NovelToon NovelToon
MR. LEONARDO

MR. LEONARDO

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / CEO / Cinta setelah menikah / Percintaan Konglomerat / Beda Usia / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: nura_12

Leonardo, seorang pria berusia 30 tahun pengusaha kaya raya dengan aura gelap. Dari luar kehidupan nya tampak sempurna.

Namun siapa yang tahu kalau pernikahannya penuh kehampaan, bahkan Aurelia. Sang istri menyuruhnya untuk menikah lagi, karna Aurelia tidak akan pernah bisa memberi apa yang Leo inginkan dan dia tidak akan pernah bisa membahagiakan suaminya itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nura_12, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

persiapan

Kamar utama di lantai tiga rumah mewah itu sunyi. Hanya bunyi detik jam dinding dan hembusan AC yang terdengar samar. Leonardo duduk di kursi panjang dekat jendela besar, jas hitamnya masih melekat di tubuh. Wajahnya dingin, tatapannya kosong ke arah luar jendela, menatap langit malam yang dipenuhi cahaya lampu kota. Kata-kata Aurelia beberapa menit lalu masih terngiang jelas di telinganya.

“Kamu menikah denganku tidak ada kata bahagia, Leo. Aku tidak mencintaimu dan kamu pun tidak mencintaiku.”

Ucapan itu terus berputar, membuat Leo semakin yakin bahwa kehidupannya hanya berjalan dengan rutinitas hambar tanpa arah. Ia menarik napas dalam-dalam, meraih ponsel di meja samping, lalu menekan sebuah nomor tanpa ragu.

Di sisi lain, Adrian tengah terlelap di ranjang apartemennya. Pria itu baru saja tidur satu jam setelah seharian menemani tuannya bekerja. Nada dering telepon membuatnya menggerutu sambil meraih ponsel di nakas.

“Siapa pula tengah malam begini…” gumamnya kesal, matanya masih terpejam. Begitu melihat layar, nama Mr. Leonardo terpampang jelas. Seketika rasa kantuknya hilang separuh. Adrian buru-buru menelan umpatan yang hampir lolos dari bibirnya.

Dengan suara serak ia menjawab, “Halo… Tuan?”

Suara berat Leo terdengar di seberang tanpa basa-basi.

“Adrian. Carikan aku seorang gadis untuk dinikahi. Kriteria yang aku mau… kau sudah paham, kan?”

Adrian terperangah. Rasa kantuknya lenyap seketika, digantikan rasa bingung bercampur terkejut. “A—apa maksud tuan? Sekarang? Tengah malam begini?”

Namun telepon sudah diputus begitu saja. Nada tut tut meninggalkan Adrian yang terdiam dengan mulut sedikit terbuka. Ia mengucek mata, memastikan dirinya tidak salah dengar. “Astaga… aku mimpi atau memang tuan bilang begitu?”

Ia menatap layar ponsel yang kembali gelap, lalu mendengus panjang. “Gila bener… ini orang jam segini nyuruh cariin calon istri. Aku ini asisten atau biro jodoh, sih?”

Adrian menggaruk kepalanya yang tidak gatal, kemudian merebahkan diri kembali ke ranjang. Tapi otaknya terus berputar. Kata-kata tuannya jelas: “Carikan aku seorang gadis untuk dinikahi.” Nada suara Leo serius, bukan bercanda.

“Aduh, Tuan Leo.... Mana gampang cari orang kayak gitu.” Ia berguling ke kanan, menatap langit-langit apartemen. “Lagian… istrinya yang sekarang masih ada. Apa dia nggak kepikiran kalau aku bisa kena masalah besar?”

Adrian menepuk jidatnya. “Yahh, beginilah nasib jadi asisten bos gila kerja. Siang kerja, malam dikerjain.”

Namun meskipun mengeluh, ia tahu benar Leo bukan tipe pria yang asal bicara. Sekali sudah mengucapkan perintah, artinya harus dilakukan. Adrian menutup wajah dengan bantal, bergumam lirih, “Besok pagi kepalaku pasti mumet mikirin calon istri tuan. Bisa-bisa rambutku rontok semua.”

Sementara itu, di kamar pribadinya, Leo sudah menaruh ponsel kembali di meja. Tidak ada keraguan di matanya. Keputusan itu ia buat bukan karena cinta, melainkan karena kata-kata Aurelia barusan.

Ia ingat jelas bagaimana istrinya mengatakan, “Menikahlah demi kebahagiaanmu. Cari wanita pilihanmu sendiri. Aku tidak peduli.”

Leo tahu Aurelia benar. Pernikahan mereka hanya sebatas kontrak yang dijalani tanpa rasa. Tidak ada kehangatan, tidak ada cinta, hanya dua orang dewasa yang hidup dalam satu atap karena alasan keluarga dan status.

“Mungkin… aku memang butuh seseorang yang benar-benar berbeda,” gumam Leo pelan. Tangannya meremas gelas berisi air mineral di meja, tatapannya dingin. “Seseorang yang bukan hanya menjadi istri di atas kertas… tapi seseorang yang mampu membuatku… hidup.”

Namun, di balik tekad itu, terselip kekhawatiran. Leo tahu, jika publik sampai tahu dirinya menikah lagi, apalagi secara siri, maka reputasi keluarganya bisa runtuh. Bisnis besar yang ia kelola bersama nama keluarganya bisa dipertaruhkan.

Tapi anehnya, malam itu ia tidak peduli.

“Reputasi hanyalah topeng,” ujarnya pelan, menatap bayangannya sendiri di kaca jendela. “Aku butuh lebih dari itu. Aku butuh seseorang yang bisa mengisi kekosongan ini.”

Jam menunjukkan pukul dua belas lewat tiga puluh. Leo akhirnya melepaskan jasnya, menggantung di kursi, dan dia memilih membersihkan diri terlebih dahulu sebelum tidur.

Di apartemen sederhana, Adrian masih gelisah. Ia bangkit dari ranjang, duduk bersila sambil menatap ponselnya. “Apa aku harus buat daftar gadis potensial besok? Dari mana coba? Kenalan kantor? Anak sosialita? Model?”

Ia menggigit bibir, lalu menggeleng cepat. “Ah, tidak mungkin. Kalau salah pilih, bisa-bisa aku yang dibunuh Aurelia duluan.”

Adrian menghela napas panjang. “Besok aku harus siasati ini baik-baik. Cari gadis bukan seperti cari barang online tinggal klik beli. Ini calon istri bos dingin nan perfeksionis. Ya ampun, kepala pusing tujuh keliling.”

Akhirnya ia rebah lagi ke kasur, menutup mata dengan paksa. “Tidur, Adrian… tidur. Besok kau pikirkan. Kalau tidak, besok pagi kau bisa mati berdiri di depan tuan.”

Dan malam itu pun berakhir dengan dua pria yang sama-sama sulit tidur. Leo dengan tekad barunya, Adrian dengan kebingungan tak berujung.

Sudah tiga hari Adrian menghilang dari kantor. Bukan tanpa alasan—lelaki itu tengah menjalankan misi berat yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya: mencari seorang gadis untuk dinikahi tuannya, Leonardo. Tugas yang gila, tidak masuk akal, dan kalau orang luar mendengar, mungkin akan menertawakannya. Tapi begitulah tuannya, selalu memberi perintah tanpa memberi ruang untuk bantahan.

Hari ini, Adrian kembali. Langkah kakinya terdengar santai, malah cenderung songong, seolah tiga hari pencarian itu hanyalah sekadar liburan yang menyenangkan. Sementara itu, Leo sedang duduk di balik meja kerjanya yang besar. Di hadapannya berserakan tumpukan dokumen penting, beberapa sudah ditandatangani, beberapa masih menunggu keputusan.

Suasana ruang kerja itu hening, hanya denting jam dinding yang menemani. Adrian berdiri tegak di hadapan tuannya, menyilangkan tangan di dada dengan ekspresi percaya diri.

“Tuan,” ucapnya dengan nada yang dibuat dramatis. “Saya sudah mendapatkan gadisnya.”

Leo, yang sedari tadi menunduk membaca, akhirnya mengangkat wajahnya. Sepasang mata tajam itu menatap Adrian tanpa ekspresi. Tidak ada senyum, tidak ada keterkejutan. Hanya tatapan dingin yang membuat siapapun bisa kehilangan nyali.

“Siapkan pernikahan sederhana,” ucap Leo datar. “Dan urus semuanya. Malam ini juga.”

Adrian hampir tersedak udara. Ia benar-benar menelan ludah kasar mendengar perintah itu. “M-Malam ini, Tuan?!”

Leo kembali menunduk, tangannya meraih pulpen dan menandatangani dokumen di depannya. Sama sekali tak peduli dengan keterkejutan asistennya itu. “Ada masalah?” tanyanya tanpa mengangkat kepala.

Adrian berkedip cepat, mencoba memastikan apakah ia salah dengar atau tidak. Tapi jelas, perintah itu keluar begitu lugas. Malam ini. Bukan besok, bukan lusa, apalagi minggu depan.

“Tuan,” Adrian mencoba membujuk dengan suara hati-hati, “bukankah ini terlalu cepat? Maksud saya, sebuah pernikahan… itu butuh persiapan, setidaknya—”

“Adrian.” Suara Leo memotong tajam, dingin, dan penuh tekanan. “Kau pikir aku ingin berlama-lama menunggu? Kau sudah menemukan gadis itu, berarti tugasku hanya menikahinya. Jadi lakukan sisanya dengan cepat.”

Adrian ingin mengumpat sekeras-kerasnya. Ia merasa hidupnya benar-benar terperangkap dalam drama absurd buatan tuannya sendiri. “Tapi, Tuan,” ia mencoba lagi, “apa Anda yakin dengan pilihan saya? Gadis ini memang… ya, dia memenuhi kriteria Anda, tapi—”

“Dia sebatang kara?” potong Leo lagi.

Adrian terdiam. “Iya, Tuan. Dia… tidak punya siapa-siapa. Orang tuanya sudah lama meninggal, dan dia tidak memiliki saudara.”

Leo mengangkat wajahnya sekali lagi, menatap Adrian dengan dingin. “Bagus. Itu berarti dia tidak membawa beban apa pun.”

Kata-kata itu keluar begitu tajam, dingin, dan menusuk. Adrian sampai meringis mendengarnya. Bagaimana mungkin pernikahan—sesuatu yang biasanya penuh cinta, harapan, dan restu keluarga—bisa terdengar seolah hanya transaksi bisnis murahan?

“Tidak ada beban, tidak ada keterikatan,” lanjut Leo. “Itu lebih baik. Aku tidak suka drama.”

Adrian hanya bisa menggaruk belakang lehernya dengan gelisah. Dalam hati ia menjerit, Tuan, ini bukan urusan beli barang di pasar! Ini nikah, Tuhan! Tapi ia tidak cukup gila untuk mengucapkannya di depan lelaki seperti Leo.

“Baiklah, Tuan,” ucap Adrian akhirnya dengan berat hati. “Kalau begitu saya akan mengurus semuanya. Tapi, paling tidak, Anda harus tahu bahwa pernikahan ini… akan sangat sederhana. Tidak ada pesta mewah, tidak ada undangan besar. Hanya akad, catatan resmi, dan selesai.”

“Itu memang yang kuinginkan.” Leo kembali menunduk, matanya fokus pada kertas. “Sederhana. Diam-diam. Tidak ada sorotan media. Selesaikan.”

Adrian mengangguk pasrah. “Baik, Tuan.”

Ia pun segera pamit keluar dari ruang kerja itu. Langkah kakinya cepat, seolah ingin segera kabur dari aura dingin yang mengepung setiap inci ruangan itu. Begitu pintu tertutup di belakangnya, Adrian menghela napas panjang, berat, dan penuh keluhan yang tak bisa ia ucapkan tadi.

“Ya ampun…” gumamnya lirih sambil memijat pelipis. “Tuan saya ini benar-benar gila. Malam ini juga? Astaga, kepala saya bisa pecah.”

Tapi inilah hidupnya. Sejak bekerja untuk Leonardo Santara, Adrian tahu bahwa hidupnya tidak akan pernah normal. Lelaki itu punya dunia sendiri, aturan sendiri, dan kehendak yang tak bisa diganggu gugat.

Adrian melangkah cepat menuju ruangannya sendiri. Tangannya langsung meraih ponsel, mengetikkan beberapa nomor penting. Ia harus menghubungi penghulu, menyiapkan dokumen pernikahan, mengurus pakaian, tempat, dan semua detail yang bahkan untuk orang biasa bisa butuh berbulan-bulan.

Namun, Adrian harus menyelesaikannya dalam hitungan jam.

“Kenapa sih saya setia banget sama orang dingin itu?” keluhnya pelan sambil memukul meja kecil di ruangannya. “Kalau bukan karena gaji besar, saya pasti udah kabur dari dulu.”

Tapi meski terus menggerutu, tangannya tetap sibuk bekerja. Mengetik pesan, melakukan panggilan, memastikan semuanya berjalan. Ia tahu, di balik sikap dingin dan kejamnya, Leo selalu menepati janji. Kalau Adrian berhasil, bonus besar sudah menantinya. Tapi kalau gagal… jangan ditanya, amarah Leo bisa lebih menakutkan daripada kehilangan uang.

Di sisi lain, Leo masih duduk tenang di ruang kerjanya. Ia menutup dokumen terakhir, menyandarkan tubuh ke kursi kulit mahal itu, lalu memejamkan mata sebentar. Wajahnya tetap datar, tanpa emosi, tapi pikirannya sibuk dengan satu hal: kehidupan baru.

Ia tahu keputusan ini gila. Bahkan, mungkin Aurelia sendiri tidak menyangka ia akan melakukannya secepat ini. Tapi begitulah Leo. Sekali ia mengambil keputusan, tidak ada yang bisa menghalanginya.

“Tidak ada cinta, tidak ada beban,” gumamnya pelan, hampir seperti mantra. “Hanya formalitas.”

Namun, jauh di lubuk hatinya yang paling dalam—yang tidak pernah ia perlihatkan pada siapa pun—Leo sebenarnya bertanya-tanya. Apakah benar hidup bisa sesederhana itu? Apakah benar dengan menikahi seorang gadis asing, ia bisa mengisi kekosongan yang selama ini menghantui?

Tidak ada yang tahu jawabannya. Bahkan Leo sendiri.

Sementara itu, di luar sana, Adrian sudah pontang-panting menyusun semua rencana darurat. Dan entah siap atau tidak, malam ini akan menjadi awal dari cerita baru yang bahkan Leo tak pernah bayangkan sebelumnya.

1
Khalisa
kyknya seru nih cerita
CantStopWontstop
Makin suka sama cerita ini.
Luna de queso🌙🧀
Gak sabar next chapter.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!