NovelToon NovelToon
Jerat Cinta Sang Kapten

Jerat Cinta Sang Kapten

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Duda / Menikahi tentara
Popularitas:5.1k
Nilai: 5
Nama Author: keipouloe

Jhonatan Wijaya, seorang Kapten TNI yang dikenal kaku dan dingin, menyimpan rahasia tentang cinta pandangan pertamanya. Sembilan tahun lalu, ia bertemu dengan seorang gadis di sebuah acara Akmil dan langsung jatuh cinta, namun kehilangan jejaknya. Pencariannya selama bertahun-tahun sia-sia, dan ia pasrah.

Hidup Jhonatan kembali bergejolak saat ia bertemu kembali dengan gadis itu di rumah sahabatnya, Alvino Alfarisi, di sebuah batalyon di Jakarta. Gadis itu adalah Aresa, sepupu Alvino, seorang ahli telemetri dengan bayaran puluhan miliar yang kini ingin membangun bisnis kafe. Aresa, yang sama sekali tidak mengenal Jhonatan, terkejut dengan tatapan intensnya dan berusaha menghindar.

Jhonatan, yang telah menemukan takdirnya, tidak menyerah. Ia menggunakan dalih bisnis kafe untuk mendekati Aresa. Ketegangan memuncak saat mereka bertemu kembali. Aresa yang profesional dan dingin, berhadapan dengan Jhonatan yang tenang namun penuh dominasi. Dan kisah mereka berlanjut secara tak terduga

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon keipouloe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5

Aresa Alfarisi adalah seorang ahli strategi. Ia tidak pernah melakukan sesuatu tanpa rencana, termasuk datang ke Indonesia. Keputusannya untuk mengunjungi Alvino di markas militer bukan hanya karena rindu, melainkan sudah direncanakan matang-matang jauh sebelum ia menginjakkan kaki di tanah air.

Tiga bulan lalu, saat mereka berbicara di telepon, Alvino menceritakan ide bisnis mereka. "Res, aku rencana mau bangun kafe hits dikampung Bapak mu," kata Alvino. "Aku butuh kamu untuk semua urusan desain, konsep, sama strateginya. Otak jeniusmu cocok untuk ini."

Aresa akhirnya setuju. "Oke, Mas. Aku akan datang ke sana secepatnya, tapi aku main dibalik layar aja ya mas" ujar Aresa dengan janji.

Itulah mengapa ia datang. Keberadaannya di sana bukanlah kebetulan. Namun, ia tidak menyangka kedatangannya akan membuat ia bertemu dengan Jhonatan.

Pagi itu, Aresa bangun dengan perasaan campur aduk. Ia masih kesal dengan kejadian semalam. Jhonatan, pria itu, entah kenapa, berhasil membuat Aresa merasa tidak berdaya. Ia melangkah keluar kamar dan mendapati Gio sudah menunggunya di depan pintu.

"Tante Resa, ayo main sepeda listrik!" ajak Gio, matanya berbinar.

Aresa tersenyum. "Ayo!" jawabnya. Ia butuh udara segar untuk menjernihkan pikirannya. Ia mengambil sepeda listrik dari garasi dan membiarkan Gio duduk di depan. Ia mengendarai sepeda itu dengan santai, menikmati suasana pagi yang tenang.

Namun, ketenangan itu tidak berlangsung lama. Pikirannya kembali melayang pada Jhonatan. "Dasar pria galak! Beraninya dia minta data pribadiku? Emangnya dia pikir dia siapa.?" umpat Aresa dalam hati.

Saat ia sedang asyik melamun, Gio berteriak. "Tante, awas!"

Aresa tersentak. Di depannya, ada mobil mewah berwarna hitam. Jhonatan keluar dari mobil itu, hendak masuk ke rumah dinasnya. Aresa berusaha mengerem, namun sudah terlambat. Sepeda listrik itu menabrak bagian belakang mobil Jhonatan.

"Brak!"

Dunia Aresa mendadak terasa berhenti berputar. Semua kebisingan pagi, suara kicauan burung, dan tawa Gio seolah lenyap, digantikan oleh suara debaran jantungnya sendiri. Sepeda listrik itu terguling, dan Aresa beserta Gio terjatuh. Aresa segera bangkit, memastikan Gio tidak terluka. "Gio, kamu nggak apa-apa?" tanyanya panik. Gio menggeleng. "Tidak, Tante."

Jhonatan yang melihat kejadian itu, segera menghampiri mereka. Wajahnya tidak terlihat marah, justru panik. Raut wajahnya menunjukkan kekhawatiran yang tulus. "Aresa, Gio, kalian tidak apa-apa?" tanyanya, suaranya terdengar khawatir.

Aresa, yang malu setengah mati, hanya bisa menunduk. Ia merasa seperti boneka yang baru saja dijatuhkan, semua rasa percaya dirinya hancur. Ditambah lagi, ia menyadari penampilannya. Ia hanya memakai piyama satin berwarna gelap, dan hijab bergo andalannya. Penampilannya sangat berantakan dan jauh dari kesan profesional yang ingin ia tunjukkan semalam. "Maaf, Kapten. Saya tidak sengaja," katanya, suaranya terdengar bergetar.

Jhonatan hanya tersenyum tipis. Matanya memancarkan kehangatan yang aneh, seolah ia melihat sesuatu yang lucu. "Tidak masalah. Yang penting kamu dan Gio tidak apa-apa," jawabnya. Ia membantu Aresa dan Gio bangkit, kemudian melihat mobilnya yang lecet di bagian belakang. Aresa melihat mobil itu dan merasa bersalah. "Saya akan ganti rugi," bisiknya.

Jhonatan menggeleng. "Ya kamu harus bertanggung jawab ," jawabnya. Ia lalu mengambil kunci mobilnya dan menyerahkannya kepada Aresa. "Kamu bawa mobil ini. Dan saya akan mengantar sepeda ini kerumah Alvino.  Lalu Kita ke bengkel," katanya.

Aresa terkejut. "Tapi kenapa saya?"

"Karena kamu yang menabrak mobil saya. Jadi, kamu yang bertanggung jawab," jawab Jhonatan, suaranya terdengar tenang, namun penuh dominasi. Ia mengamati Aresa, dari ujung kaki sampai ujung kepala. Ia menyadari penampilannya yang lucu dan berantakan. Jhonatan menyunggingkan senyum tipis, "Anda harus ikut, saya tidak mau Anda kabur."

"Aresa tidak bisa menolak. Ia mengambil kunci mobil itu dan menatap Jhonatan. Ia merasa terjebak. Ia menyadari, ini bukan lagi takdir. Ini adalah sebuah pertarungan. Pertarungan antara dua orang yang sama-sama keras kepala, sama-sama ingin menang.

*****

Aresa duduk di kursi pengemudi, tangannya memegang setir mobil Jhonatan. Rasanya sangat aneh. Ia mengendarai mobil mewah dengan piyama dan hijab bergo. Di sampingnya, Jhonatan duduk di kursi penumpang, dengan seragam gagahnya. Kontras yang sangat lucu, pikir Aresa. Ia menoleh ke arah Jhonatan. Pria itu tampak santai, seolah tidak terjadi apa-apa. Dan mengenai Gio, tadi Gio sudah di antar pulang oleh Jhonatan ke rumahnya sekaligus mengembalikan sepeda listrik yang tadi dikendarai Aresa.

"Maaf, Kapten. Saya benar-benar tidak sengaja," kata Aresa, lagi-lagi meminta maaf

"Sudah saya bilang, tidak masalah," jawab Jhonatan. Ia menatap Aresa lekat-lekat. "Kamu terlihat lelah. Apa kamu tidak tidur semalam?"

Aresa terdiam. Ia tidak bisa menjawab. Ia memang tidak tidur semalam. Pikirannya terus berputar, memikirkan Jhonatan, Liam, dan pekerjaannya. Ia merasa Jhonatan sedang membaca pikirannya. Ia merasa tidak nyaman. Ia mempercepat laju mobil.

"Pelan-pelan. Kamu bisa menabrak mobil lain," kata Jhonatan, suaranya terdengar tenang, namun ada nada peringatan di sana.

Aresa melambatkan laju mobil. Ia tidak bisa melawan. Ia merasa Jhonatan mengendalikan semua situasi. Ia merasa ia hanyalah bidak catur yang sedang dimainkan oleh Jhonatan.

Mereka tiba di bengkel. Jhonatan turun dari mobil, dan berbicara dengan montir. Ia menjelaskan kejadian itu dengan tenang, tanpa menyalahkan Aresa sedikit pun. Ia bahkan meminta montir untuk memperbaiki mobilnya secepat mungkin.

Aresa hanya bisa berdiri di sana, merasa canggung. Ia merasa semua orang sedang menatapnya, menatap penampilannya yang aneh. Ia ingin sekali pulang, mengganti pakaiannya, dan melupakan semua kejadian ini.

Jhonatan kembali menghampiri Aresa. "Mobilnya akan selesai besok. Nanti akan saya ambil sendiri" katanya.

Aresa mengangguk. "Terima kasih, Kapten," jawabnya. "Berapa biayanya?"

Jhonatan tersenyum tipis. "Tidak usah. Anggap saja ini sebagai pinjaman," jawabnya.

Aresa terkejut. "Pinjaman?"

"Ya. Kamu harus membayar saya dengan kopi dan obrolan tentang bisnis," jawab Jhonatan, matanya menatap Aresa lekat-lekat. "Nanti malam, di kafe dekat sini. Bagaimana?"

Aresa tidak bisa menolak. Ia merasa terjebak. Ia menyadari, Jhonatan tidak akan menyerah. Ia akan terus mengejarnya. Ia akan terus mengusiknya. Ia tidak punya pilihan lain selain menerima. "Baiklah, Kapten. Saya akan datang," jawab Aresa, suaranya terdengar lelah.

Jhonatan tersenyum. "Sampai nanti, Aresa," katanya. Ia lalu berbalik, meninggalkan Aresa yang masih terpaku di sana. Aresa menyadari, ini bukan lagi takdir. Ini adalah sebuah pertarungan. Pertarungan yang harus ia menangkan.

Aresa berdiri terpaku di depan bengkel, menatap punggung Jhonatan yang semakin menjauh. Pria itu baru saja meninggalkannya begitu saja. Panik, Aresa merogoh saku piyamanya. Nihil. Ia tidak membawa apa pun, bahkan ponselnya. Jantungnya berdebar kencang. Ia ditinggalkan sendirian di depan bengkel, dengan penampilan yang memalukan, dan ia tidak hafal jalan pulang. Pikiran itu membuat Aresa merasa konyol dan marah pada saat yang bersamaan.

"Dasar Kapten gila! Beraninya dia meninggalkan aku di sini? Apa dia pikir aku ini mainan?" umpat Aresa dalam hati.

1
Embhul82
💪 semangat 👍
Embhul82
menarik Thor
yu kak saling sapa mampir beri dukungN ke karyaku juga
Titik Sofiah
awal yg menarik ya Thor moga konfliknya nggak trlalu berat
rokhatii: hehe tunggu aja kak🤭. konfliknya santai kok
total 1 replies
aisssssss
💪
aisssssss
👍
rokhatii
👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!