Dipertemukan di sebuah masjid dengan kejadian memalukan membuat Galexia Adhara, gadis berumur 18 tahun ini menyukai sosok dokter muda.
Namun, masalahnya dokter muda yang ia sukai itu adalah kakak dari musuh bebuyutannya di sekolah.
Galexia maupun dokter muda itu pun tak sadar jika sudah mengenal sejak dulu, hanya saja jarak dan waktu memisahkan keduanya menjadi dua orang yang asing. Hingga suatu hari kebenarannya terungkap, jika dulu mereka pernah saling mengenal.
Bagaimana perjuangan Galexia mendapatkan hati si dokter muda, apakah masa lalu akan menjadi penghalang keduanya untuk bersatu ? Dan ujian apa yang datang menghampiri keduanya ? Ikuti kisah si gadis natckal ini yuk !
Sequel ISTRINYA PAK GURU ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Murka-nya ayah Arka
"Semoga ini kali terakhir saya ketemu kamu !" gerutu Fatur memakai helm fullface-nya.
"Ga aamiin," jawab Gale mendengus.
Akhirnya Fatur mengantarkan Gale menggunakan motor gedenya.
"Duhhh, kenapa sih cowok tuh seneng sama motor begini. Kan nyiksa yang duduk di belakang !" keluh Gale. Memang terkesan tak tau diri, sudah menyusahkan dan minta tolong, ngomel-ngomel pula.
Fatur hanya menggelengkan kepalanya tak ingin meladeni Gale, lebih baik ia diam agar tetap sehat wal'afiat. Daripada mendengarkan ocehannya yang bikin kepalanya berdenyut mendadak.
"Dimana rumah kamu ?" tanya Fatur. Gale menyebutkan alamat rumahnya.
"Om dokter stop..stop...stop...! Berenti disini aja !" pintanya menepuk pundak Fatur layaknya tukang ojek.
Benar, Gale meminta turun di depan kompleks rumahnya. Ia tak sebod*oh itu untuk membawa Fatur ke dalam pusara masalahnya nanti.
"Om dokter, makasih banyak udah nolongin aku." Gale tersenyum manis.
"Sama-sama. Ingat ! Kamu ini perempuan. Jangan pernah bertindak seperti ini lagi, belajar yang rajin !" pesan Fatur diangguki Gale.
"Oh iya, sampai lupa. Om, om ternyata baik, coba lebih sering senyum deh...!" pesannya sebelum benar-benar pergi.
Fatur menggelengkan kepalanya, menatap punggung kecil yang berlari semakin menjauh masuk ke dalam area kompleks, senyum tipis pun terbit. Tapi jika dilihat-lihat kompleks ini cukup elite, itu terlihat dari sederet rumah yang dilihatnya.
Itu artinya Gale bukanlah seperti dipikirannya, orang miskin seperti dirinya dulu yang hidup dan mencari kebahagiaan di jalanan.
"Kaya, tapi sayang banget pergaulannya..." Fatur melajukan motornya pulang, sesekali ia menguap karena ngantuk dan besok jadwal prakteknya pukul 9 pagi. Ia harus lebih giat lagi mencari uang, menghidupi ibu dan seorang adik perempuan sudah menjadi kewajiban Fatur sejak kecil semenjak ditinggal sang ayah yang entah kemana rimbanya. Menjadi dokter adalah cita-citanya dan juga rejeki dari Allah yang tak pernah ia duga sebelumnya. Ia masih ingat dulu sewaktu SD, berjualan koran dari sudut kota ke sudut kota lainnya, menyambangi setiap lampu merah, bertemu dengan preman jalanan bahkan berlarian menghindari kejaran satpol pp demi mencari sesuap nasi.
Gale berjalan berjinjit saat dekat pintu pagar rumahnya.
"Aduh ! Pasti dikunci deh sama ayah, masa harus nunggu ayah ke masjid dulu baru bisa masuk ?!" Gale duduk di dekat tembok, terpaksa ia harus menunggu sampai pintu gerbang di buka.
Ia yang sudah ngantuk berat, hanya bisa memandang sepinya jalanan yang masih subuh. Terdengar suara adzan dari masjid kompleks, hatinya mencelos.
"Ya Allah, ampuni hamba atas ketidaksengajaan yang sudah terjadi," ia benar-benar menyesal atas apa yang terjadi semalam.
"Apapun hukumannya hamba akan terima, asal jangan yang berat-berat," gumamnya.
Baru saja ia berucap, Allah sudah mengabulkannya. Betapa terkejutnya ia, saat pintu pagar dibuka dan ia belum sempat bersembunyi.
"Mamposss !!" jantungnya berasa terlempar jauh dari tempatnya dan jiwanya dicabut secara dadakan.
"Kaka Gale ?!" suara bariton ayahnya menusuk langsung ke dada.
"Ayah,"
"Kamu ?!"
"Ayah kaka bisa jelasin," pintanya, rahang Arka mengeras, niatnya berjamaah pupus tinggal kenangan.
Arka mencengkram lengan anak gadisnya untuk masuk ke dalam.
"Masuk !" ucapannya dingin, dan gelap.
"Ayah kaka bisa jelasin !" pintanya.
"Masuk kamu !"
"Sha !!!!"
Shania yang sedang menyiapkan makanan, ibu yang duduk di kursinya sambil menyeruput teh, dan Andro yang baru saja hendak turun menyusul ke masjid harus dikejutkan oleh suara Arka yang tegas dan dingin sedingin pagi ini.
"Ada apa sih mas ?!" Shania menyembul dari dapur.
Dihempaskannya lengan Galexia di sofa ruang tengah.
"Liat Galexia !" gadis ini hanya menunduk takut.
"Loh, sejak kapan kaka bangun dan keluar kamar ? Perasaan barusan momy ketok kamarnya masih tidur ?" tanya Shania.
"Mau jelasin apa kamu ?!"
"Kamu bohong sama ayah, sama momy, sama Andro ?! Kamu darimana semalaman ? Mau coba-coba jadi gadis liar ?!!!" ucapan dingin dan menyeramkan itu tak pernah Gale dapatkan dari ayahnya selama menjadi anak. Tapi pagi ini, ayahnya benar-benar menyeramkan layaknya malaikat maut.
"Ka Gale ?!" gumam Andro.
"Semalem kaka kabur dari rumah," cicitnya.
"Astagfirullah !" Shania mendekati anak perempuannya.
"Kaka, senakal-nakalnya momy dulu, momy ga pernah sampai pulang subuh ?!" ucapan Shania getir.
"Kaka minta maaf momy, sumpah..kaka ga macem-macem, semalam ada kecelakaan,"
"Kecelakaan apa ?!" ayahnya kini menatap, bukan lagi tajam tapi sudah menguliti.
"Jadi semalam kaka kabur ? Astaga !" Andro menghempaskan kopiahnya merasa dikelabui kakanya.
"Tunggu !" Arka mengendus membuat semua orang mengernyitkan dahi, dan Galexia merapatkan mulutnya.
"Jangan bilang kamu minum alkohol ?!!!"
"Apa ?!!" pekik Shania dan Andro.
"Astagfirullah nduk," ucap ibu.
"Andro, bawa nenek ke belakang dulu," pinta Shania.
"Bu, ibu makan dulu ya," pinta Shania.
Arka sudah menyeret Galexia ke dalam kamar mandi, ia benar-benar diliputi rasa amarah, rupanya ucapan istighfar tak mampu meredam rasa marahnya pada Galexia.
"Ampun ayah !" pekik Galexia.
"Mas, istighfar mas !" Shania mengikuti.
Arka menghempaskan lengan Galexia di kamar mandi, dan seketika,
Byurrrr !!!
"Ayah, dingin !!!!"
Shania hanya memperhatikan Arka menghukum putri gemoy mereka.
"Siapa yang ngajarin kamu minum, Galexia Adhara !!! Kamu kelewatan, apa selama ini apa ayah sama momy tidak pernah mengajarkanmu agama ?!" ucapnya dingin tak menghiraukan Galexia yang sudah mengaduh kedinginan.
"Ampun ayah, kaka ga sengaja minum punya orang ! Kaka minta ampun sama ayah sama momy !!" ucapannya di sela-sela guyuran. Shania memijit pelipisnya.
"Apa lagi yang kamu perbuat selain minum ??!" tanya Arka.
"Ga ada ayah, sumpah..kaka ga ngapa-ngapain lagi," tangisnya.
"Mulai saat ini. Kamu tidak boleh keluar rumah selain hanya sekolah !!"
"Dan saat ini juga ayah jodohin kamu !"
"Apa ??!!" bukan hanya Galexia tapi Shania dan Andro yang baru kembali yang terkejut.
"Biar kamu mikir ! Sebelum semuanya terlambat, dan kenakalan kamu tidak bisa termaafkan. Biar ayah ada yang bantu awasin kamu !" ujar Arka, mengingat Shania dulu berubah setelah menikah dengannya.
"Mas,"
"Momy," Galexia menangis memeluk sang momy dengan pakaian yang sudah basah kuyup.
"Mas mau solat dulu di kamar !" Arka meninggalkan kamar mandi dan kembali mengambil wudhu, memutuskan solat di rumah.
"Sumpah mii, demi apapun kaka ga sengaja minum punya orang, lagian kaka ga ngapa-ngapain mii, kaka malah semalam tidur di rumah sakit," Gale mengakui.
"Kaka salah mii, semalam kaka kabur gara-gara pengen nonton balapan, tapi Faisal kecelakaan terus nganter ke rumah sakit, kaka ga sengaja minum minuman orang, terus kaka muntah ditolongin dokter disana," adu nya sesenggukan.
"Kaka ga diapa-apain kan ? Kaka ga sampai..." Shania menggantung ucapannya yang ia tau Galexia paati paham, gadis itu menggeleng.
"Sebenernya semalem Faisal sama yang lain nelfon momy, nanyain kaka, momy kira kaka tidur makanya momy bilang sama mereka kalo kaka tidur. Terus semalem kaka sama siapa ? Kenapa yang lain udah pada pulang ?!" Galexia terdiam sejenak.
"Kaka ditolongin dokter sama suster, terus tidur di kamar rawat inap.."
"Mii, kaka ga mau dijodohin," pintanya, Shania memandang sayang putrinya. Si gemoy kesayangan geng kurawa. Shania membawa anaknya ke kamar dan memasangkan handuk.
"Momy ga pernah liat ayah semarah itu selama pernikahan, tapi apapun yang diputuskan ayah, insyaallah yang terbaik," Gale menggeleng.
"Kaka harus legowo," tambah Shania.
"Tapi kaka masih sekolah mii,"
Arka kembali datang ke kamar Galexia.
"Cepat siap-siap sekolah ! Nanti siang setelah jenguk oma, kamu ikut makan siang bareng om Dimas sama Ori, ayah yang antar jemput kamu ke sekolah !" ucapan Arka tak terbantahkan. Shania mengangguk pada anaknya.
"Kaka siap-siap buat sekolah ya, momy tunggu di ruang makan !"
.
.
.
bingung koment apa
saaaaa kingggg candu nyaaa sama karya author 👏👏👏💃💃💃
hehe pisss