NovelToon NovelToon
The Second Wife

The Second Wife

Status: sedang berlangsung
Genre:nikahmuda / Poligami / Cinta setelah menikah
Popularitas:13.5k
Nilai: 5
Nama Author: Gilva Afnida

Pergi dari rumah keluarga paman yang selama ini telah membesarkannya adalah satu-satunya tindakan yang Kanaya pilih untuk membuat dirinya tetap waras.

Selain karena fakta mengejutkan tentang asal usul dirinya yang sebenarnya, Kanaya juga terus menerus didesak untuk menerima tawaran Vania untuk menjadi adik madunya.

Desakan itu membuat Kanaya tak dapat berpikir jernih hingga akhirnya dia menerima tawaran Vania dan menjadi istri kedua.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gilva Afnida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6

Kanaya berjalan dengan lesu saat dirinya keluar dari kamar menuju ke arah ruang makan dimana Vania dan Adnan telah menunggunya. Jika Vania tak membangunkannya untuk makan malam, mungkin Kanaya akan melanjutkan tidur sampai esok hari mengabaikan perutnya yang meronta-ronta.

"Duduk, Nay. Aku udah beliin kamu makanan banyak tadi." Vania dengan bangga memamerkan isi meja makan yang sudah penuh dengan berbagai jenis makanan.

Kening Kanaya mengerut dalam sambil memperhatikan makanan yang sudah tersaji. "Ini semua beli?" tunjuknya pada salah satu sembarang makanan.

"He'em." Vania menganggukkan kepalanya. "Kenapa? Ada yang gak kamu suka?"

"Kenapa gak masak aja?" tanya Kanaya tak mengerti.

Kanaya sudah terbiasa dijejali pikiran oleh Helga jika masak adalah hal paling penting dalam bertahan hidup. Pantang bagi Helga untuk membeli makanan dari luar terkecuali jika mereka sedang liburan. Bagi Helga, membeli makanan di luar untuk sehari-hari adalah bentuk dari sebuah pemborosan.

"Aku mana bisa masak," jawab Vania polos.

"Kalian gak pakai jasa ART?"

Vania menganggukkan kepalanya. "Aku gak terlalu nyaman kalau ada orang asing yang tinggal bersama di rumah."

Meski Vania adalah orang yang supel dan mudah bergaul, dia tak bisa sembarangan memasukkan orang asing ke dalam urusan pribadinya. Oleh karena itu dirinya lebih memilih melakukan semuanya sendiri. Jika dia tak sanggup, dia lebih memilih menggunakan jasa orang lain di luar. Selama ini tak pernah ada yang mempermasalahkan. Adnan bahkan tak pernah protes selama itu membuat Vania bahagia.

"Tapi ini namanya pemborosan, Kak," cecar Kanaya.

Adnan yang sedari tadi diam saja melihat kegaduhan dua wanita yang berada di samping kanan kirinya pun mendecakkan lidahnya kesal.

"Udahlah tinggal makan juga. Kalau memang kamu gak suka, kamu saja yang masakin kita berdua." Adnan menatap lurus ke arah Kanaya dengan tatapan tajam.

Tak mau kalah, Kanaya pun membalas tatapan Adnan dengan tajam. "Oke, gak masalah. Mulai besok biar aku saja yang mengurusi soal masak."

Tak apa jika Kanaya kembali menjalani rutinitas yang sama seperti saat berada di rumah Toni. Malah jika Kanaya tak melakukannya, dia akan merasa aneh. Lebih baik baginya menghabiskan waktu dengan hal-hal yang berguna di rumah ini.

"Jangan dengerin ucapan Mas Adnan, Nay. Dia hanya becanda. Kamu jangan melakukan pekerjaan rumah di sini. Kamu aku panggil ke sini untuk melahirkan seorang keturunan untuk Mas Adnan, bukan malah menjadi pembantu," tukas Vania yang kemudian diiringi suara Adnan yang tersedak makanan.

Vania bergegas mengambil segelas minuman dan menyodorkannya pada Adnan. "Pelan-pelan kalau makan," omelnya.

Meski sudah meminum segelas air hingga tandas, Adnan masih berulang kali terbatuk-batuk karena merasakan tenggorokannya yang masih kurang nyaman. Matanya sudah nampak berair dan memerah karena rasa sakit akibat makanan yang tak tertelan sempurna.

Diam-diam Adnan melirik Kanaya yang dengan santainya menarik sebuah kursi yang bersebrangan lalu mendudukinya.

'Sialan! Ini semua karena ucapan Vania soal gadis kuper itu!' batinnya dongkol.

Saat semakin lama Adnan memperhatikan gerak-gerik Kanaya, dirinya malah ragu jika dia bisa membuat Kanaya hamil. Bagi Adnan, Kanaya bukanlah gadis idamannya. Adnan meremehkan Kanaya yang sudah pasti tidak akan bisa membuat juniornya bangun tegak.

Sekilas Kanaya memang cantik, namun kulitnya tak seputih dan sebening Vania. Kulit Kanaya cenderung kekuningan dan sedikit kusam, seperti jarang diberi perawatan. Wajah Kanaya pun jarang dipoles makeup, tak seperti Vania yang hampir setiap detik selalu tampil mempesona. Apalagi Kanaya sering mengenakan pakaian yang tertutup, membuat Adnan mengira Kanaya pasti menyembunyikan keburukan kulitnya di balik pakaian yang dikenakannya.

Intinya bagi Adnan, Kanaya jauh berbeda dari Vania yang merupakan wanita idealnya. Adnan lebih menyukai wanita yang bisa memperhatikan penampilannya sendiri. Jika penampilan dirinya sendiri saja diperhatikan, apalagi penampilan suaminya sendiri. Pasti akan lebih terjamin.

Pekerjaannya sebagai manajer di perusahaan asing membuatnya harus berpenampilan rapi dan tentunya mengerti tentang fashion. Vania dapat membantunya tentang hal-hal itu. Setiap pagi, dia selalu menyiapkan seragam apa yang harus dia kenakan untuk ke kantor.

Mata Adnan terus menatap Kanaya yang sedang menyantap makan malamnya dengan menundukkan kepalanya seperti biasa. Surai hitamnya yang panjang sampai menutupi sebagian wajahnya. Ingin Adnan rasanya menarik rambut-rambut itu lalu mengikatnya menjadi satu. Aura yang terpancar dari tubuh Kanaya terlalu gelap. Jika rambutnya yang panjang menutupi wajahnya yang selalu menunduk, dia akan lebih terlihat seperti hantu dibanding manusia.

Tentu Adnan tidak akan berselera pada wanita yang seperti itu.

"Kak." Tiba-tiba Kanaya bersuara lalu mendongakkan kepalanya, membuat Adnan segera memalingkan wajahnya.

"Boleh gak aku sambil melanjutkan kuliahku dulu?" tanyanya setelah berkali-kali mencoba menahan diri untuk tidak mempertanyakannya.

Vania nampak berpikir sejenak, dia menatap piring yang masih berisi sedikit lauk dan mengacaknya. "Memangnya kenapa? Bukannya dari awal kamu udah sepakat untuk setuju cuti kuliah selama menikah dengan Mas Adnan? Kenapa sekarang tiba-tiba kamu mempertanyakannya?"

Bibir Kanaya tertutup rapat. Sebenarnya dari awal dia setuju untuk menunda kuliahnya dan akan melanjutkannya setelah pernikahan dengan Adnan berakhir. Namun karena mendapat pesan dari Kevin, membuat keputusannya menjadi goyah. Mendadak dia rindu dengan teman prianya itu.

"Gak apa-apa, hanya takut aja kalau nanti aku tidak punya kegiatan setelah cuti kuliah." Kanaya mengaduk-aduk isi piringnya, berharap Vania tak tahu jika dirinya sedang berbohong.

"Oh... hanya karena itu?" Vania merasa lega mendengar alasan Kanaya. "Tenang aja, Nay. Aku udah menyiapkan jadwal kegiatan untuk hari-hari kedepannya nanti kok. Kamu gak akan aku biarkan terlunta-lunta di dalam rumah tanpa melakukan apapun. Bagaimanapun kamu itu calon ibu dari penerus marga keluarga Mas Adnan, jadi aku akan memastikan semua yang terbaik untukmu nanti."

Kanaya menelan ludahnya dengan susah payah. Tamat sudah hubungannya dengan Kevin nantinya. Dia harus ikhlas dengan takdir yang berada di depan mata. Lagipula, Kanaya tak yakin jika Kevin akan tetap berada di sisinya setelah mengetahui statusnya sebagai istri kedua.

"Setelah ini, istirahatlah dulu. Besok kita akan ke salon dan berbelanja kebutuhan. Mungkin akan menyita banyak waktu dan tenaga, jadi bersiap-siaplah," tukas Kanaya yang kemudian disambut anggukan kecil dari Kanaya.

"Sayang, besok kamu bisa kan mengantar kami berdua?" Vania menatap harap pada Adnan yang sudah menyelesaikan makan malamnya.

"Gak bisa, Say. Kamu kan tahu kalau besok aku mau pergi, kalian berangkat berdua aja naik taksi."

Vania mengerucutkan bibirnya, menatap Adnan kecewa. "Tapi kan besok tanggal merah."

"Memang tanggal merah, tapi aku udah janji mau pergi ke lapangan golf sama atasan aku. Gak mungkin dong tiba-tiba aku membatalkan janji hanya karena istri tuaku merengek untuk ditemani berbelanja," ujar Adnan berkelakar, membuat Vania terkekeh kecil.

Kanaya hanya terdiam, menatap kosong pada keduanya yang selalu bersikap mesra seperti dunia ini milik mereka berdua dan Kanaya hanyalah ngontrak.

1
Muhammad Malvien Laksmana
Luar biasa
Muhammad Malvien Laksmana
Biasa
Endah Windiarti
Luar biasa
Jessica
ceritanya bagus penulisan nya juga tertata g bikin jenuh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!