Azzura. Seorang gadis yang memiliki kekuatan super namun hidupnya berakhir tragis. Sebuah keajaiban terjadi, jiwa Azzura ternyata masuk ke dalam tubuh Azzura Aurora, tokoh figuran dari cerita novel yang pernah dia baca. Akankah Azzura memiliki kehidupan yang layak di dalam novel tersebut atau sama saja dengan kehidupannya di dunia nyata? ....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim99, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6. Membunuh
Azzura turun dari lantai atas dengan perasaan tak karuan. Ia sudah mengenakan baju kain karena tadi seorang pelayan memberikan Azzura satu set pakaian. Hari sudah semakin gelap, Azzura harus pergi ke tempat kerja sekarang. Kalau tidak, manager bar pasti akan mengoceh seperti ibu tiri.
"Mau ke mana?"
Azzura refleks menoleh saat mendengar pertanyaan dari seseorang. Gadis itu tersenyum kikuk, dia melihat Aaron sedang duduk di meja makan bersama dengan Bert dan Back yang menjaganya di belakang.
"Maaf Tuan, saya mau ijin keluar, tapi saya mohon, jangan usir saya dulu. Beri saya waktu 4 hari. Ekh tidak, 2 hari saja cukup. Saya harus mencari kostan sebelum saya keluar dari sini."
Aaron diam. Tatapannya kosong, ya jelas saja kosong, memang apa yang bisa orang buta sepertinya lihat meskipun matanya terbuka.
"Aku mau makan!"
"Hah?" Azzura melongo merasa bingung dengan ucapan Aaron, begitupun dengan Bert dan Back.
"Kamu bilang kamu ingin menjadi pelayan saya. Saya mau makan, kamu masih tidak mengerti?" seloroh Aaron membuat Azzura langsung berbinar.
"Saya mengerti Tuan, saya mengerti!"
Azzura berlari ke arah meja makan. Namun sebelum itu dia mencuci tangan terlebih dahulu dan mengelapnya sampai kering.
"Anda mau makan apa Tuan?" tanya Azzura. Makanan di atas meja begitu banyak, dia jadi bingung harus menyodorkan apa.
"Berikan saja aku makanan yang mudah di cerna."
Azzura melirik Bert dan Back. Mereka menggeleng, mudah di cerna menurut Aaron pastinya bukan mudah di cerna seperti pemikiran dokter, apapun itu, asal bisa membuat mood Aaron baik, pasti akan mudah di cerna menurutnya.
"Eumm, ini aja deh." Azzura mengambil nasi merah, ikan tanpa tulang dan juga sedikit sayuran. "Selamat menikmati Tuan!"
Azzura tersenyum ke arah Aaron. Entah kenapa Azzura merasa jika tatapan Aaron ini berbeda dari orang kebanyakan. Terlihat hanya fokus pada satu titik dan itupun seperti tidak bisa di alihkan.
"Tuan ada pesan dari sekertaris Anda!" ucap Bert.
"Bacakan saja!" titah Aaron lagi.
Azzura semakin bingung, apakah Aaron bersikap seperti ini karena dia memang memiliki banyak uang atau karena ada hal lain. Azzura terus memperhatikan. Namun saat Azzura melihat tangan Aaron meraba-raba meja makan mencari sendok, Azzura terbelalak dengan mulut ternganga.
"Astaga. Laki-laki ini buta!" batin Azzura tidak percaya. Azzura berpikir jika Aaron adalah lelaki sempurna, namun pada kenyataannya, sempurna itu hanya milik Tuhan. Aaron mungkin memiliki segalanya, namun penglihatannya ....
"Apa kau tidak akan makan?" tanya Aaron ketus.
"Akh, Tuan makan duluan saja. Saya bisa makan di tempat kerja!" jawab Azzura seadanya.
"Apa makanan di sini tidak enak? Tidak menjanjikan? Kau ingin sesuatu yang lain? Atau mau aku masakan sesuatu?" Aaron berbicara dengan kalimat-kalimat sindiran.
Azzura menggeleng heboh. Dia langsung duduk di samping Aaron tanpa memperdulikan tatapan menusuk dari Bert dan Back.
"Saya akan makan sekarang Tuan."
Azzura mulai mengisi piring dengan berbagai lauk pauk. Tidak lupa, sesekali dia juga menambahkan lauk di piring Aaron. Laki-laki itu terlihat menarik sedikit ujung bibirnya. Tanpa merasa risih, Aaron menerima setiap pelayanan yang Azzura lakukan untuknya.
"Bos kita ini kesambet atau gimana ya Bert, biasanya Tuan tidak pernah mau makan di layani seperti itu."
Back menggeleng pelan. Entahlah, Back juga merasa ada yang salah dengan Tuan mereka setelah bertemu dengan Azzura. Aaron bersikap dingin nan cuek namun juga bisa bersikap hangat. Mungkin bagi Azzura dia akan merasa jika Aaron ini menekan juga menggertak nya. Tetapi sebenarnya tidak.
****
Azzura sudah berganti pakaian menggunakan pakaian kerjanya. Sebenarnya dia agak risih mengingat dres mini yang dia kenakan rasnya sangat sesak. Apalagi di bagian dada.
"Kau itu beruntung Azzura. Di kehidupan nyata kau tidak memiliki barang sebagus ini kan. Tapi sekarang, kau benar-benar di berikan anugrah luar biasa."
Azzura keluar dari ruang ganti. Dia langsung menuju bartender. Mengambil nampan dan mengambil beberapa gelas berisi alkohol yang sudah di racik secara khusus pada pelanggannya.
"Azzura!"
Wanita itu menoleh. Damian muncul membawa selembar kertas ke arah Azzura. "Kau sudah mendapat pelanggan di room VVIP no 303. Kau bereskan dulu itu lalu pergilah ke sana! Dan ini adalah daftar minuman yang mereka pesan. Aku akan mengantarkan ini ke bartender."
Azzura mengangguk mengiyakan. Sebenarnya daripada melayani tamu VVIP Azzura lebih nyaman jika melayani tamu biasa saja. Tamu VVIP kebanyakan tidak bermoral dan cenderung seenaknya karena mereka berpikir uang bisa membeli apapun termasuk pelayan di bar tersebut.
Azzura masuk ke ruang VVIP yang tadi sudah di sebutkan oleh managernya. Di ruangan itu ada beberapa orang. 3 laki-laki dan 1 perempuan. Azzura bergidik ngeri saat melihat perempuan itu sedang melayani dua pria sekaligus. Sedangkan pria satunya malah sedang menatap Azzura seperti singa lapar.
"Maaf Tuan, ini minuman yang Anda pesan." Azzura menaruh nampan lalu menurunkan beberapa gelas alkohol yang laki-laki itu pesan.
"Mau ke mana cantik, duduk di sini dulu dong!"
Tangan laki-laki itu meraba betis Azzura membuat Azzura hampir saja menendang tangan tak beradab itu.
"Maaf Tuan, saya hanya pelayan di sini. Saya tidak menjual diri."
Azzura melongo ketika mendengar lelaki itu malah tertawa seperti orang gila.
"Oke aku mengerti. Sekarang tolong keluar ambilkan wine dengan series 8940 dari Prancis. Saya ingin minum itu."
Azzura mengangguk paham. Dia keluar dari KTV hendak mencari apa yang orang itu inginkan. Beberapa menit dia meminta orang lain untuk mengambil barang tersebut. Namun ketika hendak kembali, Azzura malah melihat sebuah keributan yang berasal dari KTV VVIP pelanggan nya.
"Ada apa ini?" tanya Azzura pada pelayan lain.
Bukannya menjawab, pelayan itu malah menatap Azzura sinis. "Kenapa kau melakukan hal seperti ini Azzura!"
Kening Azzura tertaut dalam. Maksudnya, Azzura tidak mengerti dengan maksud dari pelayan tersebut. Melakukan apa. Dan kenapa?
"Nah, ini. Ini adalah orang yang sudah ingin membunuh teman saya. Wanita ini pasti sudah hilang akal. Karena teman saya menolak untuk menerima pelayanan khusus darinya, dengan tidak beradab dia meracuni teman saya. Apakah ini wajar!"
Azzura melotot. "Gardenia!" gumamnya. Sejak kapan dia ada di sini. Dan apa yang dia ucapkan.
"Kita harus melaporkan wanita busuk ini ke polisi. Aku juga akan melaporkan bar ini. Bagaimana mungkin, bar sebesar ini bisa mempekerjakan seorang pembunuh."
Orang-orang di dalam bar tersebut semakin ramai. Apalagi saat laki-laki yang menjadi pelanggan Azzura di bawa keluar oleh para medis dengan mulut yang sudah penuh dengan busa.
"Apa maksud mu Kak. Aku tidak pernah merencanakan apapun. Dan orang itu, aku tidak pernah membunuhnya. Kenapa kau memfitnah ku seperti ini."
Plakkkkk!
Gardenia menampar wajah Azzura begitu saja. Keadaan di sana semakin tidak terkendali. Azzura meringis namun dia tidak bisa melakukan apapun saat ini.
"Jangan panggil aku Kakak dengan mulut kotor mu itu. Kita tidak saling mengenal, dan satu lagi. Sekarang, kau harus ikut aku ke kantor polisi."
Azzura bergeming. Baru ingin membuka suara tiba-tiba orang-orang yang mengerumuninya malah melemparkan cairan beralkohol itu ke wajah Azzura hingga baju yang dia kenakan pun menjadi basah kuyup.
"Aku akan memastikan jika kau akan mendekam di dalam penjara seumur hidup Azzura!"
To be continued.
thor thank you bangeet untuk tulisan yg sangaaaat bagus.
⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐❤️