Menceritakan Nadia hilma Faliha gadis cantik yang harus rela menjadi pembantu demi mencapai cita citanya menjadi seorang dokter, namun demi memuluskan kuliahnya Nadia harus menikah dengan majikannya,
karena sang majikan yang di putuskan oleh pacarnya.
Sampai pada akhirnya Nadia di karuniai seorang bayi laki laki yang sangat tampan.
Tapi kenyataan pahit datang ketika dia di tinggalkan suaminya di saat melahirkan sang buah hati.
Saat itu juga Nadia mulai berfikir akan ketidak setiaan suaminya, namun semua itu tidak benar.
Pasalnya, suami Nadia yang bernama Rizal fikri pratama sedang terkena penyakit leukimia bawaan dari kecil yang harus melakukan kemo terapi, karena ketakutan suami yang akan menjadi gundul dan jelek maka Rizal menghindar dari Nadia, sampai pada waktunya takdir mempersatukan mereka, namun itu belum berakhir karena sang mantan Rizal datang lagi untuk menghancurkan kehidupan mereka.
Inilah kisah selengkapnya.
kita baca saja yukkk, dari pada penasaran.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadziroh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 6
Terus ngapain dia nyamperin aku kalau nggak butuh apa apa? kenapa dia ngelihatin aku seperti itu.
"Terus kakak mau apa?'' ,Nadia memastikan kalau majikan mudanya itu tidak berbuat macam macam.
Tak ada jawaban , Rizal berlalu meninggalkan Nadia keluar rumah.
Aneh tu orang.
Seperginya Rizal, Nadia kembali melanjutkan masaknya hingga selesai.
Seperti biasa, Nadia menatanya di meja makan sebelum penghuni rumah keluar dari kamarnya,
Setelah semua beres ia langsung bersiap siap untuk berangkat ke kampus.
"Bik, aku berangkat dulu ya?'', pamitnya.
"Iya, hati hati di jalan ya ,ucap Bi Narti saat Nadia mengulurkan tangannya.
Gadis itu terkejut saat mendapati Rizal masih ada di luar gerbang.
Mau menyapa sungkan, Akhirnya Nadia hanya melaluinya saja tanpa menoleh ,lagi pula menurut Nadia, Rizal itu menyebalkan.
"Hai, mau naik apa? , tanya Rizal dari belakang.
"Kak, aku punya nama, dari kemarin kakak panggilnya hai terus, terus apa gunanya kita kenalan?'', dengan nada emosi Nadia menjawab.
"Oke, Nadia kamu mau naik apa ?'', entah terpaksa atau tidak, kini Rizal mengucapkannya dengan mode lembut.
Nadia tersenyum paksa.
"Nah itu bisa, naik angkot kak, ucap Nadia lembut pula.
"Mau aku anterin?''. tawar Rizal,
Kali ini Nadia tersenyum ikhlas, nggak nyangka majikan angkuhnya itu masih mempunyai sisi baik.
"Terima kasih kak, tapi maaf nggak usah, nanti ada yang marah.
Apa dia tau kalau aku pacarnya Putri ,ah sudahlah, kalau dia nggak mau, lagian apa sih aku ini, dari kemarin selalu saja pingin dekat dia, Rizal.
Rizal masuk kedalam rumah dengan keringat yang basah.
Kali ini Rizal langsung saja bersiap siap untuk pergi ke kantor karena permintaan papanya ,dan dia harus membuang jauh jauh kata nongkrong.
Setelah rapi Rizal segera turun untuk sarapan.
"Pagi ma ,pa, sapanya.
"Pagi Zal, kamu sangat tampan ,duduklah, ayo sarapan dulu, ucap mama Widya ,karena ini pertama kalinya putra bungsunya itu memakai jas.
"Siapa dulu dong papanya?'', Pak Doni menaikkan kedua alisnya.
"Papa apaan sih ,nggak lucu.
"Kamu sudah siap Zal?''. tanya pak Doni.
"Insya Allah pa, Rizal siap ,ucapnya meskipun hatinya masih berkata belum.
Di kantor....
Kali ini ada yang beda, jika biasanya mereka menyapa pak Doni dengan menunduk ramah, kali ini semua karyawan itu sampai melongo melihat penampilan Rizal yang super cool, bahkan cowok itu lebih tampan dari Rafi sang kakak.
Setelah sampai ruangan, pak Doni langsung mengumpulkan para karyawan di ruang rapat, karena ada hal yang sangat penting menurutnya.
Tak lama kemudian pak Doni masuk dengan Rizal.
"Selamat pagi semuanya, sapa pak Doni mengawali pidato singkatnya.
"Pagi pak, para karyawan menjawab serempak.
"Hari ini saya selaku pemegang perusahaan ini akan mengumumkan bahwa mulai hari ini, yang akan menjadi bos kalian adalah anak saya Rizal, menunjuk ke arah Rizal yang duduk di sampingnya.
''Zal perkenalkan diri kamu ,titahnya.
Rizal maju ke depan dan memperkenalkan dirinya,
Setelah pengumuman selesai, para karyawan kembali ke tempatnya masing masing,
Banyak yang kagum, banyak pula yang terpesona dengan penampakan Ceo baru mereka, selain masih muda, Rizal juga sangat ramah di kalangan para karyawan.
"Zal, mulai hari ini papa akan mengurus perusahaan yang lain, dan papa akan menyerahkan penuh tanggung jawab perusahaan ini sama kamu.
"Iya pa, Rizal nggak akan mengecewakan papa,
"Papa pegang janji kamu ,menepuk bahu Rizal sebelum mengangkat kakinya dari kantor tersebut.
Di kampus....
Dengan gontainya Nadia berjalan menuju kelas, tak sengaja ia memandang dari jauh segerombolan maha siswa yang menghalangi jalannya, dengan terpaksa Ia harus melewatinya karena itu jalan satu satunya.
''Permisi, sapanya meskipun tak ada jawaban atau yang mempersilahkan.
Huh, dasar orang kaya nggak tau apa cara menjawab sapaan yang benar, apa mereka bisu atau memang nggak dengar.
"Siapa sih Put, berani sekali dia lewat depan kita?'', ucap Nina sinis, salah satu teman Putri.
"Ngapain sih lo pikirin dia,nggak penting.
"Eh, By the way kok aku nggak lihat Rizal ya hari ini? memang dia kemana?'' kali ini ucap Mita teman Putri juga.
"Aku juga belum lihat, kemana ya dia?'' Nina menimpali.
Akhirnya Putri mengambil ponselnya dan menghubungi Rizal.
Tuut... tut... tut....
''Halo sayang kamu dimana?'' sapa putri mengawali percakapan.
Aku lagi di kantor,
''Kamu hari ini nggak kuliah?'' ,tanya Putri lagi.
Mulai hari ini aku akan bekerja sambil nunggu semester akhir.
''Kenapa nggak bilang aku dulu sih?'' gerutunya.
Aku nggak sempat ,jawab Rizal bohong.
Karena jengkel, Putri memutuskan sambungan teleponnya dan kemabli ke kelasnya, begitu juga dengan yang lain.
"Hai put kenapa cemberut, ada apa?'', tanya salah satu cowok dalam kelas yang bernama Anton.
" Bukan urusan kamu, minggir aku mau lewat, menepis tangan Anton yang sempat menghalangi jalannya.
"Jutek amat sih.
Kenapa dia cemberut apa ada masalah?'', batin Nadia.
"Ngapain kamu lihatin aku kayak gitu?'', pekik Putri saat tau kalau Nadia menatapnya dari samping.
Ya Allah kapan sih dia bisa ramah, masa aku harus kaya gini selama duduk dengannya. Kuatkanlah aku Ya Allah.
Tak mau menghiraukan Putri lebih lanjut, Nadia memilih untuk fokus dengan kuliahnya, dan tak mau memikirkan sesuatu yang tidak penting, menurutnya.
''Lilis...serunya saat keduanya bertemu di depan ruangan.
''Nad, kamu apa kabar, Gi mana kerjaan kamu,?'' tanya Lilis beruntun yang membuat Nadia langsung menariknya dan membisikkan sesuatu, hingga membuat Lilis menganga seketika.
"What.... kamu serius, nggak bohong kan?'' ,masih belum percaya.
"Ngapain sih Lis aku bohong, aku serius, itu memang kenyataannya, tapi kamu jangan bilang siapa siapa ya Lis?
Lilis menggeleng tanpa suara.
Setelah panjang lebar Nadia menceritakan pada Lilis, ia kembali ke kelas, karena masih ada jam kelas saat ini.
Di kantor
Rizal sangat serius mempelajari semua dokumen dari sang sekretaris papanya.
"Apa pak Rizal sudah paham , tanya sekretaris pak Doni yang sudah panjang lebar mengajari Rizal dengan apa yang harus di lakukannya dan semua penanganan masalah kantor.
''Maaf pak Rizal, saya juga akan ikut pak Doni pindah, jadi anda juga harus mencari sekretaris baru.
"Apa papa sudah tau soal ini?'',
Sekretaris yang sudah paruh baya itu mengangguk.
''Baik, besok saya akan mencari sekretaris baru.
"Apa perlu saya bantu pak?'', tawarnya lagi.
"Tidak usah, kayaknya saya sudah punya pilihan sendiri ,teringat dengan Deni.
"Kalau begitu saya permisi, ucapnya meninggalkan ruangan Rizal.
Baru aja pak Sekretaris itu menutup pintu dari luar, fikiran Rizal sudah menuju kampus dimana gadis yang menghantui fikirannya beberapa hari itu melintas.
Sedang apa dia sekarang, apa dia sudah pulang, atau dia masih di kampus bersama Lilis.
ga jelas bngt