NovelToon NovelToon
Terlahir Kembali Menjadi Seorang Perempuan

Terlahir Kembali Menjadi Seorang Perempuan

Status: sedang berlangsung
Genre:Anime / Reinkarnasi
Popularitas:477
Nilai: 5
Nama Author: Lidelse

Reni adalah pemuda pekerja keras yang merantau ke kota, dia mengalami insiden pencopetan, saat dia mengejar pencopetan, dia tertabrak truk. Saat dia membuka mata ia melihat dua orang asing dan dia menyadari, dia Terlahir Kembali Menjadi Seorang Perempuan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lidelse, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Misi Lower Ring

Pagi itu, Lyra (Reni) terbangun dengan bunyi gesekan sutra dan wangi parfum yang mewah. Ia merangkak keluar dari tempat tidurnya dan menemukan kedua orang tuanya sudah berpakaian lengkap.

Erin mengenakan gaun panjang berwarna biru laut yang dihiasi berlian tipis, membuatnya terlihat anggun namun tetap berwibawa layaknya seorang Archmage. Di sampingnya, Racel Astrea tampil dalam seragam kebesarannya sebagai kepala keluarga Astrea—jubah hitam dengan sulaman perak, pedang utamanya tergantung di pinggang, memancarkan aura Dewa Pedang yang tak terbantahkan.

Lyra yang berambut pink cerah dengan piyama flanelnya, berjalan menghampiri mereka.

"Mama, Papa? Mau ke mana? Lyra ikut?"

tanyanya dengan nada suara anak empat tahun yang menggemaskan, sambil menarik ujung jubah Racel.

Di luar jendela besar, Lyra melihat kereta kuda keluarga Astrea sudah siap. Bukan kereta biasa, melainkan kereta lapis baja dengan ukiran emas yang ditarik oleh sepasang kuda griffin yang besar dan gagah—sebuah pemandangan yang menunjukkan status mutlak mereka.

Racel berlutut di depan Lyra, menatap matanya dalam-dalam. Ia menggendong Lyra dan mengecup kening putrinya.

"Papa dan Mama akan pergi ke Ibu Kota Kerajaan Elemendorf, Sayang,"

jelas Racel dengan suara baritonnya yang tenang.

"Ada rapat besar para Duke dan petinggi kerajaan. Ini adalah pertemuan penting yang tidak boleh diwakilkan."

Erin menghampiri dan memeluk Lyra dari samping.

"Kami akan pergi sekitar tiga hari, Lyra. Tapi jangan khawatir, Mia dan pengawal akan menjagamu. Dan ada satu hal penting..."

Erin tersenyum misterius.

"Kakek Duke Eminan sudah menunggu kedatangan kami. Kami akan membicarakan... masa depan pendidikanmu."

Pendidikan? Lyra sontak teringat pada Bahasa Kuno sihir yang rumit dan tulisan tangan yang aneh.

"Kalau begitu, Lyra jaga diri baik-baik, ya. Ingat, jangan tinggalkan Kastil,"

kata Racel. Ia menurunkan Lyra dan menunjuk Mia yang berdiri di dekat pintu.

"Mia akan menjadi Komandan sementara di sini."

Saat Lyra melihat Mia, sebuah ide cemerlang langsung muncul di benaknya. Tiga hari tanpa pengawasan ketat Ayah dan Ibu? Ini adalah kesempatan emas!

"Papa Racel,"

panggil Lyra. Ia merangkak ke kotak kecil di bawah sofa

(tempat ia menyembunyikan mainan rahasianya, termasuk cincin Mia yang ia pinjam) dan mengambil cincin perak kusam itu.

"Cincin Mia ini kusam. Lyra tidak suka,"

kata Lyra, memasang wajah cemberut.

"Nanti Papa bawakan Lyra cincin yang bagus, ya? Yang ada gambarnya... pedang dan buku!"

Lyra menguji air. Ia tidak meminta cincin penyimpanan secara langsung, ia meminta "cincin yang bagus."

Racel, yang bangga dengan minat putrinya pada pedang, pasti akan membelikannya sesuatu yang praktis.

Racel tertawa kecil.

"Dasar putri kecil dengan selera aneh. Baik, akan Papa carikan cincin dengan ukiran pedang dan buku. Janji."

Racel dan Erin kemudian mengucapkan selamat tinggal dan bergegas menuju kereta. Lyra melambaikan tangan dengan wajah manis.

Begitu kereta Astrea menghilang di balik gerbang, Lyra kembali ke dalam. Wajah polosnya langsung berubah menjadi ekspresi penuh tekad Reni yang lama.

"Mia!"

panggil Lyra, nadanya kini tegas, bukan merengek.

Mia terkejut dengan perubahan nada Lyra.

"Ya, Tuan Putri?"

"Mama dan Papa pergi tiga hari. Selama tiga hari ini, Lyra akan berlatih di Ruang Bawah Tanah. Tidak ada yang boleh mengganggu. Tidak ada yang boleh tahu!"

perintah Lyra.

Mia, yang sudah tahu sebagian besar rahasia Lyra dan terikat pada perintah Racel untuk mendukung ambisi Lyra, hanya bisa menghela napas pasrah.

"Baik, Tuan Putri. Akan saya lindungi rahasia ini."

Lyra kini punya target: Cincin Penyimpanan yang dijanjikan Ayahnya. Dan ia punya waktu tiga hari tanpa interupsi untuk menguasai dasar-dasar Pedang Mana dan meningkatkan kemampuan membacanya dari buku sihir Erin.

Lyra dengan sigap masuk kembali ke kamar besarnya. Begitu pintu tertutup dan ia mendengar langkah kaki Mia menjauh untuk mengawasi dari luar, wajah manis Lyra langsung lenyap, digantikan oleh senyum licik penuh perhitungan.

Ia tidak bisa menahan diri. Lyra melompat ke atas ranjang berkanopi mewahnya, lalu melompat-lompat sekuat tenaga.

"Hore! Bebas!"

serunya, suaranya sedikit lebih dalam dari biasanya, menirukan intonasi Reni yang lama.

Tiga hari tanpa tatapan mata Erin yang penuh kasih namun mengawasi, dan tanpa aura kuat Racel yang bisa mendeteksi setiap fluktuasi Mana kecilnya. Ini adalah liburan kerja yang sesungguhnya.

Aku bisa berlatih sihir di bawah matahari! Aku bisa mengayunkan pedang sampai tanganku mati rasa tanpa harus berpura-pura jatuh sakit besok pagi!

Lyra merasa seperti Reni yang baru saja mendapatkan cuti tiga hari dengan uang saku penuh.

Setelah euforia meloncatnya mereda, Lyra jatuh terlentang di lantai marmer kamar, menatap langit-langit yang dihiasi lukisan dewa-dewa dan bintang-bintang.

Angin sejuk berembus dari jendela. Dalam keheningan itu, ingatan tentang kehidupan lamanya muncul.

"Reni..."

gumamnya pelan, tanpa khawatir ada yang mendengar.

Lyra merindukan rasa sakit fisik dari kerja keras. Merindukan bau oli dari angkutan umum yang ia kendarai, merindukan obrolan sederhana dengan ibu di telepon, merindukan tujuannya yang jelas: membiayai ibu di kampung.

Dunia ini menawarkan kekuasaan dan kemewahan, tetapi juga menyajikan kompleksitas tak terbatas:

sihir, bangsawan, dan ancaman yang belum ia pahami. Di dunia Reni, masalah bisa diselesaikan dengan uang dan usaha. Di sini, masalah diselesaikan dengan sihir dan pedang.

Aku adalah Reni, pemuda tangguh dan pekerja keras. Tapi sekarang aku adalah Lyra, putri kecil berambut pink.

Lyra tersenyum kecil. Menjadi Lady Lyra memang penuh kejutan. Ia mungkin harus mengenakan gaun konyol, dan ia mungkin terjebak dalam tubuh kecil yang lemah, tetapi ia adalah putri dari dua orang terkuat di dunia ini. Ia punya akses ke buku-buku sihir kuno dan pelatihan pedang terhebat.

"Tidak terlalu buruk,"

bisik Lyra pada dirinya sendiri.

"Aku hanya perlu bekerja lebih keras. Tiga hari ini... aku akan menentukan jalanku."

Lyra menarik napas dalam-dalam. Racel akan kembali dengan janji cincin. Jika Lyra hanya meminta "cincin bagus," ia akan mendapatkan perhiasan. Jika Lyra memberikan spesifikasi teknis, ia akan mendapatkan alat tempur.

Prioritasnya harus pada Informasi. Dengan informasi yang cukup, ia bisa mendapatkan artefak canggih.

"Baiklah, Mia. Bawa semua lilin sihir dan kertas terbaik yang ada di kastil ke sini. Kita akan melakukan riset semalaman penuh,"

perintah Lyra, matanya bersinar penuh ambisi.

"Waktu tiga hari ini akan kita gunakan untuk menguasai Prinsip Dasar Artefak Penyimpanan Mana!"

Mia, yang loyalitasnya kepada Lyra sudah mencapai tingkat kepasrahan, dengan cepat membawa gulungan perkamen terbaik, tinta khusus, dan beberapa lilin sihir

(yang tidak menghasilkan asap, ideal untuk meditasi).

Ia meletakkannya di lantai, di sekitar Lyra.

Lyra segera menyusun gulungan-gulungan itu, membuka buku Kompendium milik Erin, dan mulai menyalin diagram-diagram Mana yang paling rumit, terutama yang berkaitan dengan Manipulasi Objek dan Penyimpanan Energi.

Mia duduk di sudut ruangan, memperhatikan Tuan Putri kecilnya yang berusia empat tahun dengan rambut pink cerah itu bekerja dengan konsentrasi seorang sarjana. Senyum kecil muncul di bibirnya.

"Tuan Putri,"

ujar Mia lembut,

"Anda benar-benar mirip dengan Mama Erin saat beliau masih muda."

Lyra, yang sedang sibuk menyalin diagram kristal yang kompleks, mendongak tanpa henti bekerja.

"Mirip?"

"Ya,"

Mia terkekeh.

"Mama Erin selalu lebih suka buku-buku dan eksperimen kotor daripada bermain boneka. Beliau juga keras kepala dan cerdas. Sama seperti Tuan Putri sekarang. Terus berlatih pedang bersama Tuan Racel, lalu sekarang menghabiskan malam dengan ilmu sihir yang rumit."

Lyra meletakkan penanya sejenak, wajah bayinya menunjukkan ekspresi Reni yang serius.

"Lyra tidak mirip Mama Erin,"

kata Lyra dengan nada tegas.

"Lyra... Lyra ini laki-laki."

Mia hanya tersenyum maklum.

"Oh, Anda pasti mendengar Ayah Tuan Putri memanggil Anda 'Pendekar Pedang Masa Depan.' Itu bagus, Sayang. Memang, anak bangsawan harus kuat dan tangguh."

"Bukan!"

bantah Lyra.

"Bukan tangguh. Lyra memang... Lyra dulunya memang laki-laki. Lyra tidak suka gaun! Lyra tidak suka pesta teh! Lyra cuma ingin pedang dan ilmu."

Mia tertawa kecil, menganggapnya sebagai lelucon paling lucu dari Tuan Putrinya.

"Tentu saja Anda laki-laki yang sangat gagah, Lyra. Anda adalah putra Dewa Pedang!"

kata Mia, tetap dengan nada memanjakan.

"Tapi tunggu saja. Semangat tangguh ini tidak akan hilang. Ketika Anda tumbuh nanti, Anda akan menjadi Duchess yang hebat, sama seperti Mama Erin, tomboi, kuat, tetapi anggun dan dicintai semua orang."

Lyra menghela napas. Dia tahu tidak ada gunanya berdebat. Mia hanya melihat tubuhnya yang berambut pink dan menggemaskan.

"Mama Erin menemukan cintanya pada Ayah Tuan Putri, dan beliau tidak melepaskan kebebasannya hanya karena menjadi seorang wanita. Anda akan sama, Lyra,"

lanjut Mia, matanya menerawang.

"Anda akan menjadi penyihir Archmage atau pendekar yang paling terkenal. Dan kemudian, Anda akan bertemu dengan seorang Pangeran atau seorang Ksatria pemberani. Seseorang yang sama kuatnya dengan Ayah Anda."

Mia mendekat dan membelai rambut Lyra.

"Anda akan menikah di sebuah katedral besar, mengenakan gaun putih paling indah. Dan setelah itu, Lyra..."

Mia berhenti sejenak, tersenyum penuh kebahagiaan.

"Setelah itu, Anda akan merasakan kebahagiaan terbesar seorang wanita. Anda akan mengandung, dan Anda akan memiliki putri kecil cantik yang persis seperti Anda."

DEG.

Kata-kata Mia menancap telak ke dalam kesadaran Reni, seperti pedang tajam yang menembus perisai.

Mengandung? Memiliki anak?

Selama ini, Reni hanya berfokus pada pelatihan, sihir, dan ambisi. Dia melihat dirinya sebagai Reni yang "terperangkap" dalam tubuh Lyra. Dia berpikir dia bisa mempertahankan identitas prianya, mengabaikan aspek biologisnya.

Namun, kata-kata 'Anda akan mengandung' membawa konsekuensi reinkarnasinya ke tingkat yang sama sekali baru. Itu adalah kenyataan biologis yang tidak bisa dihindari oleh teknik pedang atau sihir terkuat sekali pun. Itu bukan hanya soal gaun atau rambut pink. Itu adalah takdir bawaan dari tubuh yang kini ia tempati.

Lyra tiba-tiba merasa lemas. Gulungan perkamen dan pena bulu ayam terjatuh dari tangannya.

"Mia..."

bisik Lyra, suaranya terdengar sangat kecil dan rapuh, lebih kecil dari suara anak empat tahun.

"Ya, Tuan Putri? Kenapa? Apa Anda lelah?"

tanya Mia cemas, melihat perubahan ekspresi Lyra.

Reni menatap tangannya yang mungil. Dia benar-benar seorang perempuan. Bukan

"laki-laki yang terjebak,"

tetapi seorang wanita yang terlahir kembali. Ia harus menghadapi kenyataan itu, cepat atau lambat.

Lyra menarik napas dalam-dalam, mengambil kembali penanya. Sebuah tekad baru muncul di mata hijaunya. Tekad yang lebih tenang, lebih dalam, dan lebih terfokus.

Baiklah. Kalau begitu aku tidak akan hanya menjadi pendekar pedang wanita. Aku akan menjadi wanita terkuat yang pernah mengandung dan melahirkan, dan aku akan mengurus anak-anakku sendiri, di samping ibu kandungku di kampung!

"Tidak, Mia,"

jawab Lyra, kembali fokus pada diagram Mana.

"Lyra hanya... sedikit terkejut. Lyra baik-baik saja. Sekarang, tolong ambilkan tinta biru, Mia. Aku harus menyalin diagram ini."

Perdebatan batin Reni telah berakhir. Ia kini adalah Lyra, dan dia akan menggunakan tubuh wanitanya yang baru dengan segala kelebihan dan kekurangannya, untuk mencapai tujuannya.

Keesokan harinya, meskipun Lyra (Reni) telah menghabiskan hampir sepanjang malam untuk menyalin diagram dan mencoba mengintegrasikan Mana, tanpa kehadiran Racel, sesi latihan pagi di ruang bawah tanah terasa hampa.

Lyra mengayunkan pedang kayunya. Gerakan Kucing terasa lambat, dan konsentrasi Mana Anginnya sering buyar. Insting Dewa Pedang Ayahnya yang selalu mengoreksi, kini terasa sangat kurang.

"Mia,"

panggil Lyra, menghentikan ayunannya.

Mia, yang sedang berjaga di dekat pintu, menghampirinya.

"Ya, Tuan Putri? Apa Anda lelah?"

Lyra menggeleng. Ia berjalan ke jendela ruang latihan, yang terbuat dari kristal tebal, menampakkan sebagian pemandangan Kota Silvania yang melingkar. Mata Lyra menatap ke kejauhan, ke arah Lower Ring—area padat di bawah, tempat para pekerja dan petualang berkumpul.

"Latihan ini membosankan,"

kata Lyra jujur.

"Papa bilang, pendekar pedang harus menguasai lingkungan dan membaca gerakan lawan. Aku tidak bisa melakukan itu di sini."

Mia terlihat khawatir.

"Tapi, Tuan Putri, Mama Erin berpesan agar Anda tidak meninggalkan Kastil. Mama bilang Kota Silvania itu... penuh bahaya bagi seorang Lady kecil."

Lyra tersenyum penuh perhitungan. Ia sudah tahu bagaimana menghadapi "bahaya" yang disebut Erin:

kepanikan karena gaun kotor atau jadwal tidur terlewat.

"Mia, kita tidak akan meninggalkan Kastil. Kita hanya akan... turun ke taman belakang, lalu kita akan bersembunyi di balik semak-semak besar di dekat tembok,"

Lyra menjelaskan rencana tomboinya.

Mia masih ragu.

"Tapi, Tuan Putri..."

"Ingat kata Papa, Mia,"

potong Lyra.

"Ini adalah misi rahasia untuk melatih mata dan semangat Lyra. Lyra adalah Pendekar Pedang Masa Depan! Kita hanya akan mengamati, dan kita akan kembali sebelum makan siang. Mama dan Papa tidak akan pernah tahu."

Wajah Lyra, meskipun masih wajah bayi yang imut dengan rambut pink, kini memancarkan tekad Reni yang tak terbantahkan. Mia, yang sudah bertekuk lutut di hadapan kemauan keras Tuan Putrinya, akhirnya menyerah.

"Baiklah, Tuan Putri. Tapi kita akan menggunakan Pintu Servis Selatan. Dan saya akan menggunakan Mantra Ilusi dasar pada Anda. Untuk berjaga-jaga."

Mia dengan cepat merapal Mantra Ilusi tingkat rendah pada Lyra, yang membuat warna rambut pink Lyra meredup menjadi cokelat kusam dan gaun mewahnya terlihat seperti pakaian anak pedagang biasa.

Dalam waktu kurang dari satu jam, Lyra dan Mia berhasil menyelinap keluar dari gerbang servis. Lyra kini berjalan di jalanan batu Kota Silvania, di area Middle Ring.

Namun, Lyra tidak ingin berhenti di sana. Ia ingin ke tempat yang ia lihat dari jendela kereta dulu: Lower Ring—pusat kegiatan para petualang.

"Mia, kita harus turun lebih jauh,"

bisik Lyra, menunjuk ke bawah ke arah keramaian yang lebih padat dan berisik.

"Di sana ada banyak orang bergerak. Lyra harus mengamati mereka."

Mia menelan ludah, tetapi mengangguk. Area itu dikenal lebih kasar dan sering terjadi perkelahian kecil.

Saat mereka mencapai Lower Ring, Lyra merasa seperti kembali ke pasar di kehidupan Reni. Aroma makanan yang kuat, suara teriakan pedagang, dan perdebatan keras memenuhi udara.

Lyra menyingkirkan pandangannya dari etalase roti dan fokus pada orang-orang. Ia melihat:

Sekelompok orang membawa pedang kusam dan kapak, pakaian mereka penuh debu. Mereka terlihat baru kembali dari misi berbahaya. Lyra mengamati cara mereka membawa senjata dan berjalan—penuh kewaspadaan.

Seorang pria tua merapal mantra api kecil untuk memanggang sosis. Lyra merasakan aliran Mana-nya—terlalu berantakan dan tidak efisien.

Papan kayu besar yang ia lihat dari jauh di kereta, kini berada tepat di depannya. Penuh dengan poster dan kertas.

Mia berdiri tegang, mengawasi setiap orang yang lewat.

Lyra, tanpa membuang waktu, menarik Mia mendekat ke Papan Pengumuman. Ia menggunakan pengetahuannya yang baru tentang Bahasa Kuno untuk mencoba memecahkan kode yang ada di sana.

Mata Lyra tertuju pada satu poster yang menarik, dengan ilustrasi monster berkepala tiga. Di bawahnya, ada sebuah baris tulisan yang ia kenal dari buku Erin:

"Materi Langka: Kristal Penyerap Mana Tipe Alpha."

Kristal Penyerap Mana! Artefak yang dibutuhkan untuk membuat Cincin Penyimpanan!

Tepat saat Lyra mencoba menyalin aksara untuk

"Kristal Penyerap Mana Tipe Alpha,"

ia merasakan sensasi dingin di pergelangan tangannya.

Lyra mendongak. Di sampingnya berdiri seorang wanita muda bertopeng mata dan jubah lusuh. Wanita itu tidak tersenyum, dan tangannya mencengkeram lengan Lyra dengan kekuatan yang mengejutkan.

"Kau,"

kata wanita itu, suaranya serak dan pelan.

"Aku tahu kau bukan anak biasa. Kau memiliki Mana yang terlalu murni untuk tempat kotor ini. Siapa kau, dan apa yang kau cari di tempat para Magician rendahan ini?"

Mia seketika panik dan bersiap merapal mantra.

"Lepaskan Tuan Putri!"

seru Mia, menarik Mana Angin di tangannya.

Wanita bertopeng itu hanya tertawa sinis, melepaskan Lyra, dan melirik Mia dengan pandangan meremehkan.

"Seorang Magician tingkat lima? Kau pikir kau bisa mengalahkanku?"

Wanita bertopeng itu kemudian berjongkok di depan Lyra, menatap rambut cokelat kusam Lyra (efek ilusi Mia).

"Kau memiliki mata seorang Pendekar, dan Mana yang bagus. Katakan padaku, Nak. Apa tujuanmu berada di Lower Ring ini?"

1
Anonymous
ceritanya wahhh, sih. cuma kayaknya penulisan nya bisa lebih emosional lagi
Anonymous
gila plot twist nya
Moge
episode 4 udah mulai seru jir
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!