Kekecewaan (Disappointment)

Ke esokan harinya

Setelah menempuh penerbangan kurang lebih selama 24 jam dengan 1x transit kini Azcel dan Aditya tiba di bandara internasional Ngurah Rai Bali. Sebagai tempat tinggal sementara selama mereka liburan, Azcel memilih salah satu villa terbaik dengan fasilitas lengkap dan mewah. Villa siapa itu? Tentu saja villa keluarga Azcel.

Istirahat menjadi opsi pertama bagi kedua pria tersebut baru ke esokan harinya atau lebih tepatnya hari ke dua akan mereka gunakan untuk berkeliling satu persatu ke tempat wisata yang ada di Bali.

Siapa sih yang tidak tahu Bali? Bali merupakan salah satu pulau yang ada di Indonesia dengan sejuta keindahannya.

🍃🍃🍃

Pagi ini setelah sarapan Azcel meninggalkan villa untuk berjalan-jalan menyusuri pantai, pantai yang jadi tujuan utamanya adalah Pulau Dewata, disana dia dapat mengenang masa lalunya, mengingat cerita lama bagaimana dirinya bisa berada di dunia ini, bagaimana dia bertemu cinta pertamanya, bagaimana dia berkenalan dengan Aditya sahabatnya dan masih banyak hal indah lainnya.

Sepasang kaki kokoh itu nampak tak ingin berhenti menapaki tepi pantai meski telah jauh dirinya melangkah, ke mana tujuannya melangkah? Entahlah. Fikiran dan hatinya carut marut tak jelas, bayangan-bayangan indah dan buruk seakan berputar didepan matanya hingga tanpa sadar Azcel menabrak gadis kecil yang berjalan berlawanan arah dengannya.

"Sorry Mr, are you okay?"

Azcel hanya mengangguk kecil sebagai jawaban dan berlalu begitu saja.

"Hey Mr! Wait wait!" Gadis kecil yang tidak patah semangat itu berlari kecil mengejar langkah Azcel yang lebar.

"Mr you see, my ice cream jatuh! Don't you know kalau you harus ganti!"

Gadis itu mencoba sebisa mungkin berbicara bahasa inggris meskipun hasilnya nihil.

"Berbicaralah dengan benar! Aku sama sekali tidak mengerti bahasa mu." Jawab Azcel acuh.

Baru akan melangkahkan kakinya kembali gadis itu mencoba menghentikan lagi.

"Jadi kau bisa berbahasa Indonesia?" Protesnya dengan wajah kesal, yang justru membuat Azcel menahan tawanya.

"Tentu saja bisa."

"Kenapa tidak kau katakan dari tadi, percuma saja aku susah payah berbicara dengan bahasa inggris kalau Mr ternyata mengerti bahasa indonesia!" Ungkapnya panjang lebar dengan langkah pelan mengikuti Azcel.

"Kau tidak bertanya gadis kecil! Dan stop, suaramu yang cempreng itu sangat menggangu."

"Aish! Jadi Mr bagaimana? Maukah kau mengganti ice cream ku yang jatuh itu! Sungguh itu uang terakhir ku." Cemberut, pipi mengembung, dan puppy eyes gadis itu membuat Azcel sedikit melupakan sakit hatinya.

"Di mana orangtuamu?" Tanya Azcel sambil memandang ke segala arah siapa tahu ada orang tua yang sedang mencari anak hilang.

"Mereka sedang sibuk di sana" tunjuknya pada sebuah rumah makan yang cukup ramai dipadati pelanggan. "Jadi gimana, maukah om ganteng ganti rugi?" Tanya bocah itu sambil menaik turunkan alisnya.

"Apa katamu?? Om?!" Mata Azcel memicing tajam menandakan bahwa dirinya tidak terima dengan panggilan baru bocah itu.

"Ya kan memang om om" ucapnya tanpa rasa bersalah.

"Dimana kau membelinya." Tanya Azcel dingin.

"Disana!" Tunjuk gadis itu kegirangan. "Ayo, kita akan makan ice cream bersama."

"Tidak perlu! Aku tidak terbiasa makan dengan orang asing!" Azcel mendengus dingin mendengar ajakan gadis kecil itu. 

Apa dia tidak takut di culik?? Bisa-bisanya mudah percaya dengan orang baru.

Diam-diam ada senyum kecil yang tercetak di bibir Azcel, akh mungkin jika aku memiliki adik setidaknya aku tidak akan semenyakitkan ini. Akan ada sosok yang akan menghibur ku dengan kehadirannya. Seperti dia. Azcel sedikit melirik kesamping kanannya dimana ada seorang gadis berusia 15tahun yang riang, cerewet, polos, dan tentunya cantik alami belum tersentuh make up, satu lagi! Jangan lupakan pipi cubby yang membuat banyak orang ingin mencubitnya.

🍃🍃🍃

"Azcel!" Akhirnya setelah sekian lama Aditya mencari ke sepanjang tepi pantai dia menemukan sahabat yang sempat membuatnya panik.

"Minum dulu, nanti nafasmu habis!" Dilemparkannya minuman kaleng yang dari tadi di genggamnya namun belum sempat terbuka itu.

"Ahh segar sekali! Darimana saja kamu? Aku mencarimu, khawatir jika kamu di bawah bule-bule cantik di sini" ejek Aditya namun tersirat akan kekhawatiran di pancaran matanya.

"Aku hanya ingin mengenang apa yang bisa aku kenang di sini sebelum aku melupakannya" senyum mengejek di tunjukkan untuk dirinya sendiri yang terlihat sungguh menyedihkan.

"Baik, tapi berjanjilah setelah ini kamu akan bahagia Azcel! Kau tau? Selain dirimu aku tidak punya siapapun di dunia ini. Keberkahan dan semua yang aku miliki ini adalah pemberian mu, jadi jangan sampai kamu bunuh diri sebelum aku membalasnya" kekehan ejekan ringan terdengar dari bibir tipis Aditya.

"Sialan!" Azcel menoyor sedikit keras bagian samping kepala sahabatnya.

"Akh sakit bodoh!!" Erangnya sedikit di lebih-lebihkan.

Alay emang ya si Aditya ini hehe

"Apa katamu?? Bodoh?!" Tatapan tajam yang tidak di sadari oleh Aditya itu sepertinya siap membunuh tanpa menyentuhnya.

"Iya! Bodoh! BO DOH!!" Tegasnya sambil cengengesan. "Kau memang bodoh Azcel, kau merusak dirimu, karirmu bahkan hidupmu demi sorang perempuan. Seharusnya kau tidak seperti ini, sebesar apapun cintamu kepadanya seharusnya tidak melebihi cintamu terhadap dirimu sendiri." Aditya menghela nafas sesaat. "Kamu baik, sudah seharusnya kamu bersanding dengan yang baik pula. Mungkin Grite memang bukan jodohmu. Ikhlaskan saja jika memang kau sudah siap untuk melupakannya." Lanjut Aditya.

Siang itu setelah bosan duduk di tepi pantai berdua mereka menuju ke sebuah restoran terdekat untuk mengisi amunisi lalu melanjutkan kegiatan seru yang mereka rencanakan sejak memutuskan untuk berlibur ke pulau indah ini. Setelah puas bermain Speedboat dan surfing board mereka memutuskan untuk kembali ke vila di sore hari.

🍃🍃🍃🍃🍃