Arion adalah segalanya yang diinginkan setiap wanita dan ditakuti setiap pria di kampus. Tampan, karismatik, dan pemimpin Klan Garuda yang tak terkalahkan, ia menjalani hidup di atas panggung kekuasaan, di mana setiap wanita adalah mainannya, dan setiap pertarungan adalah pembuktian dominasinya. Namun, di balik pesona mautnya, tersembunyi kekosongan dan naluri brutal yang siap meledak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dnnniiiii25, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 5
Darah yang menetes dari lengan Arion adalah pengingat nyata bahwa permainan ini sudah bukan lagi tentang kesenangan, Ini adalah perang, Perang yang melibatkan nyawa, rahasia, dan masa depan kampus.
USB drive di sakunya adalah kunci, Kunci untuk membuka kebenaran di balik kematian Adam, kunci untuk menguak klub rahasia petinggi kampus, dan mungkin, kunci untuk membuktikan dirinya pada Luna.
Tapi Arion tahu setiap kunci yang terbuka juga bisa membuka pintu bahaya yang lebih besar dan kali ini ia tidak bisa lagi bermain-main dengan hati dan kepercayaannya.
Arion dan Kenzie kembali ke apartemen Arion, Kenzie segera membersihkan dan membalut luka di lengan Arion.
"Kau terlalu gegabah Dion" Kenzie menegur, ekspresinya lebih dari sekadar khawatir.
"Rex hampir membunuhmu Dan kau kau masih berpikir tentang wanita lain?" Kenzie menatap Arion dengan pandangan menuntut, Ia tahu tentang Luna, Ia tahu tentang Violet.
Arion mengabaikan Kenzie "Aku harus mendapatkan USB itu" Arion membalas matanya tertuju pada Adrian yang sudah sibuk di depan laptopnya
"Adrian apa kau bisa membuka isinya?"
Adrian mengangguk "Sudah aku transfer isinya ke server aman kita, Aku sudah memindainya, Tidak ada virus, Tapi isinya bukan hanya puisi".
Arion menatapnya tegang "Apa isinya?"
Adrian memutar video dari USB drive, Video itu buram seperti direkam diam-diam dari kejauhan.
Video menunjukkan beberapa petinggi kampus termasuk DEKAN ANWAR (50an, Dekan Fakultas Hukum, berwibawa namun licik) sedang bertemu dengan orang-orang berjas rapi melakukan transaksi yang mencurigakan, Ada tumpukan uang tunai, dan dokumen-dokumen yang sekilas terlihat seperti izin proyek pembangunan kampus yang baru.
"Ini kotoran" Kenzie berbisik "Korupsi, Mungkin penggelapan dana pembangunan."
Video lain menunjukkan adegan yang lebih mengejutkan, Beberapa petinggi kampus itu terlibat pesta pribadi dengan sejumlah mahasiswi.
Adegan itu vulgar melibatkan minuman keras dan obat-obatan, Beberapa mahasiswi terlihat dipaksa, yang lain tampak menikmati, atau terpaksa menikmati demi mendapatkan nilai bagus atau keuntungan tertentu.
Wajah beberapa mahasiswi itu familiar bagi Arion, termasuk wajah MIA yang ia lihat di asrama tadi. Arion mengepalkan tangannya.
"Sialan Ini menjijikkan." Bayangan Luna kembali melintas bagaimana ia melihat Arion di mata Mia, jijik Ia merasa mual.
"Ini terlihat seperti dokumen suap terkait proyek pembangunan gedung baru, Adam kemungkinan besar merekam semua ini." Adrian memperbesar gambar dokumen.
"Dan puisinya?" Arion bertanya, suaranya tegang.
"Ada juga beberapa file puisi di sana," Adrian menjawab membuka salah satu file.
Puisi Adam penuh dengan metafora gelap, gambaran tentang ular-ular berjas yang meracuni akar pohon ilmu, dan mawar-mawar layu yang dipaksa menari di bawah bulan sabit, Ada nama-nama samar, inisial, dan tanggal-tanggal tertentu. Puisi itu adalah pengakuan, dan juga bukti.
"Adam, dia tahu terlalu banyak," Arion bergumam. "Mereka membunuhnya karena ini." Arion mematikan layar, rahangnya mengeras.
"Kita tidak bisa melaporkan ini ke polisi begitu saja, Mereka pasti akan menutupi, Dekan Anwar punya koneksi kuat."
"Lalu apa yang akan kita lakukan Dion?" Kenzie bertanya, tatapannya menyiratkan keraguan dan sedikit rasa frustrasi.
"Kita sudah terlalu dalam"
Arion berpikir keras, Ia melirik luka di lengannya, Luka ini bukan hanya dari pisau Rex, tapi juga dari setiap keputusan bodoh yang ia buat.
"Kita butuh sekutu, Seseorang yang bersih yang punya koneksi dan yang bisa kita percaya"
Arion mengambil ponselnya, Kali ini ia tidak melihat pesan masuk yang menggoda. Pikirannya hanya tertuju pada satu orang yaitu Pada Luna.
Ia memencet nomor Luna, merasakan detak jantungnya berdebar tidak seperti saat ia menghubungi wanita-wanita lain.
Luna menjawab panggilan itu setelah beberapa dering. Suaranya terdengar dingin, namun ada kerentanan samar di baliknya.
"Ada apa Arion?"
"Aku butuh kau Luna," Arion berkata, suaranya rendah dan serius.
"Aku tahu kau marah padaku Aku pantas mendapatkannya, Tapi ini penting Ini tentang Adam Tentang kampus Tentang kebenaran" Ia menceritakan secara singkat tentang USB drive itu.
"Aku tahu ini berat, Tapi aku tidak bisa mempercayai siapa pun selain dirimu saat ini, Aku butuh matamu, pikiranmu. Aku butuh kepekaanmu"
Ada keheningan panjang di ujung telepon, Arion takut Luna akan menolaknya Ia pantas ditolak.
"Di mana kau?" Luna akhirnya bertanya, suaranya masih dingin namun ada secercah rasa ingin tahu yang mengalahkan kemarahannya.
"Apartemenku." Arion memberitahu alamatnya.
"Aku akan datang" kata Luna lalu menutup telepon.
Arion menghela napas lega Ia telah melangkah ke wilayah yang tidak dikenal, yang berbahaya tapi ia yakin akan melakukannya.
Setengah jam kemudian Luna datang, Ia berdiri di depan pintu apartemen Arion, tampak lelah namun matanya tetap tajam, Ia mengenakan sweater rajut longgar dan celana jeans, jauh dari kesan glamor seperti wanita-wanita yang biasa Arion kencani.
Arion membuka pintu, Ada ketegangan tebal di antara mereka, Arion membiarkan Luna masuk.
"Kenzie, Adrian, ini Luna" Arion memperkenalkan.
"Luna, ini Kenzie dan Adrian, Mereka anggota Klan Garuda yang paling kupercaya"
Kenzie dan Adrian mengangguk canggung, Mereka sudah mendengar banyak tentang Luna dari Arion, Dan juga tahu tentang konflik romantis Arion.
"Jadi apa yang kau temukan?" Luna bertanya langsung ke inti.
Arion memutar video dari USB drive itu lagi, Ia menjelaskan segalanya menunjuk pada wajah Dekan Anwar, pada tumpukan uang dan pada adegan pesta-pesta kotor itu, Ia tidak menyembunyikan apapun.
Luna mendengarkan dengan seksama, wajahnya perlahan berubah menjadi ekspresi kaget, jijik, dan marah.
"mereka melakukan itu?"
"Dan itu tidak semua," Arion melanjutkan.
"ada mahasiswi-mahasiswi yang terlibat dalam pesta itu, Beberapa di antaranya tidak secara sukarela, Ini jauh lebih buruk dari korupsi uang, Ini melibatkan eksploitasi", Luna mengepalkan tangannya, tatapannya membara.
"Ini kejahatan, Bukan hanya korupsi, Ini kejahatan seksual, Pemerkosaan terselubung, Dan mereka menggunakan kekuasaan untuk itu" Ia memandang Arion, matanya mencari jawaban.
"Kau tahu nama-nama mahasiswi itu?"
Arion menggeleng "Tidak semua Tapi ada beberapa wajah yang mirip dengan yang kulihat di kampus."
"Kita butuh bantuanmu Luna" Arion berkata suaranya serius.
"Kau punya mata dan koneksi di kalangan seniman, mahasiswa yang idealis, Mereka tidak takut, Mereka mungkin bisa membongkar ini ke media atau lembaga yang tepat, kau punya kepekaan untuk melihat kebenaran di balik semua kepalsuan ini"
Luna menatap Arion dengan pandangan yang dalam.
"Kau mempercayaiku? Setelah semalam?"
"Setelah semua yang kau lakukan?"
"Lebih dari siapa pun saat ini" Arion menjawab jujur dari lubuk hatinya.
"Aku tahu aku bajingan Luna, Aku tahu aku membuat kesalahan, Tapi aku tidak bisa membiarkan ini terjadi, Aku tidak bisa membiarkan mereka lolos, Aku butuh kau di sisiku".
Ia melangkah mendekat ke arah Luna matanya memohon.
"Kau adalah satu-satunya yang tidak takut padaku dan satu-satunya yang melihat melampaui kekacauan bahkan melihat diriku yang paling buruk."
Luna menyentuh lengan Arion yang terbalut perban. Sentuhannya lembut namun penuh kekuatan.
"Aku akan membantumu Arion, Tapi kau harus janji, Tidak ada lagi, permainan, Kita bersama dalam hal ini"
Arion merasakan jantungnya berdetak kencang, Ini adalah titik balik, Ini adalah kesempatan untuk penebusan yang sesungguhnya. Ia menatap mata Luna, melihat ketulusan di sana.
"Aku janji Luna Kali ini, tidak ada lagi permainan Hanya kau dan aku" Arion mencium kening Luna, lalu beralih ke bibirnya, Ciuman itu adalah sebuah ikrar, sebuah janji yang tulus.
Bukan ciuman gairah liar seperti dengan Violet, melainkan ciuman yang sarat akan janji dan harapan, Arion mencicipi rasa asin dari air mata yang entah bagaimana mengalir di pipi Luna, air mata kesedihan, kemarahan, dan mungkin, sedikit kelegaan, Luna membalas ciuman itu dengan seluruh jiwanya, mencoba mengomunikasikan semua yang tidak bisa ia ucapkan, semua rasa yang salama ini ia pendam.
Malam itu Arion dan Luna mulai menyusun rencana, Mereka memutuskan untuk menghubungi dosen yang mereka curigai juga membenci korupsi di kampus.
PROFESOR HADI (40an, dosen Sosiologi, idealis, kritis terhadap sistem).
Mereka juga menyusun strategi bagaimana cara membocorkan informasi ini ke publik tanpa membahayakan diri mereka sendiri, Luna mengusulkan ide untuk menggunakan karya seninya sebagai bentuk protes.
Di sisi lain kampus, Rex masih berduka atas kematian Adam, bersumpah untuk membalas dendam, Ia mulai menyusun rencana untuk menyerang Klan Garuda secara besar-besaran, yakin bahwa Arion adalah pembunuh Adam, Ia tidak tahu bahwa ia hanyalah pion dalam permainan yang lebih besar.
Sementara itu di sebuah apartemen mewah di luar kampus, Dekan Anwar sedang berpesta dengan beberapa pejabat kampus dan mahasiswi-mahasiswi muda.
Musik keras berdentum, minuman mengalir bebas, Dekan Anwar tersenyum licik, yakin bahwa semua rahasianya aman terkubur.
Ia tidak tahu bahwa ada sebuah USB drive kecil yang telah membongkar semua kebusukannya dan bahwa Arion, playboy yang ia anggap remeh, telah menemukan sekutu yang paling tidak terduga. Sebuah pertempuran baru telah dimulai, dan kali ini, pertaruhannya adalah seluruh kampus.