NovelToon NovelToon
Man Jadda Wajada

Man Jadda Wajada

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:36.9k
Nilai: 5
Nama Author: Rahma AR

Bagi Hasan, mencintai harus memiliki. Walaupun harus menentang orang tua dan kehilangan hak waris sebagai pemimpin santri, akan dia lakukan demi mendapatkan cinta Luna.

Spin of sweet revenge

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

MJW21

Hasan mengejar Luna? Laila menghembuskan nafasnya perlahan. Dia ngga yakin dengan perkataan Riyas Wajahnya masih nampak kesal.

Kapan mereka bersama?

Harusnya tadi dia menggali lebih dalam lagi dari Riyas.

Laila ingat ekspresi kecut Luna ketika melihatnya pergi dengan Hasan di malam perpisahan sekolah mereka. Hasan meninggalkan gadis hedon itu dan dia pulang bersama Hasan. Saat itu Laila berpikir Hasan sudah memilihnya.

D Kairo Hasan sangat sibuk, kuliah dan berbisnis. Mereka cukup dekat karena kerabat keduanya.yang ada.di sana selalu berusaha mencari alasan agar mereka berdua sering bertemu.

Hasan juga tidak pernah menyinggung Luna, hingga Laila semakin yakin kalo mereka memang sudah tidak ada apa apa lagi.

Pembicaraan perjodohan mereka juga semakin intens. Orang tuanya dan orang tua Hasan rutin datang mengunjungi mereka, dan membuat kedekatan mereka semakin nyata.

Hasan juga tidak berani membantah, mungkin karena tau neneknya baru saja melakukan operasi jantung. Laila sangat beruntung karenanya, walaupun sikap Hasan tetap acuh dan datar. Tidak masalah buatnya, karena kata uminya, setelah menikah laki laki akan jadi lembut dan romantis.

Satu hal yang membuat Laila semakin jauh dari Hasan ketika abinya menentang keinginannya untuk menerima pekerjaan dosen di Amerika. Mungkin karena di Amerika, mereka tidak punya kerabat seperti di Kairo.

Tapi mereka sering mengunjugi Hasan. Laila juga tenang karena tidak ada perempuan yang berada di dekat laki laki itu.

Luna? Laila mendecih mengingatnya. Perempuan itu sudah benar benar hilang ditelan bumi.

Jadi kalo Riyas mengatakan Hasan mengejar Luna, itu pasti omong kosong yang tak layak mengganggu pikirannya.

Laila menarik nafas dalam dalam dan menghembuskannya pelan pelan. Cukup lama dia berada di kamarnya setelah pulang dari perusahaan Hasan. Hari juga sudah mulai beranjak senja.

TOK TOK TOK

Uminya membuka pintu kamarnya.

"Sudah ashar?"

Laila menggeleng. Gara gara memikirkan Hasan, dia lupa kewajibannya.

Sri Maimun tersenyum.

"Ashar dulu. Setelah utu temui-in abi dan umi."

"Ya, umi."

*

*

*

Sekarang Laila sudah duduk di depan umi dan abinya. Sudah ada teh manis hangat dan kue kue jajanan pasar.

Laila merasa hatinya tidak nyaman. Jantungnya berdebar cepat. Ada apa ini? Batinnya.

Dia mencoba menenangkannya dengan meneguk tehnya.

"Tadi abi sudah bertemu abinya Hasan."

Senyum Laila langsung merekah.

Membahas rencana pernikahan, ya? duganya dalam hati. Dia memaki Riyas yang sudah membuatnya berpikir buruk tentang Hasan.

Sri Maimun memalingkan wajahnya. Tidak sanggup melihat ekspresi penuh bahagia putrinya.

Yahya Salim menarik nafas dalam, mencoba tetap tenang.

"Kenapa..... kamu tidak jujur dengan abi?"

Laila menatap abinya bingung mendengar tuduhan yang tidak berdasar itu.

"Aku ngga pernah bohong, abi."

Uminya kini menatapnya sedih.

"Hasan pernah menolak kamu, kan?"

Ucapan uminya membuat Laila mematung.

Abi dan umi sudah tau? Jantungnya tambah berdebar cepat. Kata kata Riyas terngiang berkali kali di dalam kepalanya.

Hasan mengejar Luna!

Tidak! Tidak mungkin, bantahnya berkali kali di dalam hati.

"Hasan menolak kamu lagi, Laila." Setelah mengatakannya, tangis tertahan uminya langsung pecah. Suaminya menenangkannya.

Tubuh Laila terasa lemas. Punggungnya langsung bertabrakan dengan sandaran kursi. Tatapnya berubah kosong.

Tidak! Dia tidak mau! Dia harus tetap menikah dengan Hasan!

*

*

*

"Kata Luna dan Ayra, Hasan akan dijodohkan. Gadis yang akan dijodohkan dengan Hasan juga teman anak anak kita." Kiara menghela nafas berat.

Mereka sedang berada di ruang kerja Emra. Baru juga pulang dari restoran, meeting bersama klien di jam makan siang.

"Oh ya?" Emra menatap istrinya lekat yang sedang duduk di kursinya. Sedangkan dia berdiri di depannya sambil menyandar di meja kerjanya.

"Kata Luna, dia beberapa kali dilabrak gadis itu." Kiara menyampaikan dengan raut kesal.

Emra tersenyum santai.

"Luna bisa mengatasinya, kan?" Kalo Luna, dirinya tidak terlalu khawatir.

Kiara mengangguk.

"Sepertinya lawan yang enteng buat Luna."

Keduanya pun tertawa pelan.

"Aku sedang menyelidiki laki laki itu. Memang ada sinyal sinyal perjodohan. Tapi sepertinya belum terjadi."

"Ohya?" Kiara membulatkan matanya, tidak menyangka pergerakan suaminya cepat juga.

"Fadel dan Fathir mengenal Hasan juga. Info dari Emir, kata kedua anak kembarnya, Hasan laki laki yang baik. Santri yang alim."

Kiara menyimak dengan serius.

"Hasan mendekati putri kita melalui masalah hukum Ratna," sambung Emra.

"Ratna?" Nama yang tidak asing dan cukup menyebalkan untuk diingat Kiara.

"Ibunya Ratna juga guru Hasan. Hasan bekerja di staf kementerian. Juga beberapa teman yang lain. Kata Fadel, isu Ratna sudah menyebar di sana. Sepertinya Hasan menggunakan isu itu untuk mendekati putri kita lagi."

"Modus." Ada sisa tawa di bibir Kiara.

"Begitulah. Mungkin Luna selalu menolak padahal suka." Kali ini Kiara setuju dengan pendapat suaminya.

"Luna ragu karena dunia Hasan beda jauh dari dirinya."

"Ya," angguk Emra.

Hening sesaat.

"Kita lihat dulu perkembangannya. Aku sudah bertemu abi Hasan. Kelihatannya seperti kyai kiyai yang bijak."

Kiara manggut manggut.

"Ibunya Fazza, kan, anak kyai, juga istri Kaysar yang sudah meninggal. Nanti aku tanyakan, apakah mereka kenal dengan keluarga Hasan."

Kiara tersenyum sangat lega.

"Terimakasih, suamiku. Kamu selalu sudah berpikir sangat jauh."

"Tentu saja. Aku ngga mau Luna patah hati. Kalo memang Hasan yang dia mau, kita harus bisa mengabulkan keinginannya. Apalagi laki laki itu berkata serius padaku ingin mendekati Luna." Emra menyandarkan wajah Kiara di lengannya.

Kiara merasa tenang Beban di dadanya lepas perlahan.

"Yang harus kamu lakukan, yakinkan, Luna. Soal agama dia bisa belajar dari Hasan nantinya. Yang penting laki laki itu mencintainya, sama seperti dirinya."

"Ya, Emra."

*

*

*

"Dokter, malaikat penjaga pintu surganya datang lagi," bisik suster Tika penuh semangat ketika Luna baru selesai memeriksa pasiennya

"Hemm...." Luna menyembunyikan debar bahagia yang muncul begitu saja di hatinya. Sampai pasien terakhir masuk ke ruangannya, belum ada tanda tanda kehadiran Hasan tadi.

Dari tadi susternya bolak balik memeriksa apakah Hasan sudah datang atau belum.

Luna berusaha tenang hingga akhirnya pasien terakhir yang sesungguhnya masuk ke dalam ruang periksanya.

Tanpa ragu, Hasan mengulurkan lengannya untuk ditensi.

Luna berusaha tenang, tidak terpengaruh dengan mata teduh yang sedang menatapnya dalam.

Sementara senyum suster Tika selalu terkembang manis. Dia membantu nona dokternya dengan hal yang tidak perlu. Seperti mendekatkan kotak tensi yang memang sudah tidak terlalu berjarak dengan Luna dan mudah dijangkaunya.

Suster Tika bahkan berdiri di samping nona dokternya agar bisa pu as menatap wajah tampan Hasan.

Luna memasangkan manset di lengan Hasan, anehnya kali ini dia merasa tangannya agak gemetar. Ada perasaaan grogi yang cukup kuat.

"Berkurang sedikit saja. Masih tinggi. Kamu harusnya lebih banyak istirahat," ucap Luna sambil melepaskan manset di lengan Hasan. Ada nada khawatir tersirat dalam suaranya.

"Pekerjaanku sangat banyak." Hasan menurunkan lagi gulungan kemeja di lengannya. Tapi tatapnya sekalipun tidak pernah dia lepaskan dari Luna.

"Radangmu sudah mendingan?" tanya Luna bermaksud menyimpan alat tensi itu ke dalam kotak.

"Biar saya aja, dokter," pungkas suster Tika sigap.

Luna menghembuskan nafas pelan melihat ke aktifan susternya.

"Makasih."

"Sama sama, dokter," jawab suster Tika manis kayak gula. Hampir saja Luna mengusirnya.

"Sudah mendingan," jawab Hasan dengan senyum tersungging di bibirnya.

"Kalo sakit begini, harusnya ke spesialis penyakit dalam. Aku ini dokter spesialis saraf," sindir Luna mengalihkan tatapnya dari Hasan. Menegaskan kalo dia sudah tau laki laki ini hanya cari alasan saja untuk ketemu dengannya.

Hasan tetap tersenyum tenang.

"Sarafku memang lagi ngga benar. Jadi sakitnya nyebar ke mana mana. Karena itu kamu adalah dokter yang paling tepat untuk aku datangi," jawab Hasan kalem.

1
Lailatunnasihah Nasihah
maaf ya umi.Harusnya umi bisa merasakan ketulusan hasan trhadap seorang wanita.jangan malah mencari kesalahan di diri luna.stop jangan macam2 ya umi.Jangan sampai nyenggol keluarga luna ya. kalo udh berani nnti kasian hasannya yg jadi korban🤭
Zea Rahmat
harusnya umi liat dr sisi hasan dan luna sm Laila dong... bijak dalam bersikap
maret
gregetan bgtttt.... kakek nenek Monggo Dateng... di selesaikannn.. q pusing ikut mikirin... 😅🫰
🟡 ◡̈⃝︎☀MENTARY⃟🌻
Semangat Hasan Memperjuangkan Luna
Tri Handayani
next thorrr'semoga ada triple up'semangat thorrr
Tri Handayani
umi siti seharusnya udah bisa menilai laila seperti apa dr obsesinya mendapatkan hasan.
Tri Handayani
tak kenal maka tak sayang fariz'mungkin kalau kamu udah kenal luna dan keluarganya'kamu jg akan mengerti kenapa kakakmu bertahan mencintai luna dr dulu sampe sekarang.
Tri Handayani
umi siti azizah bilang sama laila'hasan g mau menikahi gadis manapun selain luna'biar laila tau.
Tri Handayani
pede banget kamu laila'mau mendepak luna'yang ada kamu itu yg d depak k luar angkasa...
Tri Handayani
bukan karena luna hasan jadi keras kepala dan membangkang umi,dulu hasan g punya modal dan keberanian untuk mendapatkan luna'selain cinta.sekarang dia punya semua dan g mau kehilsngan luna.
Ray Aza
ga usah cari kambing hitam deh umi. km bs liat hasan keras kepala utk luna tp tdk bisa melihat obsesi laila terhadap hasan. dr segi kejiwaan laila itu sdh bermasalah umi. anda lupa hasan sdh pernah menolak laila dan menutupi hal tersebut dr semua? ga takut pny menantu sakit jiwa? gejala npd akut loh mi
Yana Phung
Jgn2 ummi hasan malah berpikiran negatif dg luna
jujur aku penasaran kenapa hasan menolak laila??
ataukah dulu kasus luna dilabrak laila,, hasan tau??
Yana Phung
aku bingung dg pemikiran orang tua laila
udah ditolak hasan kok malahan mendukung tindakan laila??
dwi ka
Uminya hasan jg aneh, sehrsnya wkt ukhti munafik nelp & blg rela di poligami, umi hrsnya bs menilai wanita spti apa laila itu.. Wanita yg cm luarnya aja tertutup tp dalamnya luar biasa busuk.. Mana ga ada harga dirinya lg, udh kyk j4l4ng aja
Bunda Keisha
cinta yg di pendam selama 8 tahun abi Ali.. plisss ngertiin Gus Hasan yg sudah menahan cinta selama 8 tahun dgn belajar dan bekerja keras demi mendapatkan cinta Ning Luna 😍
Laila nya aja yg gak tahu diri, 2x ditolak msh aja ngejar²😡
Ray Aza
defini beragama tapi tidak berakhlak, berotak tapi tidak berpikir, berilmu tp tdk berhati. benar kamu beragama tapi kamu sama sekali tidak berTuhan jd nafsu yg lbh menguasaimu. katanya kl blm berhijab belum dpt hidayah, belum naik haji krn belum dipilih sbg tamu Allah, kalo macam laila gini disebutnya apa ya? kebaikan apalg yg belum diksh kedia?
Tri Handayani
laila...hasan jg mikir seribu kali kalau mau poligami,d samping dia cintanya sama luna'mana dia berani macem"sama luna pingin habis sama keluarga airlangga wisesa.
Tri Handayani
bisa-bisa nanti ada ratna kedua nich yg berakhir d rumah sakit jiwa
Tri Handayani
ya ampun...kok ada y cwe begitu'g punya malu atau memang obsesimu yg terlalu besar'laila
Lusi Hariyani
emang org2 kolot sich para ortu y hasan&laila g spt kluarga besar y luna yg welcome sm siapa aja
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!