu berdiri Tasya Vina dan Chika tiga siswi yang dikenal dengan gaya hidup mewah dan lidah tajamnya. Mereka juga tengah berburu pakaian untuk acara perpisahan SMA, namun dari raut wajah Tasya dan Vina yang mengedarkan pandangan ke sekitar, mereka jelas tak menyangka akan bertemu Rara di tempat seperti ini.

"Eh, seriusan ini Rara?" bisik Tasya setengah tertawa sambil memiringkan kepala ke arah Chika.

Chika mengangkat alis, dengan ujung matanya, dia menyusuri butik-butik megah yang berjajar dari toko pakaian Maison Calvé, toko sepatu kulit Italia Velvo Milano, hingga butik perhiasan mewah Eloria Jewels yang kaca display-nya saja tampak lebih mahal dari isi dompet kebanyakan orang.

“Lantai ini cuma buat yang dompetnya gak ada batasnya,” gumam Chika pelan, tapi cukup keras untuk Rara dengar. “Kupikir keluarga dia udah bangkrut?”

Vina hanya mengangkat bahu acuh, tapi sorot matanya menyapu Rara dari ujung kepala hingga ujung kaki dengan penuh penilaian, seolah mencari celah untuk membenarkan apa yang baru saja diucapkan Chika.

Namun sebelum kata-kata itu menajam, Nadia melangkah sedikit ke depan dan menoleh ke mereka dengan nada tak setuju. “Udah, ah. Jangan ngomong begitu.Apapun itu, Rara tetap teman sekelas kita.”

Kemudian dia menoleh pada Rara, sedikit canggung tapi tulus. “Maaf, ya, Ra… aku juga sempat denger kabar gak enak soal keluarga kamu. Tapi senang banget bisa lihat kamu di sini. Kamu kelihatan... baik-baik aja?”

Rara hanya tersenyum kecil. Tidak terlalu lebar, tidak juga sinis. Hanya cukup untuk menunjukkan bahwa dia mendengar, tapi tak merasa perlu membalas. Di sisi kanannya, Ibu Ratna berdiri kaku tanpa sepatah kata, hanya sesekali melirik jam tangannya, tetap menjaga wibawanya sebagai manajer keuangan pribadi Rara.

Rara memandangi wajah-wajah yang kini menatapnya campur aduk antara kaget, penasaran dan meremehkan. Dalam hati, ia ingin tertawa kecil. Mereka semua tak tahu bahwa butik megah ini ,salah satu bagian kepemilikannya adalah miliknya.

Hari ini ia tidak datang untuk pamer. Ia hanya ingin memilih pakaian untuk acara perpisahan sekolah Mungkin terakhir kalinya ia akan melihat wajah-wajah ini sebagai siswi biasa.

“Terima kasih, Nadia,” ucapnya tenang. “Aku memang sempat kesulitan, tapi sekarang... aku sedang mencoba berdiri lagi.”

Perkataannya menggantung. Tegas tapi tetap rendah hati.

Dan dengan langkah mantap, ia pun kembali berjalan, melewati teman-teman lamanya menuju butik Maison Calvé dengan Ibu Ratna setia mengikuti di belakang.

Rara baru saja berbalik hendak melangkah masuk ke butik Maison Calvé ketika suara lirih namun bernada sengaja terdengar dari belakang.

"Guys, lihat deh... kita lagi di lantai tiga pusat mall paling elit se-Asia Tenggara, dan tahu nggak siapa yang pengen belanja di sini juga? Si Rara," suara Chika terdengar jelas, sengaja diucapkan setengah berbisik namun cukup keras agar bisa ditangkap oleh mikrofon ponselnya.

Tasya yang berdiri di sebelahnya ikut tertawa kecil, melirik ke arah Vina. “Mungkin dia cuma mau numpang foto di depan etalase. Biar bisa update story, ‘dream shopping’ gitu.”

Chika mengangkat ponsel dan mengarahkan kamera belakang ke arah Rara dan Ibu Ratna. Dalam hitungan detik, ia mulai merekam video singkat dengan caption mengambang di layar: “Rara mau belanja di lantai tiga? Ngimpi, beb.” Disusul dengan emoji tertawa dan stiker "Dream on."

“Chika, hentikan,” desis Nadia sambil menahan tangan Chika yang masih mengarah ke Rara. “Itu keterlaluan.”

Namun Chika hanya mengangkat bahu. “Biarin, Nad. Kita semua tahu dia gak bakal bisa beli apapun di sini. Kita kirim ke forum aja. Biar rame.”

Rara mendengar semuanya. Kakinya sempat berhenti. Bukan karena sakit hati, tapi karena dia nyaris tidak percaya seseorang bisa bersikap sebodoh itu, sepicik itu hanya karena mereka melihat seseorang tidak memakai tas mahal atau datang tanpa pengawalan bodyguard.

Dia berbalik perlahan, menatap ke arah mereka.

Wajahnya datar.

Tanpa amarah, tanpa malu. Tapi tatapannya tajam, seperti mata pisau yang diam tapi menusuk.

Ibu Ratna, yang sedari tadi berdiri diam layaknya patung penjaga kerajaan, bergeser setengah langkah ke depan, seolah tahu apa yang sedang dirasakan oleh nona mudanya.

Namun Rara menahan beliau dengan lembut.

Dia lalu melipat kedua tangannya di dada. Tidak berkata sepatah kata pun. Tidak juga mencoba membela diri atau menegur. Hanya berdiri di sana, menatap mereka dengan pandangan tenang… seolah menunggu saat yang tepat untuk membuat mereka diam dengan kenyataan.

Dan saat itu akan datang lebih cepat dari yang mereka duga.

1
Wanita Aries
Duh gemess
Apa mngkin rara menghancurkan bisnis mereka sprt arya lakukan
Wanita Aries
Bagus thor, suka jalan ceritanya
🌻nof🌻
jadi ini target selanjutnya
🌻nof🌻
semoga segera terungkap kalau rara gak punya sugar glider 😂😂😂
Eni Leva
ceritanya bagus saya suka
🌻nof🌻
wah telak banget malunya
Wanita Aries
Awas lhooo kaget dan pingsan 😁
🌻nof🌻
wah pembalasan akan dimulai😂
🌻nof🌻
semoga mama padanya lekas sembuh
Dewiendahsetiowati
semoga dengan kejadian ini membawa Doni menjadi orang yang lebih baik lagi dan bertobat tidak sombong lagi.
🌻nof🌻
pelajaran yang sangat berharga
Dewiendahsetiowati
mampus kamu Doni,makanya jangan kacang lupa kulitnya.waktu susah dibantu giliran yang bantu susah malah dihina.
Disty Aulya Syamlan
dibalas kontan beserta bunganya
🌻nof🌻
bangkrut dalam semalam, mantap
Wanita Aries
Gmn doni rasanya bangkrut? Langsung dbayar kontan yaa
Dewiendahsetiowati
bagus Arya biar mantan temenmu laknat yang bernama Doni segera jadi gembel.
Wanita Aries
Mantap arya..
dasar si doni masa si rara mau dbeli emangnya barang🥴
🌻nof🌻
wih sombongnya
Wanita Aries
Semangat rara selesaikan semua masalah
🌻nof🌻
semoga deposito nya lancar dan bs diandalkan.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!