Alluna seorang gadis yang ceria, bertubuh kecil imut, memasuki sekolah SMU-nya, tanpa di sadarinya dia menjadi sorotan seluruh sekolah akibat dirinya telah di tolong dengan posisi di peluk oleh KETOS yang sangat populer bahkan di idamkan oleh seluruh wanita di sekolah itu.
KETOS yang dingin dan sulit tersentuh itu, tidak pernah berdekatan dengan seorang wanita, bahkan sampai ada yang menggosipkan jika pria ganteng itu adalah seorang Gay.
Bagaimana tidak ... KETOS yang bernama Alaska itu masih mencintai sahabat kecilnya, dan dalam pikirannya selalu terisi oleh sahabatnya itu yang bernama Alluna.
Namun sayang ... Alluna hilang ingatan di kala Alluna telah pergi dari kota yang sama dengan sahabatnya Alaska.
siapa sangka saat kembalinya Alluna ke kota itu, dua orang tuanya yang telah bertemu kembali yang lama telah bersahabat itu. Membuat keputusan tanpa sepengetahuan anaknya yaitu menjodohkan Alluna dan Alaska secara diam-diam.
Bagaimana kisah cintanya? yu saksikan ceitanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dira.aza07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
Alluna dan Alaska telah tiba di parkiran, Alaska melepaskan genggamannya, Alluna berjalan menuju Rendra dan Gisel berada.
Dengan melambaikan tangan kepada Alaska dengan langkah menuju sahabatnya, Alaska membalas dengan melambaikan tangan dan senyuman termanisnya yang sangat jarang di berikan kepada siapapun kecuali Alluna.
Mereka berjalan ke arah berbeda, Alluna terlihat begitu bahagia dengan senyuman menyapa teman-temannya, padahal seluruh tubuhnya masih terasa ngilu.
Rendra menatap Alluna dengan tatapan menahan amarahnya, lain halnya dengan Gisel.
"Alluna ... demi apa kamu pegangan sama Alaska ... pria tak tersentuh terlihat dingin tapi sama kamu wiih ..., apa kalian jadian?" puji Gisel dengan tatapan mata berbinar-binar.
Alluna hanya memperlihatkan deretan gigi putihnya lalu tersenyum, terlihat bahagia.
Namun tatapan tajam terus terpancar dari Rendra.
"Kenapa lama? pacaran?" tanya Rendra ketus dengan naik ke atas motornya.
Alluna dan Gisel menatap Rendra penuh tanda tanya. Lalu saling tatap dengan sama-sama mengerutkan kedua dahi mereka.
"Cepat naik, pakai helmnya!" seru Rendra tanpa melirik Alluna.
Alluna pun mengambil helm dari tangan Rendra dan memakainya lalu menaiki motor Rendra.
Hening ... saat motor itu mulai melaju, hanya lambaian tangan Alluna kepada Gisel.
Alluna masih tidak mengerti dengan diamnya Rendra. Daripada terus seperti ini, akhirnya Alluna pun berbicara.
"Ren ... kenapa sih?, ada yang salah denganku?" tanya Alluna.
Ternyata Rendra masih terdiam. "Ren ... berhenti!" teriak Alluna.
Rendra pun langsung memberhentikan kendaraannya, lalu Alluna langsung turun dari motot Rendra.
"Mau ke mana?, naik lagi Alluna ...," ucap Rendra kini dengan nada lembut.
"Mau apa? malas naik motor jika di diamkan begini, mending dengan mas ojol sekalian ga kenal, jelas," protes Alluna.
"Ok ... ok sorry naik ya," pinta Rendra dengan lembut.
Alluna yang mau turun pun tidak jadi kembali dia duduk kembali di atas jok motor Rendra.
"Kenapa kamu marah?" tanya Alluna dengan nada yang masih kesal.
Kamu benaran ga ngerti Lun?. Batin Rendra, mencoba menenangkan dirinya dengan tersenyum sebelum menjawab.
"Kamu tadi kenapa lama? memangnya apa yang ketinggalan?" tanya Rendra lembut.
Segitunya si Alaska di bilang ketinggalan hingga pulang mesti bareng sama dia Lun? gue nunggu Lo, dan Lo datang sama Alaska, pegangan pula. Apa itu yang namanya ketinggalan di kelas?. Batin Rendra.
"Kan udah gue bilang ada yang ketinggalan, tempat pensil gue belum masuk dan ternyata jatuh di kolong kursi, kamu ga percaya?" cecar Alluna.
"Maaf bukan ga percaya soalnya lama? memang ada apa? sampai di antar Alaska begitu," tanya Rendra dengan nada yang lembut sehingga membuat Alluna pun semakin berkata lembut.
"Oh itu ..., iya Ka Alaska nolong gue lagi Ren, gue di hadang lagi tuh sama cewek rese tadi, gue terpeleset dan untungnya ada Alaska yang megang gue jadi ga jatuh, dan dia mau ke luar juga jd bareng," jelas Alluna tanpa kebohongan.
"Oh gitu, tapi kaya udah kenal lama ya sampe di pegang gitu tangan lo," timpal Rendra lembut padahal dirinya menahan gejolak amarah.
"Oh itu iya, dia takut aku terpeleset lagi kan, dia ngejaga aku banget Ren, dan aneh kenapa seakan aku pernah kenal dia? kaya Dejavu gitu, ga asing si Alaska itu Ren," ujar Alluna.
"Segitunya ya dia jaga Lo, terus cewe rese yang lo maksud si Friska itu?" tanya Rendra mengalihkan pembicaraan.
"Iya si cewek tadi ah gue ga tau namanya, iya Alaska jaga gue banget Ren, berasa kenal lama tahu ah heppi aja gitu," timpal Alluna.
"Lo suka sama Alaska?" tanya Rendra, mencoba mengalihkan eh malah Alluna bilang begitu.
"Gue ... suka?, ga tahu ya Ren, aku juga bilang berasa pernah alami itu dan perasaan itu sama-sama membuat aku senang aja, kaya dejavu kataku juga," jelas Alluna yang tidak mengerti perasaannya itu cinta, suka atau memang dejavu.
"Oh ..., lalu Lo ga apa-apa sama si Friska?" tanya Rendra.
"Ga sih, cuma gue curiga aja dia yang bikin aku terpeleset," ujar Alluna.
"Hati-hati nanti biar gue antar Lo termasuk antar ke toilet," ucap Rendra menjadi khawatir.
"Idih ga ah, berasa anak kecil," sanggah Alluna yang ga biasa di jaga kaya gitu.
"Serius Alluna, dan bilang tuh sama si Alaska biar dia ga dekat sama Lo, si Friska makin gangguin Lo kalau gitu,"
"Mana iya gue bilang gitu ga enak dia yang nolong gue," ucap Alluna dengan sedikit berpikir.
Tuh kan ga mau, Lo mah jelas suka Lun. Batin Rendra.
Tak terasa mereka mengobrol di jalan sambil mengendarai pelan akhirnya sampai juga di rumah Alluna.
"Lain kali ada apa-apa cerita ya," ujar Rendra.
"Mau cerita gimana? Lo nya aja tadi diam," bete Alluna merasa di salahkan.
"Iya ... sorry, habis di kira Lo bohong sih, kirain yang ketinggalan itu si Alaska," sindir Rendra dengan sedikit bercanda.
"Mana ada?, ya udah cepat pulang langit gelap tuh," ujar Alluna.
Rendra pun membalikkan motornya dan siap pergi dari rumah Alluna, dan mereka melambaikan tangannya.
"Thanks Rendra, hati-hati," teriak Alluna.
Rendra pun hanya membalas dengan acungan jempol dan berlalu.
Di sisi lain ...
"Mama ...," Alaska mencium Ibunya yang asik memasak di dapur.
"Eh sudah pulang, Bagaimana sekolahnya?" tanya Arin.
"Biasa aja," jawab Alaska padahal hatinya sedang begitu bahagia, terlihat dari mimik muka yang berseri dan jelas sang Ibu melihatnya.
"Alluna ada benar masuk satu sekolah dengan kamu?" tanya Arin.
"Yup ... ada mah, tapi Alaska sedih dia benar-benar ga ingat Alaska," ujar Alaska kembali terdiam kala ingat itu.
"Sabar Al, semua butuh proses, coba terus sedikit-sedikit kamu ingatkan dia seperti apa kalian dulu yang membuat Alluna hepi ya, mungkin dengan semua itu dia akan kembali ingat kamu," Arin tidak tega melihat anaknya bersedih, sedikit menyesal menanyakan Alluna membuat Alaska menjadi murung, padahal baru saja Arin lihat bagaimana senangnya Alaska masuk dan mencium dirinya.
Alaska tidak menjawab sang Ibu, dia berjalan menaiki tangga untuk menuju kamarnya. Bertahun-tahun lamanya menunggu kembalinya Alluna, dan kini mereka bertemu tapi Alluna malah melupakan dirinya.
Dan pandangan paling tidak mengenakkan jika Alluna begitu dekat dengan seorang pria. Membuat Alaska seperti tidak ada kesempatan kembali mendekati Alluna.
Alaska mengambil gitarnya, dan mulai dengan memetik senarnya, dia melagukan lagu kesukaannya kala merasakan kehampaan ataupun kesedihan.
Seandainya Alluna tahu jika Alaska selalu menantikan dirinya kembali, sayang beribu sayang harapannya pupus kala Alluna tidak mengenal dirinya sedikitpun.
Alaska terus memetik gitarnya tanpa mengganti pakaiannya, wajah ceria dan cantuk Alluna terus tersimpan dalam memori ingatannya.
Bersambung ...