Arga, menyandang gelar casanova dingin yang tidak suka terikat hubungan, apalagi pernikahan. Maka diusianya yang sudah matang belum juga menikah.
Namun, kematian Sakti membuat dia harus menikahi Marsha. Wanita yang sedang mengandung benih milik sang adik.
Menikahi wanita yang tidak dia cintai, tidak mengubah kelakuan Arga yang seorang casanova suka bersenang-senang dengan para wanita.
Kebaikan, perhatian, dan keceriaan Marsha mengubah Arga secara perlahan sampai dia merasa tidak tertarik dengan para wanita diluar sana.
Namun, semua berakhir saat Valerie bangun dari koma panjang. Arga lebih mementingkan sang kekasih dari pada Marsha yang sedang hamil besar.
Arga merasakan penyesalan saat Marsha mengalami koma setelah melahirkan. Ketika sadar sang istri pun berubah menjadi sosok yang lain. Tanpa Arga duga Marsha kabur membawa Alva, bayi yang selama ini dia besarkan.
Akankah Arga bisa mendapatkan Marsha dan Alva kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6. Marsha Marah
Bab 6
Istri Arga yang melihat pemandangan tidak senonoh itu langsung mengambil kemoceng yang sering dia gunakan untuk membersihkan perabotan. Lalu, dia pukulan ke tubuh kedua orang yang tadi bercumbu ada di sofa.
Arga yang tadi begitu asyik memainkan buah khuldi milik wanita seksi itu lantas menjauh, karena menerima pukulan dari Marsha. Dia pun melotot saat melihat wanita kencannya sedang di pukuli pakai kemoceng.
"Marsha, apa yang kamu lakukan?" teriak Arga.
Omongan laki-laki itu tidak didengarkan oleh perempuan yang sedang kalap. Bahkan wanita yang setengah berbadan polos itu berteriak meminta ampun, tetapi Marsha tidak berhenti memukulinya.
"Dasar wanita gatal. Rasakan ini!" Marsha belum puas memukul tubuh si wanita seksi itu.
Melihat wanita kencannya berteriak sambil menangis, Arga pun menarik tubuh Marsha. Dia menjauhkan sang istri dari tamu tak diundang ini. Tubuh wanita itu juga sudah terlihat garis-garis akibat pukulan yang dilayangkan oleh Marsha.
"Lepaskan aku, Kak!" teriak Marsha sambil memberontak ingin melepaskan diri. Namun, dia tenaga Arga begitu besar sehingga di tidak bisa membebaskan diri.
"Kamu cepat pakai baju dan pergi dari sini kalau masih ingin hidup!" bentak Arga kepada wanita yang masih duduk di sofa sambil menangis.
Wanita seksi itu belum juga memakai baju atasannya. Dia tidak tahu di mana baju miliknya, karena dia tidak ingat kapan kain penutup itu terlepas dari tubuhnya.
Marsha menatap tajam dan wanita seksi itu membalas dengan melihat nyalang. Terlihat jelas dia juga saat ini sedang marah karena sudah diperlakukan seperti barusan.
"Dasar wanita gila! Siapa kamu tiba-tiba saja memukuli aku?" bentak wanita seksi itu belum juga memakai baju atasannya. Bahkan dia tidak tahu di mana bajunya karena dia tidak ingin kapan kain penutup itu terlepas dari tubuhnya.
"Aku … istrinya Arga! Mau apa kamu? Jangan berani-berani berzina di sini!" hardik Marsha dengan penuh emosi.
Mendengar ucapan Marsha, membuat wanita itu terlihat shock. Wajahnya yang tadi merah merona kini langsung berubah pucat dengan mata terbelalak.
"Tutup tubuh kamu itu! Punya dada sebesar buah jambu kulutuk begitu saja bangga masih bagus dan besar punya aku," aku Marsha sambil menunjuk tubuh si wanita. Arga yang mendengar ucapan sang istri tiba-tiba saja mukanya terasa panas. Entah kenapa dia jadi membayangkan tubuh wanita yang masih dalam kekangannya.
Dengan cepat wanita itu memakai baju yang tadi dibuka oleh Arga setelah menemukannya berada di ujung kolong meja. Lalu, dia pun berlari meninggalkan apartemen milik Arga.
"Lepaskan!" bentak Marsha sambil memberontak berusaha melepaskan diri.
Arga pun langsung melepaskan kedua tangannya yang sejak tadi melingkar di perut dan tubuh bagian dada atas mendekati leher. Kini dia merasa marah kepada Marsha karena sudah memergoki dirinya saat bercumbu dengan seorang wanita.
"Bukannya sudah jelas dalam surat perjanjian kita tidak boleh mencampuri urusan kita satu sama lain!" teriak Arga dengan penuh emosi.
"Yang tadi itu bukan ikut campur urusan Kakak. Aku tidak mau tempat tinggal aku dijadikan tempat maksiat dan tempat menumpuk dosa. Kalau kamu mau berzina, sana pergi ke hotel atau sewa kontrakan," cerocos Marsha dan Arga melotot tidak mau kalah. Baginya jika itu suatu kebenaran maka dia akan berpegang kepadanya.
"Ini apartemen aku. Jadi, aku bebas mau melakukan apa pun di sini," tukas Arga sambil menunjuk ke bawah jari telunjuknya dengan nada bicara dingin.
"Oke, kalau begitu antarkan aku pulang ke rumah kedua orang tuaku sekarang juga! Aku tidak mau mendapatkan murka Allah karena tinggal di tempat yang sering dipakai maksiat," balas Marsha dan membuat Arga gelagapan.
Marsha memanfaatkan kelemahan Arya yang selalu menuruti ucapan ibunya. Tentu saja Arga baru tahu kalau Marsha bisa juga licik kepadanya.
Saking kesalnya Arga pun menyambar kunci mobil yang ada di atas bufet. Laki-laki itu jika sedang kesal biasanya akan pergi dan menenangkan hati juga pikirannya.
Arga pergi menuju apartemen milik Pandu. Jarak yang tidak begitu jauh sekitar 5 kilometer.
"Pandu, tadi kamu ...," ucap Arga berhenti, karena melihat sang sahabat sedang bergumul di sofa.
Suara merdu yang menggiring sepasang insan itu ke jurang neraka, terasa memekakkan telinga Arga. Meski mereka melihat kedatangan dirinya, itu tidak membuat keduanya menghentikan aktivitas itu.
"Ada apa?" tanya Pandu.
"Tidak jadi. Lagian aku merasa ini tidak terlalu penting," jawab Arga lalu pergi dari apartemen sahabatnya.
***
Kaki Arga membawa dirinya ke sebuah rumah sakit. Laki-laki itu berdiri di depan sebuah ruang rawat yang memperlihatkan seorang perempuan berbaring tidak sadarkan diri dengan beberapa alat terpasang pada tubuhnya.
"Valerie," gumam Arga.
"Arga?" Seorang perempuan berwajah cantik dan anggun berdiri di belakang Arga sambil tersenyum lebar.
"Mariana," balas Arga.
"Mau menjenguk Kak Valerie?" tanya Mariana.
Arga hanya mengangguk pelan. Dia selalu saja sedih dan merasa bersalah jika melihat keadaan kekasihnya yang sudah berbaring koma selama 5 tahun ini.
Kedua orang itu duduk di samping pasien sambil berbincang-bincang santai, atau lebih tepatnya Mariana yang banyak berbicara dan sesekali Arga menanggapi. Tidak terasa waktu sudah malam hari dan Arga harus segera pulang karena perutnya juga sudah sangat lapar.
"Sering-seringlah menjenguk Kak Valerie, Arga. Semoga dengan kehadiran kamu di sisinya bisa membuat dia cepat sadar," kata Mariana meminta kepada rekan kerjanya sekaligus kekasih kakaknya.
Hanya anggukan sebagai jawaban dari Arga. Lalu, laki-laki itu pun pulang.
Saat pulang Arga tidak mendapati Marsha di dapur. Biasanya dia jam segini wanita itu sudah selesai memasak untuk makan malam.
'Kemana perempuan itu?' tanya Arga dalam hatinya.
Tempat yang pertama kali Arga tuju adalah kamar tidur Marsha. Tanpa mengetuk pintu, laki-laki itu langsung membuka pintu. Mata Arga hampir meloncat keluar dari tempatnya saat dia melihat pemandangan yang tidak pernah terbayangkan olehnya.
***
Pemandangan apakah itu? Ada kisah masa lalu seperti apa antara Arga dan Valerie? Ikuti terus kisah mereka, ya!