Halwa adalah siswi beasiswa yang gigih belajar, namun sering dibully oleh Dinda. Ia diam-diam mengagumi Afrain, kakak kelas populer, pintar, dan sopan yang selalu melindunginya dari ejekan Dinda. Kedekatan mereka memuncak ketika Afrain secara terbuka membela Halwa dan mengajaknya pulang bersama setelah Halwa memenangkan lomba esai nasional.
Namun, di tengah benih-benih hubungan dengan Afrain, hidup Halwa berubah drastis. Saat menghadiri pesta Dinda, Halwa diculik dan dipaksa menikah mendadak dengan seorang pria asing bernama Athar di rumah sakit.
Athar, yang merupakan pria kaya, melakukan pernikahan ini hanya untuk memenuhi permintaan terakhir ibunya yang sakit keras. Setelah akad, Athar langsung meninggalkannya untuk urusan bisnis, berjanji membiayai kehidupan Halwa dan memberitahunya bahwa ia kini resmi menjadi Nyonya Athar, membuat Halwa terombang-ambing antara perasaan dengan Afrain dan status pernikahannya yang tak terduga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
Halwa keluar dari Aula dam segera Afrain menghentikan langkahnya.
"Ada apa lagi, Kak?" tanya Halwa dengan wajah kebingungan.
"Hal, Ibu mengundang kamu untuk makan dirumah." jawab Afrain.
Halwa yang mendengarnya hanya terkejut karena sangat mendadak sekali.
Ia sudah berjanji kepada Yunus untuk tidak pulang larut malam.
"Makan di rumah? Sekarang?" tanya Halwa, suaranya sedikit panik.
Afrain meraih tangan Halwa dan mencoba meyakinkan Halwa.
"Hanya sebentar, Hal. Ibuku ingin bertemu denganmu, dia ingin berterima kasih karena kamu sudah mau jadi pasanganku."
"Tapi, Kak. Aku harus segera pulang. Aku janji tidak akan pulang malam."
Afrain menghela nafas panjang dan sedikit kecewa dengan Halwa.
Halwa melihat raut wajah Afrain yang berubah menjadi sedih.
"Baiklah, aku ikut. Tapi aku tidak bisa lama-lama, Kak." ucap Halwa.
Afrain menganggukkan kepalanya dan segera ia mengajak ke parkiran.
Halwa lekas memakai helm yang diberikan oleh Afrain.
Setelah itu Afrain langsung melajukan motornya menuju ke rumah.
"Pegangan, Hal. Biar nggak jatuh." ucap Afrain sambil menarik tangan Halwa ke pelukannya.
Afrian tersenyum tipis saat tangan Halwa memeluk pinggangnya.
Halwa merasakan jantungnya kembali berdetak kencang, karena ia sudah melanggar janjinya kepada Athar.
"Untuk terakhir kali dan setelah prom night, aku akan menjaga jarak dengan Afrain." ucap Halwa dalam hati.
Tak berselang lama, Afrain menghentikan motornya di depan rumahnya.
"Kita sudah sampai," ucap Afrain sambil mematikan mesin motor.
Halwa segera turun dan melepaskan helmnya, mengembalikan kepada Afrain.
"Ayo masuk, Hal. Ibu pasti sudah menunggu."
Saat mereka melangkahkan kakinya, seorang wanita paruh baya dengan senyum ramah menyambut mereka di ruang tamu.
"Halwa, akhirnya kami kesini lagi, nak." ucap Ibu Dyah yang masih ingat saat Halwa pingsan dan Afrain membaca ke rumahnya.
Halwa menganggukkan kepalanya sambil tersenyum tipis.
"Halwa, minta maaf karena dulu tidak pamit dengan Ibu." ujar Halwa.
"Halwa, Ibu sudah melupakannya. Dan sekitarnya ayo kita makan bersama." ajak Ibu Dyah.
Afrain meminta Halwa untuk duduk di ruang makan.
"Aku ganti baju dulu,Hal." ucap Afrain.
Halwa menganggukkan kepalanya dan ia duduk di ruang makan.
Ia melihat Ibu Dyah yang sudah memasak soto ayam dan perkedel kentang.
Tak lama kemudian Afrain keluar dari kamar dan memakai pakaian santai.
"Ayo, kita makan dulu. Semoga kamu suka dengan masakan Ibu."
Mereka bertiga duduk mengelilingi meja makan dam Afrain dengan sigap mengambilkan nasi dan lauk untuk Halwa.
"Afrain, biarkan Halwa mengambil sendiri. Kamu ini berlebihan sekali," tegur Ibu Dyah sambil tersenyum geli.
"Nggak apa-apa, Bu. Sebagai tuan rumah yang baik, aku harus melayani tamu spesial, kan?" balas Afrain sambil melirik Halwa dengan senyum menggoda.
Halwa menundukkan kepalanya dan salah tingkah saat mendengar perkataan dari Afrain.
Halwa mulai menikmati soto ayam buatan Ibu Dyah.
"Masya Allah, enak sekali Bu." puji Halwa.
"Terima kasih, Halwa. Akhirnya ada yang memuji masakan Ibu." ucap Ibu Dyah sambil melirik ke arah putranya.
"Masakan Ibu selalu enak," ucap Afrain sambil mengunyah perkedel kentang.
Ibu Dyah menepuk pundak putranya yang sedang menggodanya.
Setelah selesai makan, Afrain membawa piring kotor ke belakang.
"Halwa, Ibu titip Afrain ya. Setelah kepergian Ayahnya, ia menjadi anak yang pemurung. Tetapi setela ia mengenal kamu, dia kembali ceria."
"Ibu, jangan bicara seperti itu. Kak Afrain selalu bahagia, Bu." ucap Halwa yang sedikit bingung dengan perkataan Ibu Dyah.
Halwa merasa bersalah karena sudah membohonginya Afrain dan Ibu Dyah.
Padahal ia tahu kalau mereka sangat tulus kepada Halwa.
Afrain kembali ke ruang makan dan ia mengajak Halwa untuk mengantarkannya pulang.
"Ibu, Halwa pamit dulu. Terima kasih sudah repot-repot memasak untuk Halwa."
Halwa mencium tangan Ibu Dyah dan setelah itu ia naik ke motor Afrain.
"Afrain, hati-hati. Jangan mengebut." ucap Ibu Dyah sambil tersenyum ke arah Halwa.
Afraim melajukan motornya dan mengantarkan Halwa pulang.
"Hal, rumah paman kamu ada dimana?" tanya Afrain.
"Kak, aku turun sini saja. Aku bisa naik taksi."
Afrain menggelengkan kepalanya dan tetap akan mengantarkan Halwa pulang.
Halwa menghela nafasnya dan akhirnya ia memberitahukan alamat rumah Athar.
"Di jalan Bromo, Kak."
Afrian pun mengambil jalur kanan menuju ke arah jalan Bromo.
Jam menunjukkan pukul enam malam dan Halwa meminta Afrain untuk menepi.
"Kak, aku turun sini saja. Terima kasih ya, Kak." ucap Halwa sambil melepaskan helmnya.
Halwa berlari menuju ke rumah yang berada paling ujung.
Melihat Halwa yang sudah masuk ke rumah, Afrain kembali melajukan motornya.
Halwa masuk ke rumah dan meminta maaf kepada Yunus.
"Lekas mandi, Nyonya. Sebentar lagi Tuan Athar mungkin akan menghubungi anda."
Halwa menganggukkan kepalanya dan segera menuju ke kamarnya.
Sesampainya di kamar, ia buru-buru mandi sebelum suaminya telepon.
Sementara itu di tempat lain dimana Athar baru saja sampai rumahnya yang ada di Turki.
Ia melihat Onur dan ayah Azizah yang sedang menunggu kedatangan mereka.
"Selamat datang kembali, Athar. Kami sudah menunggu kedatanganmu. Bagaimana perjalananmu?"
"Paman, tolong langsung saja ke intinya saja. Kenapa Paman mengirim Azizah ke Jakarta seolah saya tidak bisa mengurus bisnis saya sendiri?"
Onur meminta Athar untuk duduk dan menikmati teh hangat yang sudah ada di meja.
Tuan Kenan berdeham dan mencoba mencairkan suasana.
"Athar, ini bukan hanya tentang bisnis. Ini tentang aliansi keluarga. Kami semua mengkhawatirkanmu. Kami ingin melihatmu menetap dan melanjutkan garis keturunan Emirhan dengan wanita yang pantas." jawab Onur.
"Wanita yang pantas? Asal Paman tahu kalau Halwa sangat pantas menjadi istri saya."
"Jangan konyol, Athar. Istrimu hanya seorang anak sekolah yang tidak memiliki latar belakang yang jelas! Sebuah perusahaan sebesar Emirhan tidak bisa dipimpin oleh orang yang beristri seorang anak ingusan! Kami sudah membahas ini. Kamu harus menikahi Azizah untuk mengamankan posisi kita, untuk mendapatkan pengaruh baru di Eropa."
Azizah yang duduk di samping ayahnya, langsung ikut berkomentar.
"Athar, saya bersedia membantumu. Saya bisa menjadi Nyoya Emirhan yang dibutuhkan perusahaan. Saya mengerti bisnis, karena saya lulusan Harvard."
Athar langsung tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan dari Azizah.
"Harvard?"
Athar mengambil cangkir teh panas yang ada di meja.
"Saya tidak butuh gelar untuk menjalankan perusahaan ayah saya, Paman. Dan saya tidak butuh 'pengaruh' dari keluarga Kenan untuk bertahan. Saya sudah melakukannya selama bertahun-tahun tanpa kalian. Sebenarnya yang Paman inginkan adalah perusahaan mendiang Ayah saya!"
Onur mencengkram erat kedua tangannya saat mendengar perkataan dari Athar.
PLAAK!
Suara tamparan keras yang dilayangkan oleh Onur.
"Jaga bicaramu, Athar! Kami hanya ingin yang terbaik untukmu! Kamu akan kehilangan segalanya jika kamu terus mempertahankan gadis itu!"
Athar menghela nafas panjang dan meminta mereka untuk keluar dari rumahnya.
"Jangan pernah datang lagi ke keluarga Athar Emirhan!"
Wajah Onut memerah dan langsung keluar dari rumah Athar.
Begitu juga dengan Azizah dan Tuan Kenan yang ikut keluar.