Majikanku Suamiku
Malam yang sunyi, sepi, hanya suara jangkrik yang terdengar jelas, angin sepoi sepoi menembus dari sebuah pekarangan, malam ini adalah malam terakhir Nadia berada di desa ini.
Ya, seumur hidupnya baru kali ini ia akan meninggalkan desanya demi cita cita yang ingin di capai dari kecil.
"Ayah, kau meninggalkan kami disaat kami masih butuh perlinduganmu, Ayah semoga Allah selalu mengangkat derajatmu di sisi Nya,'' gumamnya.
Nadia mendapatkan bea siswa di kampus terkenal di kota J, dan berharap itulah jalan satu satunya untuk meraih kesuksesan.
" Nak, kenapa masih diluar, ini kan sudah malam, ayo masuk!" ucap sang Ibu yang baru saja keluar menghampirinya.
"Bu, besok aku kan pergi, Ibu jaga diri baik baik ya, Bu, maafin Nadia ya tidak bisa menemani ibu lagi." Ucapnya dengan mata berkaca kaca menahan air mata yang hampir luruh.
"Tidak apa apa, nak, Ibu akan selalu berdoa untuk kamu, semoga cepat tercapai cita citamu, kan Ibu di sini masih ada paman mu, kamu hati hati di sana, kamu di sana tidak ada sanak saudara, kamu jaga diri baik baik ya!"
Ceklek.....
Membuka pintu kamarnya dan langsung merebahkan tubuhnya masih memikirkan bagaimana keadaan nanti setelah dirinya pergi, apakah langsung bisa mendapat pekerjaan atau tidak, hidup di kota dengan pengalaman baru tidaklah mudah, pasti banyak rintangan yang harus di lalui, apa lagi ini pertama kali baginya.
Andai saja ayah masih hidup, aku tidak akan memikirkan soal biaya kuliahku seperti ini, dan Ibu pasti juga ada teman di saat aku pergi.
"Ah, pikirkan besok saja deh, yang penting aku masuk kuliah dulu, dan semoga nanti aku langsung dapat kerja sambil kuliah." bermonolog.
Itulah yang dari tadi di pikirkan, biaya kuliah, ya bea siswa hanya masukkan nya saja, tapi tidak menanggung semua nya.
Pagi pagi sekali Nadia bersiap siap untuk pergi ke kota J, tak banyak barang bawaan, hanya baju dan perlengkapan untuk kuliah.
"Jaga diri baik baik nduk, itu kota besar, banyak bahaya yang mengintai dan kamu jangan sering keluar malam." wanti sang paman.
"Iya paman, doakan Nadia ya, semoga apa yang Nadia inginkan cepat tercapai.
''Doa paman menyertaimu nduk, pergilah!"
Sedangkan sang Ibu tak banyak berkata, hanya suguhan tangis yang di berikan, Nadia pun kembali memeluk Bu Lela sebelum dirinya berangkat.
Nadia mempunyai teman di sana, namanya Lilis, setelah naik Bis beberapa saat, ia menlepon Lilis untuk menjemputnya.
Setelah perjalanan yang memakan waktu beberapa jam, akhirnya sampai juga, Nadia turun dari bus dan melihat keindahan kota J yang sangat ramai.
Wah, indahnya kota ini, seumur umur baru kali ini aku menikmati keindahan kota, batinnya.
Ada wajah cantik yang sudah menunggu di sana, siapa lagi kalau bukan Lilis sang sahabat.
"Liliiis...." panggilnya.
"Nadia."
Nadia menyeret kopernya menuju kosan, di mana tempat Lilis singgah semenjak di kota.
"Nadia ini kosan aku, kamu bisa tinggal disini juga."
"Kamu nggak apa apa Lis, kalau kita tidur satu kamar."
"Enggak Nad, aku malah seneng punya teman ngobrol."
"Terima kasih ya, Lis, kamu memang teman yang terbaik dari kampung."
''Ngomong ngomong gi mana keadaan disana?"
"Alhamdulillah Lis, semua baik baik saja."
Cukup nyaman untuk keduanya tinggal berjuang untuk mendapat sesuatu yang lebih baik lagi.
Keesokan harinya.
"Nad, sarapan dulu, aku sudah beliin nasi goreng, maaf ya, aku nggak sempat masak." Lilis.
"Iya nggak apa apa kok, masih untung aku dapat makan."
''Lis, bantu aku cari kerja ya, biar aku bisa membiayai kuliah ku, aku nggak mau kalau Ibu kesusahan gara gara aku."
"Iya, nanti aku bantu, lagian aku juga kerja kok, nanti aku tanya di tempatku siapa tau ada lowongan.
"Memangnya kamu kerja apaan?"
"Aku kerja di cafe, aku masuk pulang kuliah, jadi nggak mengganggu kuliah aku."
''Iya deh, aku mau."
Hari ini Nadia berangkat kuliah bareng Lilis,
Setelah sampai kampus, ia langsung berjalan menuju kantor untuk menyerahkan berkas bea siswa dari sekolahnya.
Pertama kali masuk, Nadia melihat seorang cowok yang di marahi Dosen.
Ini hari pertamaku, dan semoga aku bisa berhasil, Ibu doakan aku selalu, batin Nadia.
Setelah keluar dari kantor Nadia mencari ruangan yang di tunjukkan dosen nya, selang beberapa menit Ia pun menemukan ruangan itu, tak menunggu waktu Nadia langsung masuk ke dalam di temuinya wajah cantik yang terlihat dengan wajah datarnya.
"Maaf boleh kita kenalan, namaku Nadia, nama kamu siapa?''
"Putri.'' jawabnya singkat.
Huh dasar orang kaya, sombong banget. batinnya.
Nadia mengikuti semua materi yang di ajarkan, tak ada sesuatu yang penting baginya selain itu.
"Nad, apa kamu sudah selesai?''
"Sudah.'' jawabnya saat keluar dari ruangan.
"Ayo kita ke kantin!"
Nadia menggeleng.
"Sudah, biar aku yang bayar, kamu nggak usah khawatir.''
Karena Lilis memaksa Akhirnya Nadia pun mengikutinya.
Tak sengaja Nadia bertemu dengan seorang cowok yang sangat tampan sampai membuatnya kagum.
Ya Allah maha sempurna ciptaan-Mu, siapakah gerangan.
"Hoy, jangan lihatin aja, nanti kamu bisa di labrak sama ceweknya.'' Ucap Lilis tepat di telinga Nadia.
"Memang siapa dia?''
"Anak pemilik kampus ini, dan pacarnya bernama Putri.''
"Wah, jangan jangan Putri yang duduk disamping aku,
"Mungkin.'' jawab Lilis sambil mengunyah makanan yang baru saja sampai.
''Siang kak, sapa Lilis saat cowok itu melewati meja nya.
"Siang.'' jawabnya dengan muka datar tanpa menatap.
"Ya Allah Lis, kenapa di sini banyak orang sombong, tadi di kelasku juga ada, di sini juga ada, huh dasar orang kaya.''
"Bilang apa kamu tadi?" tiba tiba saja suara berat dari belakang mengejutkannya.
Haduh, mati aku, apa ucapanku tadi terlalu keras, kenapa dia bisa dengar.
"Sudah lah Zal, ngapain kamu ladenin, nggak penting, ayo kita pergi saja.'' Ajak temannya yang membuat Nadia bernafas lega.
"Lain kali jangan ngomongin dia, nanti kamu bisa berurusan juga sama ceweknya.''
"Maaf Lis aku nggak tau?''
"Ya sudah jangan ulangi lagi.''
"Siapa cewek itu, aku belum pernah lihat sebelumnya, apa dia anak baru?" Deni.
"Tau ah, ngapain urusin orang lain.''
Rizal Fikri Pratama, anak kedua orang yang paling tersohor di kota J.
Yang mempunyai banyak perusahaan dan kampus ternama.
Rizal memang memilih kuliah di Indonesia,
Tidak seperti sang kakak yang memilih kuliah di luar negeri.
Baginya kuliah dimana saja juga akan sama saja, toh nantinya juga nerusin perusahaan papanya.
Rizal memang anak yang penurut, Rizal selalu menuruti apa kata papanya, Tapi untuk urusan cewek Rizal nggak mau papanya ikut campur,
Itulah yang membuat papanya selalu marah sama Rizal.
Doni pratama, itulah orang yang paling tersohor di kota J
Bersambung!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
TRIDIAH SETIOWATI
awal cerita yg menarik
2024-01-06
0
Maulana ya_Rohman
mampir thor
2023-09-12
0
Nana
absen
2022-05-02
0