Namanya Wang Chen. Dia adalah seorang pemuda bodoh yang bahkan dianggap gila oleh para murid Perguruan Tangan Sakti.
Hanya Souw Liancu yang tidak melihat seperti itu. Souw Liancu merasa Wang Chen selalu melindunginya dan kekuatan Wang Chen tidak ada bandingannya.
Wang Chen bisa bertindak di luar nalar saat dibutuhkan, dan bisa muncul jadi sosok tangguh saat dibutuhkan. Souw Liancu tahu kalau Wang Chen memiliki latar belakang luar biasa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gregorious, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23 Aku akan Melindungimu
Sebaliknya, tangan Tan Peklong yang memukul terasa sangat sakit, seolah ia baru saja memukul tembok baja yang sangat keras.
"Apa?!" Tan Peklong menatap tinjunya yang gemetar karena sakit.
Ia mencoba lagi. Kali ini ia memukul perut Wang Chen. Kemudian dada. Kemudian punggung. Ia memukul berkali-kali, dengan semua kekuatan yang ia miliki.
Tetapi hasilnya sama. Setiap pukulan terasa seperti memukul tembok yang tidak bisa hancur. Tubuh Wang Chen sama sekali tidak terluka. Tidak ada bekas, tidak ada darah, bahkan tidak ada reaksi sama sekali.
Wang Chen hanya duduk di sana, membiarkan dirinya dipukuli, seperti tidak merasakan apa-apa. Wajahnya menunjukkan ekspresi kosong, tetapi matanya seperti menatap ke tempat yang sangat jauh, memikirkan sesuatu yang tidak bisa dipahami oleh orang lain.
Setelah memukul selama hampir sepuluh menit, Tan Peklong akhirnya menyerah. Tangannya sangat sakit, bahkan mungkin patah beberapa tulang jari. Ia terengah-engah, keringat mengalir di wajahnya.
"Dasar... dasar monster aneh!" teriak Tan Peklong dengan frustasi. "Apa-apaan tubuhmu ini?!"
Ia tidak mendapat jawaban. Wang Chen masih hanya duduk di sana dengan tatapan kosong.
Tan Peklong akhirnya menyerah. Ia turun dari bukit dengan wajah marah dan bingung, sesekali menatap ke belakang ke arah Wang Chen yang masih duduk sendirian di puncak bukit.
"Pasti ada orang yang memberikan jimat kekebalan tubuh padamu. Huh! Suatu hari nanti aku akan mengetahui rahasiamu, Wang Chen. Dan saat itu tiba, aku akan membuatmu membayar semua penghinaan ini," gumam Tan Peklong sambil terus berjalan menjauh.
***
Sementara itu, Souw Liancu yang sudah pulih dari benturannya dengan pohon tadi mulai mencari Wang Chen. Ia merasa bersalah karena tindakannya tadi membuat Wang Chen panik seperti itu. Ia seharusnya lebih berhati-hati, seharusnya lebih memahami bahwa Wang Chen mungkin tidak nyaman dengan sentuhan fisik seperti itu.
Ia bertanya ke sana kemari, akhirnya ada murid yang memberitahu bahwa ia melihat Wang Chen berlari ke arah bukit tempat mencari kayu bakar.
Souw Liancu segera pergi ke sana. Ketika ia tiba di kaki bukit, ia berhenti dan bersembunyi di balik pepohonan. Ia melihat Wang Chen duduk sendirian di puncak bukit, masih dengan posisi yang sama, memeluk lututnya.
Souw Liancu hendak keluar dari persembunyiannya dan naik ke atas untuk meminta maaf kepada Wang Chen, tetapi tiba-tiba langit yang tadinya cerah mulai berubah gelap.
Awan-awan hitam berkumpul dengan cepat. Angin mulai bertiup kencang. Dan kemudian terdengar gemuruh guntur yang menggelegar dari jauh.
Badai petir datang lagi.
Souw Liancu ingat apa yang terjadi terakhir kali ada badai petir. Wang Chen berubah menjadi seperti anak kecil yang sangat ketakutan, menangis dan memanggil-manggil ibunya.
Ia memutuskan untuk tetap bersembunyi, mengamati apa yang akan terjadi.
Petir mulai menyambar. Satu... dua... tiga kali. Setiap kali petir menyambar, suaranya semakin dekat, semakin keras.
Dan kemudian Souw Liancu melihat perubahan itu terjadi lagi.
Wang Chen yang tadinya duduk diam tiba-tiba mulai gemetar. Tubuhnya bergetar hebat, tangannya memeluk lututnya semakin erat. Kemudian terdengar suara tangisan.
"Ibu... ibu... aku takut... aku sangat takut..." isak Wang Chen dengan suara yang terdengar seperti suara anak kecil berusia tujuh atau delapan tahun.
Air mata mengalir deras di pipinya. Tubuhnya membungkuk semakin dalam, berusaha membuat dirinya semakin kecil, seolah ingin bersembunyi dari petir yang terus menyambar.
Hati Souw Liancu mencelos melihat pemandangan itu. Ia tidak tahan lagi. Ia keluar dari persembunyiannya dan mulai naik ke bukit dengan langkah cepat.
Wang Chen yang mendengar suara langkah kaki langsung mendongak. Matanya yang penuh air mata saat bertemu dengan mata Souw Liancu.
Dan kemudian, sama seperti sebelumnya, Wang Chen langsung bangkit dan berlari ke arah Souw Liancu.
"Ibu! Ibu!" teriaknya dengan suara anak kecil yang penuh dengan lega dan kegembiraan.
Ia berlutut di kaki Souw Liancu, memeluk kaki gadis itu dengan erat, menyembunyikan wajahnya yang penuh air mata di kain jubah Souw Liancu.
"Ibu... akhirnya aku menemukanmu... aku sangat takut... petirnya sangat menakutkan... jangan tinggalkan aku lagi, ibu..."
Wang Chen menangis dengan sangat keras, tubuhnya bergetar hebat setiap kali petir menyambar dan guntur menggelegar.
Souw Liancu merasakan dadanya sesak. Tangannya yang tadinya terangkat dengan ragu perlahan turun, menyentuh kepala Wang Chen, membelai rambutnya dengan lembut.
"Sshhh... tidak apa-apa... ibu di sini... tidak ada yang akan menyakitimu..." bisik Souw Liancu dengan suara yang lembut, suara yang bahkan ia sendiri tidak tahu dari mana asalnya.
Kata-kata "ibu" itu keluar begitu saja dari mulutnya, tanpa ia sadari. Mungkin karena Wang Chen memanggilnya dengan sebutan itu. Mungkin karena ia merasa kasihan yang sangat mendalam kepada pemuda ini. Atau mungkin karena di lubuk hatinya yang paling dalam, ia ingin melindungi Wang Chen seperti seorang ibu melindungi anaknya.
"Petirnya tidak akan menyakitimu... aku akan melindungimu... tidak perlu takut lagi..." lanjut Souw Liancu sambil terus membelai rambut Wang Chen.
Perlahan, tangisan Wang Chen mulai mereda. Ia masih memeluk kaki Souw Liancu dengan erat, tetapi getaran di tubuhnya sudah berkurang. Kehadiran Souw Liancu sepertinya memberikan rasa aman yang ia cari.
Badai petir terus berlangsung. Hujan mulai turun, membasahi mereka berdua. Tetapi Souw Liancu tidak bergerak. Ia hanya berdiri di sana, membiarkan Wang Chen memeluk kakinya, membiarkan hujan membasahi tubuhnya, tangannya terus membelai rambut Wang Chen dengan gerakan yang menenangkan.
Dan di tengah hujan dan petir itu, Souw Liancu merasakan sesuatu berubah di dalam hatinya. Perasaan yang sudah tumbuh sejak lama, perasaan yang selalu ia coba untuk tidak terlalu dipikirkan, sekarang meledak dengan kekuatan penuh.
Ia mencintai Wang Chen.
Tidak peduli siapa pemuda ini sebenarnya. Tidak peduli misteri apa yang mengelilinginya. Tidak peduli kenapa ia kadang terlihat seperti kultivator yang sangat kuat dan kadang terlihat seperti anak kecil yang ketakutan.
Ia mencintai semua sisi dari Wang Chen. Sisi yang kuat dan sisi yang lemah. Sisi yang cerdas dan sisi yang terlihat bodoh. Sisi yang berani dan sisi yang ketakutan.
Ia ingin melindungi pemuda ini. Ia ingin ada di sisinya. Ia ingin mengungkap semua misteri tentangnya dan membantu dia mengatasi apapun yang menghantuinya.
Air mata mengalir di pipi Souw Liancu, bercampur dengan air hujan. Tetapi kali ini bukan air mata kesedihan. Ini adalah air mata karena kesadaran, karena kepastian, karena akhirnya ia tahu apa yang ia rasakan.
"Aku akan melindungimu, Wang Chen," bisiknya dengan suara yang penuh tekad. "Apapun yang terjadi, aku tidak akan pernah meninggalkanmu. Aku berjanji."
Dan janji itu keluar dari lubuk hatinya yang paling dalam, janji yang ia tahu akan ia pegang selamanya, tidak peduli apapun yang terjadi di masa depan.