Jatuh cinta pada seorang perempuan yang sudah mempunyai kekasih membuat EGI merasakan patah hati.
Awalnya dia berniat untuk mengambil hati perempuan tersebut. Lantaran hubungannya dengan kekasihnya bermasalah.
Tapi, setelah dia tahu jika perempuan tersebut sangat mencintai kekasihnya, membuat EGI lebih memilih melepaskan dirinya.
Hingga dia memilih untuk pergi ke luar negeri. Melupakan perempuan tersebut.
Tapi siapa sangka jika kepergiannya kepergiannya ke luar negeri malah membuatnya bertemu dengan perempuan yang membuat dunianya jungkir balik.
Perempuan yang sangat sulit untuk di kendalikan. Meskipun dia berasal dari keluarga kalangan atas.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ara cahya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PH 06
Di dalam kamar apartemennya, Egi masih memikirkan Ditya. "Semoga Ditya tidak bertindak nekat. Jangan sampai dia melukai Ella." gumam Egi.
Pikirannya masih belum bisa beralih dari sosok Ella. Meskipun sekarang Ella sudah menikah dengan Vano. Tapi menghilangkan ingatannya tentang perempuan yang dia cinta, tidak semudah berbicara.
Beberapa kali Egi mencoba menghubungi Ditya, sayangnya panggilan telepon darinya tidak di angkat. Hingga merasa lelah, Egi memutuskan untuk memejamkan mata.
Egi terbangun saat matahari sudah menyerang permukaan bumi dengan cahayanya yang hangat. Egi meregangkan otot-otot tubuhnya. Setelahnya dia segera membersihkan badan.
Pagi ini Egi akan pergi ke tempat gym. Sudah lama dirinya tidak mengunjungi tempat tersebut. Karena kesibukannya, dia hanya menyempatkan diri berolah raga dengan alat seadanya, yang ada di dalam apartemen miliknya.
"Tuan Egi. Baru kelihatan batang hidungnya." sapa seorang teman do tempat gym. Dia adalah pemilik dari tempat kebugaran tersebut.
"Sibuk." jawab Egi singkat.
Segera Egi menaruh tas kecil yang di bawanya di kursi. Melepas jaket, dan mulai pemanasan. Setelahnya dia memakai beberapa alat oleh raga yang tersedia di tempat tersebut.
Saat Egi sedang menggunakan dan mengangkat dumbbell di tangan kanan kirinya. Memperlihatkan otot-ototnya yang gahar, seorang yang sedang berselfie tidak sengaja memasukkan gambar Egi pada saat dia berselfie.
Alhasil foto tersebut banyak mendapat komentar. Dan dari sekian orang yang melihat ada seorang perempuan yang tersenyum melihat foto Egi di belakang lelaki tersebut.
"Inikan tempat gym, tidak jauh dari sini." gumam Lily melihatnya. Senyum licik terukir di bibir Lily. Dirinya masih menyalahkan Egi, karena dia tertangkap oleh orang suruhan papanya.
Dengan cepat, Lily menyambar jaket dan memakai topi. Berpenampilan seperti biasa. Terkesan tomboi.
"Lily,,, mau kemana?" tanya sang mama dengan berteriak. Lantaran melihat putrinya pergi dengan tergesa-gesa.
"Ketemu calon suami." jawab Lily seenaknya. Jawaban Lily mampu membuat Lila tersedak minuman, karena dia sedang meminum jus.
"Ma, apa kata kakak tadi. Calon suami." ucap Lila, bahkan terkesan seperti sebuah pertanyaan. Bukannya menyahut perkataan putrinya, Nyonya Tya tampak seperti orang yang linglung.
"Ma." seru Lila karena mamanya hanya diam.
"Nggak usah teriak. Mama dengar." sungut sang mama.
"Ada apa ini?" tanya Tuan Ardes. Melihat ada tumpahan air di atas meja, depan Lila duduk.
"Anakmu pergi pa." ujar sang istri.
"Lily." kata Tuan Ardes memastikan. Dan mendapat anggukan dari istrinya
"Anak itu." geram Tuan Ardes.
"Kakak pergi mau menemui calon suaminya pa." celetuk Lila.
"Calon suami." gumam Tuan Ardes mengernyitkan dahi. Dirinya belum mengenalkan anak dari rekan kerjanya. Bagaimana bisa Lily sudah mengenalnya.
Bahkan, lelaki yang ingin di jodohkan dengan Lily masih berada di luar negeri. Lantas, mau bertemu dengan siapa Lily.
"Siapa ma?" tanya Tuan Ardes, terlihat beliau juga bingung.
"Mama juga nggak tahu." kata Nyonya Tya.
"Aneh. Kakak selama ini nggak pernah jalan bareng lelaki. Kenapa tiba-tiba punya calon suami." kata Lila.
"Dasar. Pasti itu cuma alasannya saja. Biar dia tidak papa jodohkan. Dan perjodohan di batalkan." ujar Tuan Ardes.
"Pa, kalau benar Lily punya kekasih, bagaimana?" tanya Nyonya Tya.
"Kalau dia beneran punya, kenapa dia mesti kabur segala." jelas Tuan Ardes mendapat anggukan dari istrinya dan juga Lila.
*
*
*
Lily seperti seorang penguntit. Dirinya berada di seberang jalan, di dalam mobil. Menanti Egi keluar dari pusat kebugaran.
"Akan aku tunggu. Sampai kapanpun. Pokoknya aku harus tahu di mana dia tinggal." kekeh Lily.
Sekitar satu jam lebih menunggu, akhirnya Egi keluar dari dalam. Mata Lily berbinar melihatnya, seakan akan mendapatkan makanan enak.
"Akhirnya, setelah aku menunggu dari tahun gajah. Keluar juga dia."
Egi mengendarai mobil menuju apartemennya. Dia ingin membersihkan tubuhnya sebelum berangkat ke perusahaan.
"Waoww.... dia tinggal di sini." Lily melihat Egi masuk ke dalam apartemen mewah. Segera Lily turun dari mobil dan mengikuti Egi.
Saat Egi naik ke dalam lift, Lily tidak mengikutinya masuk. Dia ingin melihat, di nomor berapa lift yang di naiki Egi berhenti.
"Ooo....dapat." segera Lily naik ke lantai di mana Egi tinggal.
"Aaa,,,, hilangkan. Dia kemana coba." Lily menengok ke kanan dan kiri. Mencoba mencari keberadaan Egi. Tapi hasilnya nihil. Alhasil, Lily kembali turun.
"Padahal sudah sampai di sini. Nanggung banget." ucapnya berada di dalam mobil.
Senyumnya terukir di bibir saat melihat mobil milik Egi. Dengan cepat, Lily menghapal nomor polisi kendaraan milik Egi.
"Aku harus mengetahui siapa dia. Karena dia aku jadi tertangkap lagi. Aku harus minta pertanggung jawabannya." ucap Lily dengan sungguh-sungguh.
Apa yang sebenarnya ada di benak Lily. Pertanggung jawaban macam apa yang di inginkan oleh Lily dari Egi. Bahkan keduanya saja tidak saling kenal.
Egi, kelihatannya hidupmu akan sedikit kacau dengan kedatangan perempuan ini. Perempuan yang sangat sulit di kendalikan.
Bukannya pulang ke rumah, Lily malah menemui papanya di perusahaan milik Tuan Ardes. Tanpa bertanya pada resepsionis, atau pada sekertarisnya. Lily masuk begitu saja ke dalam ruangan sang papa.
"Lily, mana sopan santunmu." tegur Tuan Ardes melihat putrinya masuk ke dalam ruang kerjanya tanpa permisi. Padahal di dalam sedang ada tamu.
"Maaf, Lily tidak tahu jika ada tamu." ucap Lily lembut. Seperti merasa bersalah. Padahal...
"Masa bodo. Mau ada tamu, mau nggak. Peduli amat." batin Lily. Karena saat ini, yang ada di pikiran Lily hanya bagaimana cara membatalkan perjodohan tersebut.
"Maaf kan anak saya Tuan." ucap Tuan Ardes pada tamunya. Dan ternyata tamunya adalah Beni. Asisten Egi, yang di tugaskan oleh Egi untuk mewakili dirinya.
"Tidak apa-apa Tuan." ucap Beni, sambil melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya.
"Sepetinya Tuan Egi sedang dalam perjalanan menuju restoran. Apakah kita bisa ke sana?" tanya Beni.
"Mari, silahkan."
"Pa, Lily ikut ya. Lily belum sarapan. Lapar." ucap Lily lirih, masih terdengar oleh Beni.
Tuan Ardes tersenyum tidak enak pada Beni. Tapi seketika Beni mengeluarkan suara. "Silahkan Nona. Jika memang ingin ikut." ucap Beni dengan sopan.
"Terimakasih." sahut Lily sok manis.
"Jangan buat ulah." bisik sang papa.
"Iya, nanti Lily duduk di kursi lain. Oke." ucap Lily.
Mereka bertiga menuju ke restoran, dimana Egi sudah menunggu bersama bersama beberapa pengusaha lain. Termasuk Ditya.
"Dia." mata Lily melihat sosok Egi duduk di salah satu meja bersama dengan beberapa orang. Tanpa berpikir panjang, Lily mendahului papanya dan juga Beni.
"Sayang." seru Lily langsung merangkul Egi dari belakang. Egi terdiam kaku. Sementara, semua orang yang ada di sekitar Egi langsung melihat ke arah mereka dengan aneh.
Begitupun dengan Tuan Ardes. Langkah kaki Tuan Ardes langsung berhenti melihat putrinya memeluk Egi. Dan juga memanggil Egi dengan sebutan sayang.
DN VINCEN SBNARNYA JUGA MSK DAFTAR MNUSIA YG WAJIB DIMUSNAHKN, STELAH KJADIAN INI BKNNYA TAMBAH SADAR, MLH MAKIN BIKIN JENGKEL.. KERAS KEPALA, BODOH, GOBLOK DN BEGO..
SKRG APA YG JDI MILIK EGI, JGN COBA2 INGIN DIUSIK..