NovelToon NovelToon
Aku Dibenci Ayah

Aku Dibenci Ayah

Status: sedang berlangsung
Genre:Keluarga / Konflik etika
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Taurus girls

Ini kisah nyata tapi kutambahin dikit ya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Taurus girls, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

5

Hawa dingin serta obat-obatan menyeruak sangat menusuk hidung ketika Sendi membuka pintu ruang IGD.

Tangannya yang masih memegang handle pintu pun gemetar ketika melihat wanita yang sangat dia sayangi terbaring lemah di atas brankarrr dengan banyak selang menancap di tubuhnya.

"Ibu,"

Kedua mata Sendi mendadak terasa panas terasa ada yang mendesak ingin keluar dari sana. Perlahan namun pasti kedua kaki Sendi melangkah mendekati brankarrr. Kedua matanya kembali meneliti wajah ibu yang terlihat pucat kedua matanya yang terpejam rambutnya yang sudah memutih sebagian. Dia fakta bahwa dia adalah seseorang yang paling tulus menyayanginya.

"Ibu kenapa?"

Suara Sendi gemetar, air mata yang sejak tadi berusaha dia tahan tak bisa di bendung lagi. Sendi akhirnya menangis melihat keadaan ibu yang terbaring lemah.

Lihatlah... ibu yang biasanya menyambutnya pulang sekolah ibu yang selalu merawatnya jika dirinya tengah sakit ibu yang seringkali cerewet menyuruhnya untuk makan, kini, ibu tak berdaya. Ibu tidak bisa cerewet lagi padanya. Ibu terbaring lemah tak berdaya ibu tengah sakit.

"Ibu harus sehat lagi. Ya bu?"

Bahu Sendi bergetar sendi terisak sendi menangis. Kedua telapak tangannya terangkat menyentuh lengan ibu yang ada di atas perut, kedua tangan ibu bertumpu di sana. Tubuh ibu terlihat gemetar seperti kedinginan di atas brankarrr. Baju bagian kancingnya terbuka ada beberapa selang terpasang di sana. Sendi yakin Ibu merasa tak nyaman dengan itu semua.

Sungguh... hati Sendi terasa teriris. Bayangan buruk berkelebatan di kepalanya. Namun sekuat tenaga Sendi segera menepisnya.

Sementara itu di ambang pintu ruang IGD. Haya, kakak Sendi, dia berdiri dengan wajah yang sulit di artikan. Haya sudah mendengar penjelasan dari dokter tentang kesehatan ibu sejak baru tiba di rumah sakit ini. Haya hanya bisa terdiam Haya tidak ingin banyak bicara atau Haya akan keceplosan mengeluarkan kata-kata yang bisa menghancurkan hati kapan saja.

Haya membuang napas dia masuk lebih dalam membuat pintu ruang IGD tertutup rapat. Haya mendekati Sendi, menepuk bahu Sendi yang masih saja bergetar. Haya tahu Sendi dia kini menangis.

"Mbak, kenapa ibu seperti ini? Apa yang terjadi?"

Sendi sudah berulangkali menanyakan ini tapi... mbak Haya sejak tadi hanya diam saja, mbak Haya tidak menjawab pertanyaannya. Setidaknya Sendi saat ini butuh kata-kata penenang butuh penjelasan yang clear walau... Sendi membutuhkan bukan sekedar kalimat penenang atau pun penjelasan tapi, kepastian.

Kepastian bahwa ibunya akan kembali sehat.

Klek

Suara pintu di buka membuat Sendi serta Haya menoleh.

"Maaf, apa keluarga pasien sudah berkumpul semua?" tanya Dokter yang sudah Haya lihat sebelumnya karena memang Dokter di depannya ini yang bertugas menangani Ibunya.

"Belum Dok, masih ada Ayah kami yang belum datang,"

Haya menjawab setelah sekian menit Haya mencoba untuk tenang tapi suaranya tetap saja gemetar. Sungguh Haya tidak bisa menutupi kesedihan dan pikiran buruknya.

Dokter itu terdengar menghela. Menatap kearah Ibu nya Haya yang ada di atas brankarrr dengan beberapa selang medis di tubuhnya.

"Tolong segera berkumpul keluarganya mbak, takutnya tida--"

"Dok..." sela Haya. Tenggorokannya semakin terasa tercekat. "Tolong jangan katakan itu lagi. Saya yakin ibu saya pasti sehat kembali."

"Mbak, maaf. Tapi apapun itu saya tetap harus mengatakan ini. Ibu anda ini sepertinya tinggal menunggu berkumpulnya keluarganya saja. Bukannya apa tapi alat medis ini tidak bisa menahannya lebih lama lagi."

"Dok, jangan bicara begitu. Saya---"

Haya terdiam tak mampu melanjutkan kalimatnya lagi atau tangisnya akan pecah detik ini juga.

Dokter terdengar menghela napas lagi. Dia menarik kursi plastik di sudut ruangan dan mengambilkan satu buku kecil tebal di rak yang memang di sediakan di sana.

"Ini di baca mbak, siapa tahu bisa membantu," Dokter mengulurkan pada Haya, dengan gemetar Haya menerimanya hatinya mencelos ketika membaca tulisan di buku kecil yang dokter ulurkan padanya.

"Saya permisi dulu, panggil saya jika terjadi sesuatu."

Haya mengangguk dan air matanya jatuh tepat dokter benar-benar keluar dari ruang IGD ini. Air matanya jatuh membasahi kedua pipinya. Bibir manisnya ia gigit untuk meredam tangis yang sudah ia tahan sejak tadi.

Sendi yang sejak tadi hanya diam mendengarkan interaksi mbak Haya dan dokter dia menoleh Sendi menatap mbak Haya dan memeluknya dari belakang.

"Mbak, aku yakin ibu akan sem--"

"Dek, duduk dan tenang. Baca buku ini,"

Haya melepas kedua tangan Sendi yang memeluknya. Haya berbalik Haya menatap adiknya itu yang sudah berlinang air mata. Haya memberikan buku kecil itu pada Sendi.

"Baca, Dek. Mbak keluar dulu,"

Klek

Sendi terdiam tubuhnya terasa membeku jantungnya bertalu-talu setelah mbak Haya benar-benar pergi dari ruangan IGD ini.

Buku mempermudah keluarnya ruh

Hati Sendi mencelos membaca tulisan itu di dalam hati. Air mata kembali membanjiri kedua pipi Sendi. Sendi duduk di kursi di sudut ruangan dia membuka buku itu dan membacanya.

"Huhuhuuu... Ibuuu..."

Tidak, Sendi tidak sanggup. Sendi sangat yakin ibunya akan sehat kembali. Ibu hanya butuh istirahat sebentar saja. Ibu hanya kelelahan mengurusnya yang seringkali bandel.

"Ibu, tolong bangun bu. Kalau ibu bangun aku janji nggak akan bandel lagi. Buku ini membuat aku takut bu. Huhuhuuu...."

Sendi tak sanggup membacanya Sendi benar-benar tidak sanggup. Mempermudah keluarnya ruh? Itu artinya? Apakah ibu sedang...

"Tidak ibu, tidaaak..."

Sendi berlutut di lantai kedua tangannya menggenggam buku kecil yang di dalamnya mengandung makna yang cukup besar. Sekali lagi Sendi tidak sanggup Sendi tidak sanggup membacakannya untuk ibu.

"Huhuhuuu... Ibuuu. Aku menyayangi kamu, Bu. Aku takut jika terjadi sesuatu pada Ibu. Aku sama siapa, Bu? Aku sama siapa? Nggak ada yang nungguin aku pulang sekolah atau cerewet nyuruh aku makan, huhuhuuu..."

Sendi beranjak dia mendekati Ibu yang terbaring lemah di brankarrr. Dengan penuh hati-hati Sendi menyentuh kening Ibu mengusapnya lalu mengecupnya cukup lama.

Hangat.

Suhu badan ibu masih hangat layaknya orang yang sehat dan baik-baik saja. Tapi, kenapa ibu terlihat menggigil?

"Bu, apa ibu kedinginan? Jika iya, biar aku pinta dokter untuk mengecilkan AC-nya."

Lagi Sendi kembali mengusap kening ibu mengusapnya penuh perasaan. Rasa sayang dan peduli seorang anak laki-laki pada ibunya.

"Bu, aku menyayangi ibu. Cepat sehat ya, Bu,"

Sendi mengecup kening ibu sekali lagi lalu Sendi berbalik dia duduk di kursi dan mulai membaca buku yang ia pegang sejak tadi.

Sendi mencoba fokus dan khusuk dalam membaca buku itu walaupun masih saja kehilangan fokus dan beberapa kali salah membaca hurufnya. Jujur saja kini rasa takutnya lebih mendominasi.

...----------------...

Di luar di dekat parkiran rumah sakit, Haya tengah menyuapi anak pertamanya yang masih berusia dua tahun bersama mbak Kiki, mbak Fatma, dan Mas Maslim.

"Haya, nanti kamu pulang aja ya, kasihan anak kamu dia masih kecil," kata mbak Fatma yang sedang menyantap makan siang yang terlewat. Fatma dia kakak ipar Haya istri dari mas maslim anak kedua ibunya, Teta.

Mereka berempat termasuk anaknya Haya, mereka sama-sama kelaparan saat ini karena mereka sudah melewatkan makan siang. Saking sibuknya mengurus Ibu mereka harus rela telat makan siang.

"Tapi mbak ak--"

"Pulang aja, Ha. Sekalian ajak Sendi pulang juga. Yang nungguin ibu di sini cukup kami bertiga saja." kata mbak Kiki yang di angguki mas Maslim. Mbak Kiki ini kakak pertama Haya anak pertama ibu.

Haya tak bisa protes Haya mengangguk. "Iya. Nanti aku pulang sama Sendi,"

...----------------...

Di rumah Roni suami Teta dia terbaring lemas di atas tempat tidur dengan Edi yang memijat satu tangannya. Edi ini suaminya mbak Kiki menantu pertama Teta dan Roni.

"Huekkk..."

"Ayah...!!"

1
Aksara_Dee
kasian banget sama Sendi 🥺
Aksara_Dee
dicky udah gemes banget pengen ke pelaminan yak
ADEF
bagus novelnya kalian semua wajib baca. disini ada sedihnya ada kehangatan antar pertemanan namun juga ada konflik keluarga juga yang bisa mengingatkan kita akan betapa pentingnya dukungan dan suport serta kasih sayang dari keluarga terutama orang tua. semangat untuk kak authornya semoga karyanya sukses selalu aamiin..
ADEF
bagus novelnya kalian semua wajib baca. disini ada sedihnya ada kehangatan antar pertemanan namun juga ada konflik keluarga juga yang bisa mengingatkan kita akan betapa pentingnya dukungan dan suport serta kasih sayang dari keluarga terutama orang tua. semangat untuk kak authornya semoga karyanya sukses selalu aamiin..
Ilham
BG lanjut
Cakrawala: oke...............
total 1 replies
ADEF
kasian banget masa diusir
Aksara_Dee
anakmu sakit pak Roni
ADEF
lah kok gitu si ayah
ADEF
hahaha
ADEF
emang ganteng si sendinya ya
ADEF
dasar si Agel
ADEF
sdorang ibu tidak akan membiarkan anaknya kelaparan. dia rela tidak makan asal anaknya makan. biasanya. ssmangat sen selalu sabar ya
ADEF
wadidaw dicky oh ya elaaah
ADEF
sendi keren nggak pelit sama cewek
ADEF
mau
ADEF
knp debar
ADEF
tega bngt
ADEF
kasihan bngt sendi
ADEF
emosian si ayah nggaj suka gue sama dia
ADEF
bensin 12 500 mie ayam 12 ribu. abis dong
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!