NovelToon NovelToon
Nikah Dulu Saja Ya Kan?

Nikah Dulu Saja Ya Kan?

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Cinta Seiring Waktu / Keluarga
Popularitas:473
Nilai: 5
Nama Author: Vismimood_

Pertemuan singkat yang tak disengaja itu yang akhirnya menyatukan Nabilla dan Erik, tanpa rencana apa pun dalam pikiran Nabilla tentang pernikahan namun tiba-tiba saja lelaki asing itu mengajaknya menikah.
Lamaran yang tak pernah dibayangkan, tanpa keramaian apapun, semua serba tiba-tiba namun membawa kebahagiaan.
Pertemuan menyebalkan itu telah membuat Nabilla dan Erik terikat seumur hidup, bahagia hanya itulah yang mereka rasakan.
Merangkai kisah rumah tangga yang bahagia meski selalu ada saja masalah, Erik dan Nabilla menciptakan kisah bahagianya sendiri di tengah gangguan menyebalkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vismimood_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jangan Berubah

Nabilla dan Erik sudah sampai dikediaman Erik, keduanya datang dengan membawa satu koper dan satu tas. Nabilla hanya membawa sebagian pakaian dan barangnya saja, karena ia juga sesekali akan kembali ke rumah kecilnya itu.

"Aduh aduh menantu Mami sudah datang, ayo masuk." Sambut Ferni hangat setelah sempat memeluk Nabilla sesaat.

Ferni membantu membawa satu tas Nabilla, padahal Erik yang terlihat lebih repot tapi Ferni justru merebut satu-satunya tas yang dibawa Nabilla. Mereka langsung melesat ke lantai atas menuju kamar Erik, disana Nabilla sedikit tertegun melihat kamar suaminya itu.

Nuansa coklat mengisi penuh ruangan yang cukup luas itu, rasanya tenang sekali memasuki kamar tersebut. Ah ini sudah nyaris serupa dengan satu rumah Nabilla, isinya pun lengkap dengan TV dan kulkas kecil.

"Hayo melamun!" Tegur Ferni yang berhasil mengejutkan Nabilla.

"Kalau tidak suka bilang saja, nanti kita ubah." Ucap Erik.

Nabilla menggeleng cepat, sudah secantik ini kenapa harus diubah lagi. Mimpi Nabilla sepertinya sudah tercapai untuk tinggal di rumah mewah, meski bukan rumahnya pribadi tapi itu adalah rumah suaminya sendiri.

"Ayo kita keluar." Ajak Ferni.

"Aku harus bereskan ini dulu."

"Aduh tidak perlu, nanti ada Bi Mia yang bereskan. Ayo ah."

Nabilla sempat melirik Erik yang hanya tersenyum saja melihat ia ditarik pergi oleh Ferni, biarkan saja sepertinya Ferni terlalu senang karena Nabilla mau diajak tinggal bareng. Ferni membawa Nabilla berkeliling rumahnya agar Nabilla tahu semuanya, menantunya itu tidak boleh bingung nantinya kalau mau apa-apa.

"Disini Mami biasa santai bareng Papi sama Erik, ini itu nyaman banget kalau untuk ngobrol." Tutup Ferni ketika ada di teras belakang rumahnya.

Disana ada kolam renang yang cukup luas ditambah dengan pepohonan kecil dan beberapa tanaman yang sengaja ditanam, memang nyaman sekali tempatnya. Ferni kembali menggiring Nabilla ke tempat lainnya, ada beberapa ruangan penting yang sepertinya Nabilla harus ingat.

"Disini Erik selalu menghabiskan waktu untuk bekerja, dan nanti kalau kamu kehilangan dia di kamar tempat utama yang harus kamu datangi adalah disini. Dengar Nabilla kamu harus terbiasa dengan kesibukan Erik nanti ya, mungkin selama ini kamu kenal sama dia itu tampak santai aja kan seperti tidak ada kerjaan karena setiap hari membuntuti kamu."

"Memangnya kenapa seperti itu, Erik kerja apa Bu?"

"Mami!" Tegas Ferni.

Nabilla merapatkan bibirnya, baiklah Nabilla melupakan itu lagi, sekilas Ferni menggeplak kening Nabilla. Sulit sekali memberi tahu menantunya itu, Ferni tidak suka panggilan yang diberikan Nabilla.

Kaki itu kembali terayun mendatangi ruangan lainnya, Nabilla harus selalu mengingat panggilan barunya itu. Jika tidak, mungkin setiap saat Ferni akan memukulnya seperti itu, ah itu tidak boleh terjadi.

"Di sini, ini ruangan pribadi Papi sama Erik kalau mereka sedang akur dan kompak em tempat ini pasti jadi pilihan. Nanti kalau kalian ada ribut kecil si Erik pasti ngumpet disini, kompak sama si Papi kalau lagi kesal sama Mami dia ngumpet disini juga dan gak akan bisa diganggu."

Nabilla mengangguk saja serepot itu kah dua lelaki itu, bahkan sampai memiliki ruang khusus untuk masa badmoodnya. Nabilla menghela nafasnya tenang sepertinya Nabilla memang belum mengenal Erik, karena lelaki itu memang masih sangat asing.

Keduanya turun dan berpapasan dengan Bi Mia ditangga sana, Nabilla sudah mengulurkan tangannya hendak mencium tangan Mia. Tapi wanita setengah tua itu menolak dan hanya menjabatnya singkat, apa masalahnya bukankah itu hal bagus dilakukan.

"Ini Bi Mia, kamu kalau butuh apa-apa panggil dia. Kalau lapar kamu minta masakin sama Bi Mia."

Nabilla kembali hanya mengangguk saja dan membiarkan Mia berlalu dari hadapannya, enak banget apa-apa tinggal minta seperti itu. Sampai bawah Nabilla dibawa ke ruang makan dan ruang keluarga, dan ruangan lainnya hingga terakhir dapur dan halaman.

Nabilla merasa sangat terpukau dengan apa yang diketahuinya sekarang, rumah Erik begitu sempurna untuk seorang Nabilla. Ini sangat berbeda jauh dengan kehidupan Nabilla selama ini, Tuhan benar-benar menjadikan Nabilla satu manusia yang beruntung.

"Mami, halaman ini kosong padahal luas."

"Ya, tadinya ini mau dibuat garasi tapi gak jadi. Belum kepikiran mau dipakai apa, jadi masih kosong."

"Oh."

Nabilla hanya ber-oh ria menanggapi ucapan Ferni, setelahnya mereka duduk di teras samping rumah. Tidak ada kursi tapi Nabilla juga tidak keberatan duduk di lantai, Ferni sempat memanggil Mia untuk membawakannya minuman.

"Memangnya sampai ya suaranya?"

"Gak tahu, tadi kayaknya Mia di panggil Erik. Biarkan saja Mami bisa ambil sendiri."

"Ah tidak usah, biar aku saja. Mami mau minum apa?"

"Hem, apa aja yang kamu buat."

Nabilla tersenyum dan kembali bangkit, ia menyusuri teras itu untuk sampai ke dapur lewat pintu belakang. Tapi rupanya minuman itu sudah disiapkan oleh Mia, Nabilla cukup tak percaya karena ternyata Mia bisa mendengar suara Ferni yang bahkan jaraknya jauh.

"Biar Bibi bawakan."

"Bibi dengar, biar aku saja. Sini Bi, terimakasih ya."

Nabilla kembali pada Ferni yang masih duduk di sana, keduanya menikmati minuman yang dibawakan Nabilla. Cuacanya cukup panas saat ini, malas rasanya untuk pergi keluar meski sekedar jalan-jalan.

"Mami, Erik kerja apa?"

"Kerja apa, kamu gak tanya sejak awal?"

"Tidak, aku pikir memang belum kerja."

"Kamu mau dinikahi lelaki yang belum kerja?"

Nabilla menggeleng, tentu saja tidak, hanya saja waktu itu yang melamar Nabilla adalah orang tua Erik sendiri jadi bagaimana menolak. Nabilla lebih percaya pada orang tuanya meski tidak pada anaknya, sama seperti Nabilla yang percaya sepenuhnya pada Rosi dan Arya.

"Erik kemarin bantu-bantu Papinya aja di Kantor, tapi sepertinya sekarang kepercayaan itu sudah ada karena sudah ada kamu."

"Maksudnya?"

"Papi itu sudah siapkan satu perusahaan buat Erik, itu sudah berjalan sejak tiga tahun dan Erik tahu. Sejak satu tahun belakangan Erik jadi sering minta bagiannya itu, tapi gak dikasih katanya Erik harus nikah dulu."

"Berarti dia nikahi aku karena mau perusahaan itu?"

Ferni mengangguk pasti, dan itu cukup membuat kecewa Nabilla, karena ternyata bukan untuk cinta tapi hanya untuk perusahaan. Perjuangan Erik selama ini ternyata demi mendapatkan perusahaan itu, bukan benar-benar untuk mendapatkan Nabilla.

Wah kasian sekali Nabilla, ia dikejar demi maksud lain, rupanya lelaki itu memiliki pemikiran yang tak Nabilla pikirkan. Sekilas Nabilla tersenyum dan meneguk minumannya, tapi ya sudahlah semuanya sudah terjadi, lagi pula segala sesuatu bisa saja berubah seiring berjalannya waktu.

"Nabilla, kami menyukaimu sejak awal. Melihat dirimu yang tampak sederhana itu yang membuat kami suka, tapi tolong satu hal itu jangan kamu ubah ya."

"Apanya?"

"Meski pun Erik sudah menikahi kamu, Mami mau kamu tetap seperti ini. Jadi Nabilla yang seperti ini, seperti sebelum bertemu Erik."

Nabilla sedikit tak mengerti dengan itu, kalau Nabilla tidak berubah lalu bagaimana Nabilla mengimbangi keadaan barunya ini. Bukankah Nabilla harus berubah, berubah sesuai dengan keadaannya, agar mungkin tidak akan mempermalukan keluarga barunya juga.

"Erik tidak suka wanita yang berlebihan, yang merepotkan beberapa hal yang bahkan tidak begitu penting. Kamu ingat Kia, dia itu cantik Nabilla tapi dia itu repot, orangnya berlebihan selalu ingin terlihat dia yang paling menonjol dari pada yang lain. Dan itu alasan Erik tidak mau menerimanya."

"Tapi kalau aku seperti ini mungkin akan mempermalukan kalian."

"Mempermalukan?"

Ferni justru tertawa mendengar kalimat Nabilla yang seperti itu, bagaimana bisa Nabilla berpikir seperti itu bukankah sudah jelas jika mereka menyukai Nabilla yang seperti itu. Minuman itu diteguk Nabilla sampai habis, apa yang salah dari ucapannya itu bukankah memang benar adanya.

"Jadi diri sendiri itu yang terbaik Nabilla, jika kamu memaksa berubah demi kami justru itu akan jadi berlebihan. Tetaplah seperti ini, Erik akan meminta lebih jika dia menginginkannya."

"Kalian membicarakan ku?"

Keduanya menoleh tapi seketika itu juga Nabilla kembali berpaling, Erik hanya menikahinya demi perusahaan seharusnya Nabilla tidak perlu terlalu berharap. Nabilla tersenyum singkat ketika Erik duduk di sampingnya, begitu saja Ferni memilih pergi dan membiarkan keduanya berbincang.

"Bicara apa aja sama Mami, betah banget?"

"Perusahaan yang membuatmu menikahi ku, sebentar lagi tujuan itu akan kamu raih ya." Tutur Nabilla tanpa basa-basi.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!