Aku tidak pernah menyangka jika kisah cintaku bisa serumit ini. Berawal dari perkenalan yang tidak kusengaja dengan seorang pria yang mengaku masih singel, ternyata dia adalah seorang pria beristri.
Disaat aku mencoba untuk move on, ternyata Allah kembali menguji ku dengan seorang duda beranak satu. Lalu sanggupkah aku lepas dari jerat sang duda?
jangan lupa baca dan suscribe aku ya.. Terima kasih 😊🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Embunpagi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terjerat Cinta Duda 6
" Ya sudahlah ma, tepat setiap tanggal dua puluh lima. Gak pernah telat sekalipun." Jelas papa dengan santai.
Mama menatapku tajam penuh selidik.
Aduh..apa yang harus ku lakukan?
Wajar memang mama curiga padaku. Karena selama ini setiap berbelanja aku selalu berusaha membayar sendiri dengan uang yang di kasih oleh papa.
Aku membuang pandanganku, menatap jalanan yang semakin sore semakin ramai.
Kepalaku seperti mendenyut sore ini, bingung mencari alasan yang tepat jika mama bertanya nanti.
Jika tahu yang sebenarnya, mama pasti bisa marah besar. Aku mengetuk-ngetuk pintu mobil sebagai penggilang rasa suntukku.
" Kita makan apa nih?" Tanya papa memecah kesunyian.
Mama masih diam. Lebih tepatnya mungkin melamun.
" Enggak ada yang lapar nih?" Goda papa pada kami.
Masih sama, tak ada yang menyahut. Aku masih sibuk dengan pikiranku sendiri, begitu pun mama.
Hingga diluar dugaan, papa tiba-tiba mengerem mendadak mobil yang kami kendarai.
" Awaaaauu...." Suara jeritan dari aku dan mama menggema di dalam mobil.
" Papa..! Kenapa sih ngerem mendadak? Mau buat kita bahaya?"
Suara mama kencang memekakkan telinga kami berdua.
" Habisnya papa tanya kalian berdua gak ada yang jawab." Jelas papa.
" Emang papa tanya apa? Mama gak dengar." Jawab mam heran.
" Kita makan enggak nih? Kalian gak ada yang lapar?" Tanya papa lagi.
" Bungkus aja ya pa?" Mama minta pendapat papa.
" Terserah deh."
Mama turun dari mobil mencari makanan untuk dimakan di rumah.
Sementara aku dan papa menunggu di mobil.
" Eh Zah, mama mu kenapa? Kok tiba-tiba melamun? Tanya papa heran.
Aku hanya mengangkat bahu sebagai tanda tidak tahu.
Sementara papa hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan anak semata wayangnya.
***
Kami sudah sampai dirumah, tanpa banyak kata aku masuk kekamarku.
Aku berusaha menghindar dari mama.
Huft! Rasa pusing menderaku sore ini.
Tring... Tring.. Tring..
Ada beberapa pesan masuk, ternyata dari mas Erik.
Aku membuka satu persatu pesannya,
( Terima kasih ya sayang.. kamu sudah bantu mas.)
( Cuma kamu wanita yang pengertian sama mas. Mas sayang sama kamu.)
(Mas janji dalam waktu seminggu akan mengembalikan uang yang mas pakai.)
Aku tersenyum membaca pesannya. Hatiku seperti di tumbuhi bunga-bunga yang bermekaran.
Dengan cepat aku membalas pesan dari mas Erik.
( Iya mas sama-sama. Semoga ibu kamu lekas sembuh ya mas.. Aku juga sayang sama kamu.") Lalu kutekan tombil send.
Huh! Lega rasanya sudah di kirimi pesan sama mas Erik.
Aku lekas bangkit dari tempat tidur dan membersihkan badan agar lebih segar.
Jam didinding sudah menunjukkan pukul delapan, papa mengetuk pintu kamarku untuk mengajak makan malam.
Dadaku berdebar-debar jika akan berhadapan dengan mama. Tapi makan malam dengan papa adalah hal yang kutunggu tunggu, karena papa jarang berada dirumah.
Aku keluar kamar, mama dan papa sudah menunggu di meja makan.
" Kok lesu Zah?" Tanya papa heran.
" Enggak kok biasa aja. Papa mau kemana kok malam-malam sudah rapi?"
" Papa mau ke Pekan baru Sayang.. ada masalah di perkebunan." Jawab papa santai.
" Tapi papa datangkan di acara wisuda Zahra nanti?" Tanyaku memastikan.
" Loh masih butuh papa? Kan sudah ada calon yang menggantikan papa." Kelakar papa.
Aku hanya mencebik mulutku.
Iya kalau mas Erik beneran mau aku ajak. Batinku dalam hati.
Makan malam sudah selesai, papa berpamitan dengan aku dan mama.
" Papa hati-hati ya..." Pesanku dan mama.
" Sip..!" Papa mengangkat jempolnya.
Kami melambaikan tangan saat mobil yang du kendarai papa melaju meninggalkan halaman rumah.
Mama menutup pintu, aku bergegas masuk kekamar, tapi langkahku di tahan oleh mama," Ada yang mau mama bicarakan." Tatapan mama serius.
" Bicara apa ma?" Jawabku berusaha santai.
" Duduk!" Perintah mama.
Aku menuruti ucapan mama. Kalau mama sudah berbicara tanpa senyum itu artinya ada hal serius yang ingin dibicarakan mama.
" Kamu sudah dapat transferan uang jajan dari papa kan?"
Yang kutakutkan benar-benar terjadi. Apa yang harus ku katakan pada mama? Aku mengetuk-ngetuk meja untuk menghilangkan rasa gugup.
" Zah?" Panggil mama lagi.
" Em.. anu ma.." Mulutku seperti terkunci. Aku bingung harus memulai dari mana.
" Setiap bulan papa tidak pernah terlambat memberi transferan uang jajan kepada kamu sebesar dua juta rupiah. Bagi mama itu nominal yang besar. Dan selama ini kamu selalu membeli barang kebutuhan mu sendiri dengan uang yang di beri papa. Dan hari ini tumben kamu tidak mengeluarkan uang sepersen pun." Cerca mama.
Aku masih diam seribu bahasa.
Hingga membuat mama naik pitam dan melampiaskan pada meja ruang tamu yang tidak apa-apa.
" Brak..!"
Sumpah ini adalah kali pertama mama marah sengeri ini. Badanku gemetaran melihat kemarahan mama.
" Jawab semua pertanyaan mama, Zah!"
" M.. maafin Zahra ma..?" Pintaku memelas.
" Mama tidak butuh permintaan maaf kamu. Yang mama mau kamu jujur kemana uang yang baru di transfer papa ke rekening kamu?" Tanya mama.
Aku memijit keningku, pusing!
" Atau jangan-jangan uang itu kamu beri sama lelaki itu?" Tebak mama.
" Pinjam ma.. "
Seketika mata mama membulat, kaget.
" Semudah itu kamu meminjamkan uang pada lelaki yang baru kenal? Memangnya kamu tahu rumahnya dimana? Lugu banget sih kamu? Sejak kapan kamu buat keputusan sendiri? Sejak kenal pria itu?
Denger ya Zah, kita boleh bantu siapa pun tapi konsultasi dulu sama mama dan papa.
Masih banyak loh orang yang harus kita bantu. Lagian kamu itu harus jadi perempuan yang smart agar tidak di manfaatkan sama lelaki." Mama menjelaskan panjang lebar.
" Mamanya mas Erik sakit ma, jadi mas Erik butuh uang seminggu lagi di balikkan." Aku mencoba menjelaskan pada mama.
" Kita lihat benar atau tidak ucapannya. Mama kasih tahu sama kamu ya Zah, seorang laki-laki itu yang di pegang ucapannya. Sekali laki-laki berbohong sudah pasti dia akan berbohong untuk menutupi masalah-masalah selanjutnya.
Hatiku bimbang karena keraguan mama.
Sosok wanita yang melahirkan ku, wanita yang sudah banyak makan asam garam kehidupanku seperti tidak respect dengan pria yang mendekatiku. Lalu aku bisa apa?
Dan aku kini percaya, mengapa begitu banyak teman semasa SMA kawin lari karena orang tua dan keluarganya tak menerima lelaki pilihannya. Lalu, haruskah aku akan seperti dengan teman-teman ku?
Seumur hidupku, aku belum pernah berjauhan dengan mama, lalu bagaimana bisa aku berpikiran kawin lari?
Tapi, jika mas Erik nanti benar menjadi jodohku, aku mau mas Erik datang ke papa dan mama dengan cara yang gentleman. aku yakin mas Erik adalah tipe orang yang bertanggung jawab.
pelajaran Manis Untuk Suamiku
kshan zahra
yuk ah baca....