Terjerat Cinta Duda

Terjerat Cinta Duda

Terjerat Cinta Duda 1

" Aduh..." Aku terjatuh ketika seseorang menabrakku dari depan.

Rasanya ingin sekali mulutku mengeluarkan kata-kata pedas untuk si penabrak yang tidak melihat jalan. Bisa-bisanya berada di toko sepatu tidak memperhatikan sekeliling.

" Maaf, sini kubantu!" Ia mengulurkan tangannya kearah ku.

Oh my good... Mataku hampir saja meloncat dari kelopaknya. Bagaimana tidak, penampilannya nyaris sempurna. Dengan tubuh tinggi bak atlet basket, hidung mancung, alis lebat dan kulitnya yang putih bersih sudah pasti dia idaman para wanita. Dan aku adalah salah satunya.

Aku sudah berdiri. Tetapi lelaki itu masih mengulurkan tangannya.

" Maaf ya.. aku tidak sengaja. Erik.." Ia menyebut namanya.

Aku yang sudah terpesona pada pandangan pertama tak ingin membuang waktu. Aku meraih tangannya dan menyebutkan namaku, " Zahra." Jawabku singkat.

Aku berusaha menutupi rasa gugup yang menyerangku tiba-tiba.

" Cantik namanya, secantik orangnya." Ucapnya tersenyum.

Aku tau itu hanya gombalan lelaki, tapi entah mengapa gombalan itu sukses membuat ku tersipu malu. Jangan tanya wajahku seperti apa, mungkin saja wajahku sudah memerah bak kepiting rebus.

" Boleh minta nomor handphone nya?"

Entah mengapa aku menurut saja bak kerbau yang di cucuk hidungnya. Dengan cepat kusebutkan dua belas digit nomor handphoneku.

" Terima kasih, sampai jumpa di lain waktu." Kami pun bersalaman dan ia berlalu pergi dari hadapan ku.

Sementara aku masih berdiri mematung menatap punggungnya yang hilang di telan keramaian.

" Zahra..! "

Aku tersadar dari lamunanku karena senggolan putri di bahuku.

" Liatin apa sih sampai gak ngerespon panggilanku ? Uda siap milih sepatunya?" Tanyanya cemberut.

" Jangan marah-marah nanti cepat tua loh.." candaku pada putri. Aku kembali fokus pada tujuan utamaku yaitu mencari sepatu.

Yes! Akhirnya sepatu warna putih yang kucari sudah dapat. Aku pun segera ke meja kasir untuk membayar. Sementara sahabatku, ia sedang asyik duduk di pojokan sambil menjilati es krim nya yang hampir meleleh.

Dasar putri uda gede tapi gak pernah lupa makan es krim. Aku terkekeh sendiri melihat ulahnya.

" Yuk pulang!" Ajakku.

Ia pun mengangguk mengikutiku berjalan di sampingku.

Kami berjalan menuju keparkiran mobil. Pak Anwar sudah standby menunggu di mobil.

" Pak kita pulang ya..tapi anterin putri dulu." Perintahku pada supir papa.

" Siap non." Jawab pak Anwar mengangkat satu jempol tangannya.

Di sampingku putri asyik menyerocos tentang buku yang baru saja di belinya. Sahabatku ini memang kutu buku. Aku menyayanginya walau terkadang penampilannya selalu bikin aku gemes.

Aku tak sedikit pun menimpali ucapan putri. Aku sibuk dengan pikiranku sendiri. Tentang lelaki yang ku jumpai tadi.

Aku adalah seorang mahasiswi semester lima. Dan ini adalah untuk pertama kalinya aku merasakan getaran hebat didadaku. Mungkinkah aku jatuh cinta?

Aku menutup mataku, mencoba membingkai wajah lelaki itu. Erik, bahkan namanya saja langsung terpatri di hatiku. Menyebut namanya saja bisa menarik bibirku untuk tersenyum.

" Zah, bangun! Aku uda sampai. Senyum-senyum sendiri, kesambat setan baru tahu rasa." Putri menggoyang badanku.

Aku membuka mata. Aku merengut menatapnya.

" Kenapa cemberut? Mampir dulu gak nih?" Tawar putri padaku.

Aku menggeleng karena sudah terlanjur sebel.

" Makasih pak Anwar.." Putri melambaikan tangan.

Kami pun meninggalkan halaman rumah Putri.

" Kita lanjut pulang non?" Tanya pak Anwar.

" Iya pak. " Jawabku singkat.

Setelah lima belas menit akhirnya kami sampai dirumah. Bik Darmi membukakan pintu.

" Mama belum pulang bik?"

" Belum non, mungkin ada les tambahan."

Aku tak menanggapi ucapan bik Darmi. Hari ini aku hanya ingin istirahat dirumah. Bagiku kamar adalah tempat ternyaman untuk menghilangkan penat.

Aku membaringkan badanku ke ranjang empuk. Aku kembali mengingat pertemuan dengan Erik. Aku menebak-nebak usianya, mungkin dua puluh enam, dua puluh tujuh atau malah tiga puluh tahun. Kalau masih batas kepala tiga tidak terpaut jauh dengan usiaku.

Tapi aku kembali meragu, mungkinkah ia mengingatku? Atau hanya aku yang ingat pertemuan ini? Atau malah aku yang cuma kesemsem dengan pesona.

Aku memijit keningku, ada rasa pusing yang mendera memikirkan kejadian ini.

Disaat aku sedang galau memikirkan Erik, tiba-tiba saja handphone ku berdering. Aku melihat nomor yang terpampang dilayar tidak ada namanya. Siapa gerangan? Hati ku sibuk bertanya-tanya.

Ini adalah panggilan kedua yang belum ku jawab. Masih nomor yang sama. Hatiku tergerak untuk mengetahui siapa pemilik nomor ini.

( Halo..) sahutku mengudara.

( Halo juga, masih kenal denganku?)

Oh tuhan... Suara itu! Bagaimana aku bisa lupa jika seharian ini hanya dia yang menjadi isi kepalaku.

( Siapa ya?) Aku pura-pura lupa untuk tetap menjaga image.

( Masa sih lupa? Aku saja tidak bisa melupakanmu?)

( Gombal) Jawabku singkat. Ternyata dia memang pandai membuat rayuan. Tapi kenapa justru aku suka?

Dari seberang hanya terdengar suara tertawanya. ( Aku Erik, tadi siang kita bertemu di toko sepatu. Dan kita tidak sengaja bertabrakan) Ucapnya lagi.

(Oh ) Hanya itu yang bisa kulakukan. Sementara jantungku berdetak kencang seperti hendak loncat dari tempatnya. Terlalu bucinkah aku? Atau ini cinta pertamaku.

( Aku cuma mau kasih tahu bahwa ini nomor handphone ku. Mungkin lain waktu kita bisa bertemu.)

( Oh oke! Nanti aku save nomor kamu ya..)

( Ok. Bye)

( Bye...)

Sambungan telepon terputus. Aku meloncat kegirangan, hingga tak sadar ada wajah di balik pintu yang sedang mengintip aktivitas ku dari tadi.

" Ngapain Zah?

Alamak... Itukan suara mama. Bagaimana bisa aku tidak mendengar kedatangan mama.

Aku menutup wajahku dengan bantal karena merasa malu telah di pergoki mama.

" Kamu kenapa? Kok seneng banget sampai loncat-loncat begitu? Kayak anak kecil." Cibir mama sambil mencolek daguku.

" Apaan sih ma? Kepo banget sama urusan anak gadis." Jawabku sambil merengut dan memalingkan wajahku dari tatapan mata.

" Sepertinya ada yang sedang jatuh cinta ya?" Tebak mama.

Tuh kan! Kenapa sih tebakan mama bisa benar, gumamku dalam hati.

" Benerkan tebakan mama." Mama menaikkan alisnya menggoda ku.

" Mama ada apa masuk ke kamarku?" Aku mencoba mengalihkan pembicaraan kami tadi.

" Gak usah mengalihkan pembicaraan kita Zah!" Ucap mama menatapku serius.

" Gak ada yang Zahra sembunyikan ma." Jawabku pelan.

" Ingat Zah, kamu boleh berkenalan dengan siapa saja, kamu boleh berteman dengan siapa saja, tapi hanya satu yang tidak boleh kamu lakukan. BERPACARAN!" pesan mama.

"Zahra tau ma."

Mama mengelus puncak kepalaku, " Baik-baik ya.. mama percaya kamu sudah dewasa. Sudah bisa memilih mana yang baik dan buruk. Jangan menyalah artikan kepercayaan yang sudah mama dan papa beri."

Aku hanya mengangguk. Mama keluar dari kamar, meninggalkan aku yang masih terpaku di kamar ini.

.

Terpopuler

Comments

abdan syakura

abdan syakura

Mampir ya kak
yuk ah baca....

2023-05-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!