Semua orang terkejut saat bos besar mereka muncul dengan menggandeng seorang wanita muda. Karyawan pria terpesona karena lekuk tubuh dan aset besar yang terpampang itu, sementara karyawan wanita merasa cemburu pada sosok yang berjalan bersama atasan mereka.
"Turunkan pandangan kalian!" desis Vino dengan nada dingin. Banyak yang berbisik-bisik tentang Sea menyebutnya sebagai perayu ulung. Mendengar itu, David merasa darahnya mendidih. Ia berhenti, berputar, dan menatap tajam mereka yang berani menggunjing istrinya.
"Berani-beraninya kalian menyebut istriku penggoda!Kalian ingin mencari masalah, ya?"
Semua orang kaget saat tahu bahwa wanita yang mereka bicarakan ternyata adalah istri dari atasan mereka.
"A-ampun, Tuan. Kami tidak tahu kalau Nyonya adalah istri Anda!" kata salah satu dari mereka dengan nada takut.
David mendengus kesal. Wajahnya menjadi lebih lembut saat merasakan usapan halus di tangannya.
"Jangan emosi, sayang. Nanti mereka bisa ketakutan," bisik Sea den
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Atik's, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 3
B 3
"Saya tidak punya televisi di rumah, Nona. Gaji saya hanya cukup untuk makan dan bayar kontrakan," kata Sea terus terang.
Erna agak kaget mendengar jawaban itu.
"Astaga, kasihan sekali hidup pelayan ini. Pantas saja dia tidak tahu siapa David, ternyata hidupnya susah. Ya ampun, kok aku jadi merasa iba, ya?" batin Erna, sedikit tersentuh.
"Eh, kamu tadi cerita apa saja ke bos? Jangan-jangan malah mengadu yang aneh-aneh?" tanya Erna, berusaha menyembunyikan rasa penasarannya.
Erna memang dikenal sebagai orang yang cukup angkuh. Tapi, jauh di dalam hatinya, masih ada sedikit rasa simpati.
Hatinya terenyuh melihat ketidakberdayaan pelayan tersebut. Muncul dorongan untuk sedikit mengendurkan sikapnya.
"Tidak, Nona. Tuan David hanya menanyakan nama saya, lalu membantu mengobati luka akibat siraman air panas yang Nona lakukan siang tadi. Hanya itu saja," jawab Sea dengan lugu.
"Apakah lukanya cukup parah?" tanya Erna, merasa sedikit menyesal.
Ia teringat kejadian siang tadi saat tanpa sengaja menyiramkan teh panas ke lengan pelayan tersebut.
"Tidak terlalu. Hanya sedikit melepuh saja," jawab Sea sambil tersenyum tulus.
Erna terpana. Pelayan ini menyembunyikan rasa sakitnya di balik senyuman. Entah karena penglihatannya yang kurang jelas, atau pelayan ini memang memiliki hati yang begitu mulia.
"Emmm, aku minta maaf," ucap Erna akhirnya, dengan nada sedikit canggung.
Sea terkejut dan merasa sangat senang mendengar permintaan maaf tersebut.
"Jangan salah paham dulu. Aku minta maaf karena memang tidak menyangka tindakanku akan menyakitimu seperti ini. Aku tidak mau dicap sebagai orang jahat!" ujar Erna dengan nada defensif.
Sea tersenyum lembut.
"Saya tidak berpikir seperti itu, Nona. Lagipula, kejadian tadi siang adalah kesalahan saya. Saya yang tidak sengaja mengotori pakaian Nona," balas Sea dengan tulus.
"Siapa namamu?" tanya Erna, mencoba mengganti topik pembicaraan.
"Sea," jawabnya singkat.
"Hanya itu?"
Sea mengangguk pelan.
"Singkat sekali!" komentar Erna sambil sedikit mencibir.
Amarah Erna mereda seketika saat melihat kejujuran di mata pelayan itu. Entah mengapa, emosinya menghilang begitu saja.
"Umurmu berapa?" tanya Erna.
"Tujuh belas tahun, Nona," jawab Sea.
"Mau kemana sekarang?"
"Seharusnya sudah pulang, tapi Nona menahan saya disini."
Erna mendengus kesal. Beraninya pelayan itu menyalahkannya. Matanya lalu tertuju pada lutut Sea yang masih mengeluarkan darah.
"Ayo ikut aku!" ajak Erna sambil membuka pintu mobil.
"Nona mau menculik saya?" tanya Sea dengan nada panik.
"Ya ampun, aku ini model, bukan penjahat! Bodoh!" bentak Erna kesal.
"Lalu, Nona mau membawa saya kemana?" tanya Sea bingung.
"Bukankah tadi Nona sedang marah padaku?" tanya Sea dengan nada polos.
'astaga, rasanya aku ingin sekali menjitak kepala gadis ini!' batin Erna dalam hati.
Erna menghela napas panjang. Kemudian, ia menarik tangan Sea dan membantunya masuk ke dalam mobil.
"Nona mau menculik saya?"
"Jangan banyak bicara! Aku akan membawamu ke apotek untuk membeli obat. Lihat, luka itu bisa membuatmu kehabisan darah jika dibiarkan terbuka seperti itu!" kata Erna dengan nada khawatir bercampur kesal.
Mata Sea berkedip-kedip, merasa ngeri membayangkan jika dirinya meninggal dunia karena kehabisan darah.
"Dasar bodoh, apa dia benar-benar percaya dengan perkataanku tadi?" gumam Erna sambil tersenyum tipis.
Erna pun segera melajukan mobilnya meninggalkan tempat itu.
Dalam perjalanan menuju apotek, Erna diam-diam menertawai ekspresi kaget Sea yang terpaku oleh ucapannya. Keluguan Sea membangkitkan perasaan Erna, seolah ia baru saja mendapatkan seorang adik. Saat ini, Erna tak lagi memikirkan kariernya. Biarlah semua hancur jika memang itu takdirnya. Satu-satunya hal yang memenuhi benaknya adalah kenyamanan yang ia rasakan ketika berada di samping Sea. Gadis itu tidak memandang Sea berdasarkan statusnya, melainkan karena kepolosan dan tidak mengerti apa-apa. Erna sangat menyukai sifat tersebut.
*****
Vino membukakan pintu mobil untuk Tuan Muda setibanya mereka di rumah. Deretan penjaga dan pelayan membungkuk hormat sambil menyapa Tuan Muda mereka.
"Selamat malam, Tuan Muda!" sapa kepala pelayan di rumah itu.
David mengangguk, lalu melepas jasnya dan menyerahkannya pada kepala pelayan.
"Terima kasih," ucap David dengan sopan.
Pelayan bernama Yudi itu adalah sosok yang telah mendampingi David sejak kecil, selain Vino. Ia turut mengawasi tumbuh kembang David hingga kini.
"Apakah Tuan Muda ingin menikmati makan malam?"
David mengangguk singkat.
"Aku akan turun setelah mandi!" jawab David sembari berjalan.
Yudi mengerti maksudnya. Ia mengangguk hormat pada Tuan Muda sebelum pintu lift tertutup.
"Siapkan makan malam untuk Tuan Muda. Satu jam dari sekarang, semua hidangan harus sudah siap di atas meja!" perintah Yudi pada para pelayan.
"Siap,!" jawab para pelayan serempak.
David segera berjalan ke kamar sambil melepaskan dasi. Ia berhenti di depan pintu kamar, lalu menoleh ke belakang.
"Apa kau sudah mendapatkan informasi tentang Sea?" tanya David dengan nada serius.
Vino mengangguk.
"Benarkah?"
"Benar, Tuan Muda. Semua informasi itu akurat. Sea adalah seorang yatim piatu yang dibesarkan di panti asuhan sejak bayi. Sayangnya, tim investigasi kita belum berhasil menemukan informasi terkait orang tua kandung Sea, Tuan Muda."
"Aku tidak peduli siapa orang tuanya. Apa kau tahu mengapa Sea diperlakukan seperti itu selama tinggal di panti asuhan?" tanya David sambil berjalan menuju kamarnya.
Vino segera mengambil dasi dari tangan Tuan Muda.
"Jawaban yang kami dapatkan serupa dengan yang disampaikan oleh Sea siang tadi, Tuan Muda. Mereka semua menganggap keberadaan Sea sebagai pembawa sial. Mengenai alasan spesifiknya, tim kita masih belum berhasil mengungkapnya!"
David terdiam, seolah ada sesuatu yang mengganjal dalam hatinya. Mungkinkah Sea terlibat dalam masalah ini?
"Tidak mungkin ada perlakuan seperti itu tanpa alasan yang jelas. Terlebih lagi, pemilik panti asuhan juga terlibat dalam perundungan ini."
"Vino, terus selidiki informasi ini. Aku akan menuntut pertanggungjawaban mereka jika alasan mereka merundung Sea tidak masuk akal!" ujar David dengan nada marah.
"Siap, Tuan Muda!"
"Kau boleh keluar sekarang."
David masuk ke kamar mandi. Ia melepaskan pakaiannya dan berdiri di depan cermin.
"Sea, pesona apa yang kau miliki hingga aku terobsesi seperti ini? Apa yang istimewa darimu? Rahasia apa yang kau sembunyikan?" gumam David sambil menyentuh wajahnya sendiri.
Untuk pertama kalinya, David merasakan ketertarikan pada seorang wanita. Selama ini, hatinya tetap dingin meski ada wanita telanjang di hadapannya. Awalnya David merasa ada yang salah dengan dirinya. Mr. P-nya seolah mati rasa terhadap wanita. Ia bahkan pernah menyuruh Vino mencari wanita yang bisa membangkitkan gairahnya, dengan iming-iming hadiah besar. Namun, semua usaha itu sia-sia. Mr. P-nya tetap tak bergeming meski wanita-wanita itu berpose sensual di hadapannya. Tapi hari ini, sesuatu yang aneh terjadi. Mr. P-nya tiba-tiba bereaksi saat David berada dekat dengan Sea. Padahal, Sea sama sekali bukan tipe idealnya. Tubuhnya terlalu kurus, nyaris tanpa lekukan. Tapi entah mengapa, justru itulah yang membuatnya terangsang.
"Sial! Kenapa kau harus bangun sekarang?!" umpat David sambil melirik Mr. P-nya yang sudah berdiri tegak.
karna cerita anda sama dengan orang lain yg judulnya istri kecil sang pewaris cuma yg beda cm nama tokohnya...klu gak percaya cb cek dia udah ada bab 2 hargailah karya orang tor ...
jangan asal ketik kasihan orang yg udah mikir2 eh gak tau udah d jiplak