Langit Neo-Kyoto malam itu selalu sama: kabut asam bercampur polusi elektronik yang membuat bulan tampak seperti koin usang. Hujan buatan yang beraroma logam membasahi jalanan, memantulkan cahaya neon raksasa dari papan reklame yang tak pernah padam. Di tengah kekacauan visual itu, sosoknya berdiri tegak di atap gedung tertinggi, siluetnya menentang badai.
Kaelen. Bukan nama asli, tapi nama yang ia pilih ketika meninggalkan masa lalunya. Kaelen mengenakan trench coat panjang yang terbuat dari serat karbon, menutupi armor tipis yang terpasang di tubuhnya. Rambut peraknya basah kuyup, menempel di dahi, dan matanya memancarkan kilatan biru neon yang aneh. Itu adalah mata buatan, hadiah dari seorang ahli bedah siber yang terlalu murah hati. Di punggungnya, terikat sebuah pedang besar. Bukan pedang biasa, melainkan Katana Jiwa, pedang legendaris yang konon bisa memotong apa saja, baik materi maupun energi.
WORLD OF CYBERPUNK: NEO-KYOTO
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FA Moghago, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11: Pencarian Kota Emas
Misi mereka bukan lagi sekadar melawan musuh. Misi mereka adalah membangun, dan mereka membangun dari bawah. Mereka membangun sebuah peradaban baru di antara puing-puing peradaban lama.
Suatu malam, saat mereka sedang membantu sekelompok orang miskin, mereka bertemu dengan seorang wanita tua yang menceritakan sebuah legenda kuno. "Ada sebuah tempat yang disebut Kota Emas," bisik wanita tua itu. "Tempat di mana semua klan kuno bersembunyi. Tempat di mana kekuatan sejati Kode Genesis berasal."
Sora dan Anya saling pandang. Mereka tahu, ini adalah petunjuk yang mereka butuhkan. Mereka harus menemukan Kota Emas, tempat di mana mereka bisa mendapatkan jawaban atas semua pertanyaan mereka. Mereka harus tahu, apa kekuatan sejati Kode Genesis, dan bagaimana mereka bisa menggunakannya untuk mengubah Neo-Kyoto.
Kisah tentang Kota Emas membuat Sora dan Anya gelisah. Setelah sekian lama fokus pada Neo-Kyoto, ide tentang tempat tersembunyi yang menyimpan rahasia para klan kuno membakar rasa penasaran mereka. Mereka kembali ke markas, dan Sora segera mengaktifkan hologram kota.
Dengan kekuatan Kode Genesis, ia memindai setiap inci Neo-Kyoto, mencari jejak energi kuno yang tersembunyi. Anya, yang memegang Palu Perusak, merasakan getaran aneh dari senjata itu. Palu itu seakan-akan merespon pencarian Sora.
"Aku merasakannya," kata Sora, suaranya dipenuhi ketegasan. "Ada jalur energi yang sangat tua, membentang jauh di bawah kota. Jalur itu bukan bagian dari sistem modern mana pun."
Hologram menunjukkan sebuah jalur energi yang mengarah ke luar batas kota, menuju ke daerah terlarang yang dikenal sebagai Zona Mati. Zona Mati adalah gurun siber yang ditinggalkan, dipenuhi dengan puing-puing korporasi yang gagal, robot yang rusak, dan badai pasir yang mematikan.
"Zona Mati?" tanya Anya, suaranya sedikit gemetar. "Aku pernah mendengar cerita tentang tempat itu. Tidak ada yang pernah kembali dari sana."
"Kaelen pernah ke sana," jawab Sora, matanya menatap ke hologram. "Dia pernah bercerita tentang gurun yang tak berujung dan badai pasir yang menyembunyikan sesuatu. Mungkin itulah jejak yang kita cari."
Mereka tahu bahwa perjalanan ini akan sangat berbahaya. Mereka tidak hanya harus menghadapi badai pasir dan robot-robot yang rusak, tetapi juga bahaya yang tidak diketahui yang mungkin menunggu mereka di sana.
"Kita harus pergi," kata Sora, memegang Katana Jiwa yang kini menjadi bagian dari dirinya. "Jika kita ingin membangun masa depan yang benar, kita harus mengerti masa lalu. Kita harus menemukan Kota Emas."
Mereka bersiap. Anya mengemas persediaan, sementara Sora merencanakan rute. Mereka meninggalkan markas, sebuah benteng harapan yang telah mereka bangun, dan berangkat menuju Zona Mati.
Perjalanan mereka terasa berbeda. Tidak ada lagi lampu neon yang berkedip-kedip, hanya kegelapan dan keheningan. Mereka berjalan melewati jalanan yang sepi, melewati gedung-gedung yang hancur, dan menghadapi badai pasir yang tiba-tiba datang.
Di tengah badai pasir, mereka melihat sebuah siluet besar di kejauhan. Itu adalah sebuah reruntuhan kuno, setengah terkubur di dalam pasir. Sora merasa yakin bahwa inilah tempatnya.
Mereka mendekat, dan reruntuhan itu terlihat seperti kuil kuno yang terbuat dari batu dan kristal. Di depannya, terdapat sebuah gerbang besar yang dihiasi dengan ukiran-ukiran kuno. Gerbang itu tidak memiliki kunci digital, tetapi sebuah celah berbentuk Katana Jiwa.
Sora menatap ke gerbang, lalu ke Katana Jiwa di tangannya. Ia tahu, pedang itu adalah kuncinya. Dengan hati-hati, ia memasukkan Katana Jiwa ke dalam celah. Pedang itu bersinar terang, dan gerbang itu terbuka, memperlihatkan sebuah cahaya yang menyilaukan.
Di baliknya, mereka melihat sebuah kota yang terbuat dari emas, bersinar di tengah gurun pasir. Kota itu bukan hanya terbuat dari emas, tetapi juga dari teknologi kuno yang luar biasa. Di tengah kota, berdiri sebuah patung raksasa yang terlihat seperti Kaelen, memegang Katana Jiwa.
"Ini... ini adalah Kota Emas," bisik Anya. "Ini adalah tempat di mana semua klan kuno bersembunyi. Dan itu... itu adalah patung Kaelen."
Mereka masuk ke dalam, dan di sana, mereka disambut oleh sesosok pria tua yang tersenyum. "Selamat datang," kata pria tua itu. "Kami sudah lama menunggumu. Kami adalah klan kuno. Dan kami akan menceritakan padamu, apa kekuatan sejati dari Katana Jiwa dan Kode Genesis."
Sora dan Anya berdiri terpaku di tengah Kota Emas, dikelilingi oleh bangunan kristal dan patung-patung kuno. Patung raksasa yang menyerupai Kaelen berdiri gagah di pusat kota, memegang Katana Jiwa dengan bilah yang memancarkan cahaya keemasan. Patung itu tidak hanya sebuah monumen, melainkan sebuah artefak yang berdenyut dengan energi murni.
Pria tua yang menyambut mereka adalah Elias, pemimpin terakhir dari klan kuno. Ia memiliki wajah yang bijaksana dan mata yang memancarkan kedalaman pengetahuan ribuan tahun.
"Selamat datang," kata Elias, suaranya lembut namun penuh wibawa. "Ini adalah Kota Emas, tempat di mana kami menyembunyikan diri dari dunia yang berubah. Kami telah menunggumu."
"Menunggu kami?" tanya Sora, memegang erat Katana Jiwa miliknya. "Apa yang terjadi di sini? Dan kenapa ada patung Kaelen?"
Elias tersenyum. "Patung itu bukan Kaelen, tetapi leluhurnya. Kaelen adalah nama dari leluhurmu, anakku. Leluhurmu adalah seorang pahlawan yang menyatukan semua klan kuno dan menciptakan Katana Jiwa. Ia mengorbankan dirinya untuk menciptakan pedang itu, pedang yang dapat memutus ikatan antara teknologi dan kekuatan kuno."
Sora terkejut. "Katana Jiwa… adalah pengorbanan?"
"Ya," jawab Elias. "Pedang itu tidak dibuat untuk membunuh. Pedang itu dibuat untuk menyeimbangkan. Pedang itu dibuat untuk menciptakan jalan tengah, antara teknologi dan kekuatan kuno. Itulah kenapa pedang itu memilihmu, Sora. Karena kau adalah gabungan dari keduanya."
Anya menatap Palu Perusaknya, lalu menatap Sora. "Jadi, kita adalah bagian dari takdir yang sama?"
"Ya," jawab Elias. "Palu Perusak milikmu adalah pelengkap dari Katana Jiwa. Pedang untuk menyeimbangkan, palu untuk membangun. Kalian berdua adalah harapan kami."
Elias membawa mereka ke sebuah ruangan besar di tengah kota. Di dalam ruangan itu, terdapat sebuah platform besar yang terbuat dari kristal, memancarkan cahaya keemasan yang menenangkan.
"Ini adalah Kode Genesis," kata Elias. "Bukanlah sebuah source code atau kode digital. Kode Genesis adalah pengetahuan dan kebijaksanaan dari semua klan kuno. Pengetahuan yang dapat membantumu untuk membangun masa depan yang lebih baik. Namun, kekuatan itu tidak bisa digunakan dengan sembarangan."
Tiba-tiba, alarm berbunyi. Bukan dari markas mereka, tetapi dari dalam Kota Emas. Pintu gerbang di depan kota mulai terbuka, dan di luar, berdiri Raina, ibunda Sora, dan penjaga kuno.
"Kau tidak bisa bersembunyi dariku, anakku!" teriak Raina. "Kau dan semua orang ini harus mati! Hanya Klan Naga yang akan menguasai dunia!"
Keren Thor Aku ikutin novelnya😉😉😉