Kairos Lim, aktor papan atas yang terpaksa menghadapi badai terbesar dalam hidupnya ketika kabar kehamilan mantan kekasihnya bocor ke media sosial. Reputasinya runtuh dalam semalam. Kontrak iklan dibatalkan, dan publik menjatuhkan tanpa ampun. Terjebak antara membela diri atau menerima tanggung jawab yang belum tentu miliknya. Ia harus memilih menyelamatkan karirnya atau memperbaiki hidup seseorang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Susanti 31, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aktor juga manusia
Menjadi publik figure bukan hal yang mudah. Dikenal banyak orang dan selalu menjadi panutan membuat mereka sulit untuk bergerak dan menjaga privasi masing-masing. Seolah hidup dalam sebuah drama, para pengemar selalu berespektasi tinggi sesuai peran para aktor pada drama yang mereka perankan. Akibatnya, sang aktor sering kali mendapatkan hujatan jika melakukan hal di luar espektasi mereka.
Sama halnya dengan Kairos, pria itu tidak pernah mengumumkan pada dunia bahwa dia adalah laki-laki yang baik dan idaman semua orang. Namun, para penikmat panggung menghujat seolah Kairos adalah manusia paling hina di muka bumi ini.
Terlebih ketika fakta baru terungkap kepada media, hasil autopsi Han Sena begitu cepat tersebar hingga pelosok. Kenyataan bahwa Han Sena bunuh diri dalam keadaan hamil, membuat nama Kairos semakin terseret. Media luar pun mulai menyoroti berita scandal aktor yang namanya hampir di kenal seluruh dunia.
Agensi Starlight Entertainment tempat Kairos bernaung mulai disibukkan bengan panggilan dari berbagai pihak. Salah satunya para pemilik brand besar yang ingin mengakhiri kontrak secepat mungkin.
"Sudah dibilang aku pulang sendiri saja, pakai ngotot ingin mengantar," gerutu Hanna.
"Oppa hanya ingin memastikan kamu pulang dengan selamat, Sayang. Lagian tidak akan ada yang mengenali oppa."
"Sudah-sudah turunkan di sini saja, Oppa. Takut ada yang melihat."
"Baiklah Sayang." Kairos menepikan mobilnya. Tidak lupa memberikan kecupan singkat di bibir sebelum melepaskan Hanna. Setelah ini entah bagaimana caranya ia akan bertemu kekasihnya lagi.
"Oppa jangan lupa makan, tidur tepat waktu dan semuanya harus hidup normal. Tutup telinga dan mata, biarkan mereka berkata apapun tentang oppa."
Hanna menutup kedua telinga Kairos dan tersenyum lebar. "Isi pikiran oppa hanya tentangku saja."
"Iya Sayang, sekarang turun dan pulanglah. Appa pasti sedang menunggumu."
"Kok tahu? Oppa membaca pesan appa?"
"Tidak Hanna Sayang, oppa hanya menebak. Tuan Shin pastilah menunggumu, kamu kan anak perempuan satu-satunya dan tidak pulang semalam."
"Iya juga." Hanna menyengir, melambaikan tanganya demi mengantar kepergian sang kekasih.
Perempuan itu berlari-lari kecil, menyeberangi jalan sempit beberapa meter hingga sampai di rumahnya. Ia mendorong pintu gerbang. Menaiki beberapa anak tangga. Di halaman rumah ada appanya yang sedang berdiri. Menatap tepat di mana ia diturunkan oleh Kairos sembari berdekap dada.
Mudah bagi appa Hanna melihat semuanya sebab halaman mereka berada di permukaan cukup tinggi.
"Ini terakhir kalinya kamu bertemu Kai," ucap tuan Shin tanpa menoleh pada putrinya.
"Iya." Hanna mengangguk mantap. Jawabannya mengundang tanya pada pria yang sering kali mengatur hidup putrinya.
"Iya?" ulang tuan Shin tidak percaya.
Hanna lagi-lagi menganggukkan kepalanya. "Hanna akan memastikan Appa tidak tahu jika kami bertemu."
"Hanna!"
"Hanna harus siap-siap karena ada pemotretan jam 2 siang," ujar Hanna dan berlalu pergi.
***
Kairos berdiam diri di dalam mobilnya. Beberapa panggilan sengaja ia hiraukan karena sedang banyak pikiran. Berkali-kali ini menghela napas panjang, mencengkeram setir kemudi begitu kuatnya untuk menyalurkan emosi yang berada di ubun-ubun.
Dia tidak boleh diam saja, atau karirnya benar-benar hancur. Namun, sulit baginya membersihkan nama karena penyebab ini semua sudah tiada. Meski mulut berbusa klarifikasi sana-sini, tidak ada yang akan percaya padanya. Media terlalu kotor untuk menjadi teman.
Kairos memutuskan turun dari mobilnya setelah berdiam diri hampir satu jam. Ia berjalan memasuki gedung Starlight Entertainment seolah tidak terjadi sesuatu. Tidak ada gurat penyesalan atau pun kesedihan di wajahnya yang ditangkap orang-orang yang ia lewati.
"Tuan Lim," sekretaris CEO yang berada di perusahaan itu menunduk dan menyambut atasannya penuh hormat. Kali ini Kairos datang bukan sebagai aktor, melainkan CEO dari agensinya sendiri.
"Katanya saham SE semakin turun," ujar Kairos duduk di kursi kebesarannya.
"Benar Pak, belum lagi aktor dan idol yang bernaung kepada kita mulai mendapatkan serangan dari para knetz."
"Semakin runyam saja," gumam Kairos. Ia memijit pangkal hidungnya pelan. Kepalanya serasa mau meledek memikirkan hal yang bahkan jika diusahakan tidak menemukan jalan keluar.
"Tapi para manajer mengatakan ini tidak akan berpengaruh kepada karir atau pun pekerjaanya mereka. Knetz hanya fokus kapada anda."
"Syukurlah. Ini masalah saya, sudah seharusnya saya yang menanggung sendiri." Ada sedikit lega dihatinya tahu para aktor yang bernaung di agensinya tidak terlibat.
Pagi itu, Kairos mengurung dirinya di dalam sebuah ruangan mewah dengan dinding kaca tebal. Hampir 24 jam ia tidak memegang ponselnya dan hanya fokus menyelesaikan masalah.
Di belahan dunia lainnya, Hanna pun disibukkan oleh pekerjaan. Kali ini dia tenang karena sudah memastikan kekasihnya baik-baik saja. Ya meski emosinya sudah berada di ubun-ubun sebab para kru bergosip tentang Kairos dan Han Sena. Ingin rasanya Hanna menghampiri mereka dan menjelaskan segalanya, tetapi ia tahan demi keberlangsungan karirnya.
"Sabar Nona, kita tidak bisa mengendalikan mulut dan jari seseorang," ujar manajer Hanna sembari memberikan air minum.
"Rasanya aku ingin mencabik-cabik mulut mereka," gerutu Hanna yang kini berada di ruang ganti.
"Tolong make up nya di rapikan lagi ya, masih ada satu sesi," ujar sang manajer pada tim MUA.
Menjadi manajer aktor ngetop tentu mempunyai kesibukan yang hampir sama dengan aktornya. Yang berbeda hanya pada benda pipihnya. Jika para aktor jarang memegang ponsel, maka manajer harus selalu memeriksa benda penting tersebut.
"Saya akan memberitahu nona Shin terlebih dahulu, Pak," ujar manajer Hanna pada seseorang di seberang telepon.
"...."
"Tentu Pak, drama Mystical You adalah drama yang bagus," lanjutnya lagi.