Kalau kamu ada di dalam mobil bareng suamimu dan "cinta sejatinya" pas kecelakaan, siapa coba yang bakal dia selamatkan?
Rizki nggak butuh sedetik pun buat gendong Meli pergi. Darah mengalir deras. Bukan cuma janin tiga bulan di perut Aulia yang mati, tapi juga seluruh hati Aulia. Hancur jadi debu.
Semua orang juga tahu, pernikahan mereka itu cuma kontrak bisnis belaka. Aulia memang merebut Rizki dari Meli, tapi dia yakin suatu hari Rizki bakal capek berpura-pura dan benar-benar lihat dia.
Tapi, pas liang lahat bayinya ditutup, Aulia baru melek. Cukup. Kita cerai.
Tiga bulan kemudian, di panggung gemerlap, Aulia berdiri. Cantik. Hebat. Menerima penghargaan. Rizki terpaku, lalu dengan suara datar bilang ke semua orang, "Ya, itu istri saya." Aulia cuma senyum miring, lalu menyodorkan kertas perceraian ke tangan Rizki. "Maaf ya, Pak Rizki. Yang benar itu mantan istri."
Pria sedingin es itu akhirnya pecah. Matanya memerah, suaranya parau. "Mantan? Aku nggak pernah mau cerai!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elara Tulus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Satu Koper Kenangan
Kali ini, butuh hampir tiga menit sebelum balasan dari Mavin datang.
"Besok malam jam 7."
Aulia mengiakan singkat. Setelah itu, Mavin nggak balas lagi. Kemungkinan besar sudah naik pesawat.
Aulia mematikan ponsel. Dia mikir sebentar, lalu mutar arah mobil menuju vila. Baru saja sampai di depan vila, Aulia lihat banyak orang hilir mudik bawa koper.
Meli yang pakai terusan putih sederhana, kelihatan anggun di tengah keramaian. Dia kasih instruksi lembut, "Itu hadiah dari Rizki buatku, sangat berharga buatku. Tolong hati hati, jangan sampai rusak."
Para pekerja serempak jawab, "Tenang saja, Nyonya, kami pasti hati hati."
Meli mengangguk pelan. Dia nggak nyinggung sebutan "Nyonya" sama sekali.
Aulia berdiri di tempat. Dia natap dari kejauhan. Pas tanda tangan surat cerai semalam, dia nggak ngerasain perasaan kayak gini. Baru kali ini dia sungguh ngerasain kalau vila tempat dia tinggal beberapa tahun kini telah asing. Bukan lagi miliknya.
Aulia belum melangkah. Tapi Meli sudah lihat dia. Tatapan lembut Meli berhenti sebentar. Lalu setelah pesan singkat ke orang orang, dia senyum ramah dan jalan mendekat.
"Maaf ya, Aulia. Apartemen yang kusewa lagi direnovasi. Jadi untuk sementara ini nggak bisa ditempati. Rizki mintaku tinggal di vila ini dulu. Kamu nggak keberatan, 'kan?"
Senyum Meli kelihatan lembut. Tapi Aulia bisa ngerasain jelas tatapan penuh tantangan dan permusuhan yang terselip di balik matanya.
Aulia natap serius dan tanya, "Kalau aku keberatan, kamu akan pergi?"
Meli tertegun. Dia nggak nyangka Aulia bakal nanggepin begitu langsung.
Di matanya, Aulia selalu milih buat ngalah. Bahkan di hari ulang tahun pernikahannya sama Rizki, pas Rizki bareng dia, Aulia tetap bisa pura pura seolah olah nggak ada yang terjadi.
Bertahun tahun, Meli sengaja nyebarin foto foto mesra dia sama Rizki ke Aulia. Bahkan pernah kirim pesan langsung buat nguji sikapnya. Tapi Aulia nggak pernah nanggepin secara frontal. Makanya kali ini, Meli juga duga Aulia bakal menghindar.
Tapi dia segera menyesuaikan diri. Bibirnya melengkung jadi senyum. Pas mau ngomong, tatapannya jatuh ke sosok tinggi tegap yang berdiri di belakang Aulia. Meli langsung diam.
Aulia tentu nggak ngelewatin reaksi itu. Belum sempat dia mikir lebih jauh, suara dingin tanpa emosi milik Rizki terdengar dari belakangnya.
"Tentu saja nggak. Sama kayak aku keberatan kamu tinggal di vila ini. Tapi kamu sudah nempatinnya lima tahun, 'kan?"
Rizki jalan ke sisi Meli. Dia ngelindungin Meli dari depan. Lalu natap Aulia dingin, seolah olah ngadepin musuh besar. Aulia sampai sampai bertanya tanya, apa dirinya semengerikan itu?
Aulia senyum pahit. "Tenang saja. Aku akan segera kasih tempat ini buat kalian."
Bagaimanapun, mereka sudah cerai. Dia memang sudah rencana pindah.
Tapi di telinga Rizki, kata kata itu kedengar beda. Dia ngerasa Aulia sengaja ngomong begitu, pakai taktik tarik ulur.
"Apa maksudmu?" tanya Rizki dingin.
Maksud? Kemarin Rizki baru tanda tangan perjanjian cerai. Pagi ini Aulia baru aja ngurus prosedurnya. Dan sekarang Rizki bawa wanita lain masuk ke rumah. Sekarang dia nanya apa maksudnya?
Tentu saja maksudnya adalah ngasih tempat ini ke mereka, pasangan yang penuh kasih itu.
Tapi Aulia nggak mau ngomong terlalu gamblang. Kalau Rizki mau pura pura nggak ngerti, biarin. Dia malas ngejelasin.
Aulia nggak lagi perpanjang perdebatan. Dia melangkah masuk ke rumah, berniat naik buat ambil barang barangnya.
Semalam setelah tanda tangan perjanjian, dia sudah berkemas seadanya. Vila ini milik Keluarga Laksmana. Semua barang yang pernah Rizki kasih ke dia pun nggak dia bawa. Pada akhirnya, seluruh kenangan lima tahun pernikahannya cuma bisa dimasukkan ke satu koper kecil.
Tapi, Aulia ngerasa cukup puas. Dia tahu kalau Rizki beneran benci dia dan mau ngancurin dia, itu cukup bikin dia nanggung utang besar sampai harus kerja buat Keluarga Laksmana seumur hidup. Syukurlah Rizki nggak sampai sekejam itu.
Lihat Aulia jalan naik tanpa noleh, Rizki ngerasa kesel. "Aulia, apa apaan sikapmu itu?"
Cuma dalam sehari, sikapnya berubah. Sekarang bahkan sudah berani nunjukkin wajah dingin ke dia! Beberapa hari lagi, apa wanita itu mau nginjak kepalanya dan bertingkah seenaknya?
Makin dipikir, Rizki makin marah. Akhirnya dia melangkah cepat buat ngejar Aulia. Tapi baru saja sampai di tangga, dia sudah lihat Aulia keluar dari kamar dengan satu koper di tangan, koper yang kelihatan terlalu kecil untuk lima tahun pernikahan.
Rizki terdiam di anak tangga. Dia menyadari, Aulia tidak sedang bermain. Aulia benar-benar pergi, membawa serta harga dirinya yang baru ditemukan, dan meninggalkan segalanya yang berhubungan dengannya.
