Cerita berisi Transmigrasi seorang perempuan yang memiliki sifat sabar yang setipis tisu, yang tiba-tiba saja bertransmigrasi kepada tubuh seorang gadis yang menjadi peran antagonis dan sedikit bodoh.
Tapi di dalam tubuh barunya dia di bingungkan dengan dua pilihan antara berondong atau seorang duda yang kaya raya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yuniar Febriyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 5
Eh tadi itu serius kemaren si Glory?" tanya Bastian yang nyatanya dia masih belum percaya dengan perubahan Glory yang sangat drastis.
Sekarang mereka semua anggota inti dan anggota lainnya dari Gang Phonix sedang membolos di kantin Mbak Ayu, seorang janda pirang yang menjadi bahan jailan anak SMA BARNARD.
"Ya iyalah, emang lo kira siapa lagi?" ucap Aldrich.
"Bisa aja dia itu orang lain, tapi tumben-tumbenan aja dia nggak pake make up yang tebal, terus pas ada pak bos dia biasa aja. Padahal biasanya dia bakalan nempel-nempel kaya anak monyet geleyotan," ucap Bastian yang benar adanya juga.
"Alah palingan dia itu mau caper sama Xavieer kan biasanya gitu juga?" ucap Cakra yang memang dia anak paling anti dengan Glory.
"Gak usah suudzon sama orang," ucap Kelvin dengan datarnya, tapi dia tidak pernah terlepas dari ponselnya.
"Tumben-tumbenan amat Evin nyaut," ucap Cakra kepada yang lainnya.
"Tau tuh, eh gua ada kabar nih hot news," ucap Aldrich yang sepertinya akan memulai acara menggibah nya bersama kawan-kawan tercintah.
"Kabar apaan? jangan bilang lo mau ceritain gimana lo bisa ketemu sama si Yanto," selidik Cakra.
Yanto yang dimaksud oleh Cakra adalah seorang banci di lampu merah yang selalu menggoda Aldrich agar dia mau menjadi selir dari Yanto.
"Berisik lo anjir, gak usah bahas-bahas si Yanto lah. Trauma deh gua sama tuh orang," ucap Aldrich sambil bergidik ngeri karena membayangkan nya saja.
"Ya terus ada kabar apaan?" tanya Cakra.
"Katanya geng Vegas alias ketuanya ketangkap sama polisi karena kasus penyalahgunaan narkoba," ucap Aldrich.
"Lah yang bener aja sih, Daniel beneran ketangkap? wah kurang rapih aja sih itu mainnya," ucap Bastian sambil geleng-geleng kepala.
"Kurang rapih biji mata lo, namanya Narkoba itu emang gak boleh dikonsumsi secara sembarangan," jelas Cakra.
"Tapi kok anehnya ya, yang kena Narkoba kadang di penjara gitu. Kok yang korupsi cuman dikasih hukuman ringan ditambahkan katanya dikasih ruangan khusus para koruptor," jelas Bastian.
"Itu mah bagian koruptor apaan, kalo di perusahan bokap gua mah yang korup gitu langsung dimasukin ke daftar hitam perusahaan. Jadi dia ntar gak bakalan bisa kerja di perusahaan mana aja," jelas Aldrich.
"Ya iyalah biar ada rasa jeranya, kalo korup gitu dibiarin aja malah ngelunjak," tambah Cakra.
"Lah kok malah bahas itu sih? kita balik ke topik aja nih," ucap Aldrich yang merasa melenceng dari hal apa yang dibahas.
"Ya udah sih ya urusan orang juga, gak ada untung ruginya juga kalo gua urusin," ucap Cakra.
"Ya emang sih tapikan dari kejadian ini kita bisa ambil hikmahnya, nakal boleh tapi jangan sampe ngerusak diri sendiri," ucap Aldrich bijak.
"Anjay si Buaya kita yang satu ini udah waras otaknya," ucap Bastian menepuk bahu Aldrich bangga.
"Sialan lo, jadi selama ini gua gak waras gitu?" sinis Aldrich yang merasa kalo Bastian mengatainya kurang waras secara tidak langsung.
"Ya begitulah kira-kira," ucap Bastian dan Aldrich menatap Bastian sinis.
Jika mereka bertiga sibuk menghibah, maka berbeda lagi dengan duo kulkas 20 pintu. Xavieer dan Kelvin hanya diam sambil memainkan ponselnya dan bermain game ML.
"Udah gak usah pada berantem napa, mendingan lo sekarang bilang deh info apa yang lo dapet?" tanya Cakra yang agak kesal juga dengan kedua temannya itu.
Tapi saat sedang asyik-asyiknya ngobrol, Erik dan Aldrich malah mendapatkan chat dari Mommynya untuk menjemputnya di Mall.
"Eh Rik, kita kayanya harus pulang deh buat ngejemput bundahara," ucap Aldrich kepada Erik.
"Lah ngapain juga sih, mendingan di sini aja nongkrong sama kita," ucap Bastian bercanda.
"Nongkrong biji matamu, emang lo mau tanggung jawab kalo misalnya gua diusir dari rumah terus di coret dari Kk?" sinis Aldrich kepada Bastian.
"Ya itu sih DL," ucap Bastian yang begitu menjengkelkan di mata Aldrich.
"Udah-udah gak usah lo ladenin Bastian Drich, mendingan lo sekarang jemput aja Mommy lo," ucap Cakra menengahi perkelahian antara Bastian dan Aldrich.
"Ayok balik," ucap Erik dan bangun dari duduknya menarik kerah baju Aldrich untuk pulang.
"Ya udah gaes kita pulang duluan, kalo ada apa-apa kabarin aja," ucap Erik kepada yang lainnya.
"Lo gak usah narik-narik baju gua napa, lo kira gua anak kucing," cibir Alridh dan Erik pun melepaskan tangannya dari kerah Aldrich dan mengangkat bahunya acuh tak acuh.
Xavier yang dari tadi hanya diam aja, ternyata dia juga menyimak pembicaraan antara teman-temannya.
"Kalo Mommy nyuruh anak-anaknya jemput, kayanya Glory juga sama Mommynya. Ditambah dia kan emang dimanja banget, gua harus ikut!" batin Xavier dan dia pun bangkit dari duduk.
"Kita ikut buat jemput Mommy lo," ucap Xavier dengan datarnya membuat yang lainnya melongo.
"Lo kenapa dah tiba-tiba mau ikut? bukannya tadi lo diem aja cuman nyimak?" tanya Bastian yang heran jiga kenapa Xavier tiba-tiba ingin ikut.
"Masalah buat lo?" tanya Xavier dengan tatapan penuh intimidasi terhadap Bastian.
Bastian yang ditatap seperti itu pun, membuat nyalinya menciut.
"Hehehe nggak Bos, ya udah deh kita ikut si kembar buat jemput Mommy," ucap Bastian dan yang lainnya pun bangun dari duduknya dan ikut pergi untuk menjemput sang Mommy.
Si kembar memang menggunakan mobil karena di suruh oleh sang Ibu, sedangkan yang lainnya membawa motor sport kesayangan meraka dengan warna yang gelap. Tak berselang lama, mereka semua sampai di Mall dan mereka semua melihat Mommy Amora dna Glory yang sudah menunggu di sana. Mereka pun tanpa bak bik buk langsung menghampiri mereka dan mendapatkannya omelan dari Glory.
"Ngejemput aja pake lama banget, macet apa gimana sih?!" tanya Glory yang malah mengomeli mereka semua.
"Masih untung juga kita semua mau jemput lo, lo harusnya bersyukur kita masih mau jemput lo," sinis Cakra yang memang dari awal dia tidak suka dengan Glory.
Glory yang merasa memang sudah jengkel dan moodnya sedikit turun akhirnya dia meluapkannya kepada Cakra.
"Biji mata kau untung, gua cuman minta dijemput sama abang-abang gua bukan sama kalian pada. Kalo kalian ngerasa ribet ngapain juga harus ikut," ucap Glory tak kalah sinisnya.
Glory sudah sangat ingin memaki-maki mereka harus ditahan karena ada Mommy Amora tercinta yang berada di sisinya.
"Udah sayang gak usah berantem gitu, mendingan kita langsung pulang yuk. Mommy udah capek banget hari ini," ucap Mommy Amora dan Glory pun menurut apa yang diucapkan oleh Mommy Amora.
"Iya deh Mom," ucap Glory yang menurut.
"Ya udah ayo Mommy kita pulang," ajak Erik dan menggandeng tangan Mommy Amora.
"Lah Mommy doang yang digandeng, gua kagak?" tanya Glory kepada abang-abangnya tapi malah diacuhkan begitu saja.
"Yahahaha kasihan di cuekin," ledek Bastian.
"Kasihan banget mau caper tapi nggak ditanggapin," ucap Cakra yangmalah ikut-ikutan meledek Glory.
"Bacot lo pada, sini gelud sama gua. Udah dari lama banget gua pengen adu jotos sama kalian berdua," ucap Glory yang sudah sangat jengkel dengan mereka semua.
"Gak usah banyak tingkah, lo ikut sama gua!" ucap Xavier dan langsung menarik tangan Glory untuk duduk di jok belakang.
Melihat adegan yang dilakukan oleh Xavier membuat yang lain melongo, menatapnya dengan tatapan tak percaya.
"Itu seriusan pak bos mau boncengin Glory, ada apa? gak kaya biasanya," ucap Bastian yang tidak percaya melihat pemandangan yang ada di depan mata.
"Gak usah ikut campur sama urusan orang lain, kita pulang juga ke rumah Mommy Amora," ucap Kelvin dengan dinginnya dan dia pun langsung menaiki kuda besi dan cus pergi.
"Lah kita ditinggal, ya udah deh kita nyusul aja ke rumah Mommy Amora," ucap Cakra dan diangguki oleh Bastian.
Akhirnya mereka semua pergi menuju rumah si kembar, tapi tidak tahu dengan Xavier dan Glory yang entah akan pergi ke mana.
🦖🦖🦖🦖🦖🦖🦖🦖