"Revano! Papa minta kamu menghadap sekarang!"
Sang empu yang dipanggil namanya masih setia melangkahkan kakinya keluar dari gedung megah bak istana dengan santai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sari Rusida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
5
•••
"Kamu ngapain ada di sini, Sayang? Sama ... dia?" Seseorang yang Risya panggil Alex itu menunjuk Revano saat sudah berada di depannya. "Dia siapa, Sayang? Kok bisa sama kamu?"
Risya segera berdiri dan memegang lengan Alex. "Kamu jangan salah paham dulu, ya? Dia ini bodyguard baru yang Papa kasih buat aku. Kamu sendiri 'kan tahu aku masih ada di sini? Secara, acara kabur aku semalam gagal. Dan itu gara-gara dia." Risya gantian menunjuk Revano.
'Laki-laki ini tahu kalau Risya kabur semalam?' batin Revano menatap datar Risya dan Alex.
"Ah, i-iya juga ya. Kamu gagal kabur semalam. Buktinya masih ada di sini." Alex terlihat gugup dengan tingkahnya yang salah.
"Nah, itu. Jadi kamu jangan marah, ya?" ucap Risya sambil memeluk lengan Alex dan mendongak demi menatap wajah lelaki di hadapannya itu.
"Aku cemburu tahu, Sayang. Apalagi bodyguard kamu ini ..." Alex meneliti penampilan Revano dari atas sampai bawah. "Lumayan," bisiknya di telinga Risya.
"Kamu ini, Sayang. Masih gantengan kamu kok. Kamu tetap nomor satu di hati aku," ucap Risya sambil menusuk-nusukkan telunjuknya di lengan kekar Alex dengan senyum mengembang.
Revano memutar bola mata malas. Dia segera berdiri dan menarik tangan Risya agar menjauhi Alex.
"Heh! Apa-apaan lo?!" Alex terlihat terkejut dengan tingkah Revano yang terlihat lancang di depannya.
"Risya tidak diizinkan Papanya untuk dekat dengan Anda. Sudah tugas saya untuk menjauhkan kalian, karena saya bodyguardnya," ucap Revano dengan nada datar. Sebenernya ia malas bicara, namun untuk perkara seperti ini, sepertinya ia harus turun tangan.
Alex yang wajahnya sudah memerah karena emosi memilih mengundurkan diri. Meninggalkan Risya yang terus mememanggilnya juga Revano yang menatapnya datar.
"Kamu ini apa-apaan? Alex pacar aku, kamu nggak berhak bertindak seperti itu! Pulang sana! Aku bisa jaga diriku sendiri!"
Risya menepis tangan Revano dan mendorong dada bidangnya. Revano sedikit terhuyung, namun masih bisa menyeimbangkan badannya untuk terus berdiri tegak.
Risya segera berlari dengan membaawa tas punggungnya dan beberapa buku tebal di tangannya. Revano memilih tidak mengikuti larinya Risya, karena Risya lari berlawanan dengan perginya Alex. Bisa dipastikan Risya tidak akan menemui Alex.
***
Waktu makan siang sudah tiba. Revano masih setia berdiri di atas kap mobil majikannya --Putra-- dengan tangan memegang hape. Dia sedang menunggu kepulangan Risya.
Banyak mahasiswi yang lalu lalang memperhatikan Revano. Mungkin karena wajah asingnya yang terlihat mencolok, apalagi terlihat tampan. Satu dua ada yang mencoba mengajak ngobrol Revano, namun hanya ditanggapi dengan tatapan andalannya, dingin.
Mereka-mereka itu memilih mundur dan pergi dari tempatnya. Lebih memilih melihat Revano dari jauh. Percayalah, sedingin apa pun tatapan Revano, itu tidak mengurangi kesan tampannga. Malah terlihat semakin keren dengan tatapannya itu.
Kepala Revano mendongak kala mendengar suara Risya semakin dekat. Dia memasukkan hape ke dalam saku kemudian berdiri tegak di depan mobil.
"Heh, Ris. Kayaknya ada mahasiswa baru. Masuk fakultas mana, ya? Gilak! Pesonanya luar biasa," ucap gadis cantik yang berjalan beriringan dengan Risya.
"Bukan mahasiswa dia, tapi bodyguard aku." Risya terus berjalan tanpa merespon decakan kagum dari sahabatnya itu.
"Gila! Bodyguard kamu ganteng banget. Bolehlah kenalin ke aku. Astaga! Mana tatapannya bikin meleleh gitu."
"Biasa aja kali, Dita. Mukanya doang yang bagus, tapi sifatnya nyebelin minta ampun! Aneh nggak, sih? Aku atasan dia, tapi seenaknya manggil aku pake nama doang. Mana aku dicuekin terus lagi. Aduuh ... pokoknya dia nyebelin abis," ucap Risya kemudian berhenti di depan mobilnya.
Revano sudah membukakan pintu belakang untuk Risya dan Dita. Tapi Risya tidak segera masuk, dia malah memperhatikan sekeliling seperti mencari seseorang.
Dita? Jangan tanya. Dia jelas sedang sibuk memperhatikan wajah tampan Revano.
"Masuk!" Suara Revano membuat kedua gadis itu terkejut. Risya terkejut karena sedang sibuk dengan cariannya, sedangkan Dita terkejut karena termenungannya.
"Kamu masuk dulu aja, Dit. Aku mau nunggu Alex dulu. Tadi dia keliatan marah sama aku. Bisa berabe nanti urusannya," ucap Risya sambil menggerakan kepalanya ke dalam mobil.
Dita memilih mengikuti instruksi Risya. Sedangkan Risya kembali sibuk dengan sekelilingnya kembali.
"Masuk!"
Risya memilih abai dengan titah Revano. Lelaki itu benar-benar menyebalkan menurut Risya. Sudahlah hanya bodyguard, songong, pendiam lagi, alias irit bicara. Meminta Risya masuk hanya dengan satu kata? Yang benar saja!
"Pacar anda tidak akan datang."
Pandangan Risya langsung ke Revano. Tidak datang? Maksudnya?
"Kendaraan pacar anda sudah tidak ada di parkiran, dia sudah pergi dengan gadis lain," ucap Revano masih dengan nada datar.
Risya langsung mengalihkan pandangannya ke arah parkiran. Mencoba menepis semua ucapan Revano agar tidak termakan oleh hatinya.
Namun gagal. Fikirannya langsung melayang. Motor Alex tidak ia temukan. Bayangan Alex bersama perempuan lain memenuhi pikirannya. Tapi tunggu!
"Kamu tahu dari mana Alex pergi sama perempuan lain, hah?!" Wajah Risya memerah.
"Lebih dari tiga jam saya berdiri di sini."
Itu menjawab kebingungan Risya. Parkiran kampus ini memang banyak, tapi Risya tahu betul letak Alex meletakkan motornya.
Dengan kesal Risya masuk ke dalam mobil dan membanting pintunya kencang. Revano juga menyusul masuk ke dalam mobil.
"Tunggu!" Suara Dita membuat Revano urung menghidupkan mesin mobil.
"Ris, itu Alex." Dita menunjuk Coffee Shop yang berada di ujung jalan.
"Brengs*k!" Risya mengumpat dan langsung turun dari mobil. Berjalan cepat menuju Coffee Shop yang ramai dikunjungi pengunjung.
"Risya!" Dita ikut keluar mobil dan mengejar Risya, begitu juga Revano.
Brak!
Risya membuka pintu kafe yang dipenuhi anak muda itu dengan kasar. Banyak pengunjung yang memperhatikan Risya, namun gadis itu memilih abai.
"Maksud kamu apa, hah?!" Risya berteriak setelah menggebrak meja tempat Alex dan seorang gadis itu duduk.
"R-risya? A-aku ... Aku bisa jelasin, Sayang." Alex langsung memegang tangan Risya. Gadis itu tidak berniat menolak sentuhan Alex.
"Coba jelasin! Dia siapa kamu?" tanya Risya dengan mata melotot.
"D-dia ... dia s-sepupu aku. I-iya, Sayang. Dia sepupu aku," ucap Alex dengan nada gagao.
'Bodoh menyembunyikan ekspresi,' batin Revano yang berdiri di belakang Risya, menatap datar Alex dengan perempuan di sebelahnya.
"Sepupu? Tapi kenapa kalian pegangan tangan, hah? Kamu mau coba selingkuh dari aku, Lex? Kamu mau duain aku, hah?" tanya Risya dengan mata berkaca.
"E-enggak, Sayang. Dia bener sepupu aku. I-iya 'kan, Des? Kamu cuma seling ... maksud aku ... sepupu, 'kan?" ucap Alex meminta pembelaan dari Perempuan di sebelahnya.
"I-iya. Aku ... cuma sepupunya," jawab perempuan itu.
'Kalau Risya memaafkannya, dia adalah perempuan paling bodoh di dunia,' batin Dita yang seperti tidak suka dengan hubungan Alex dan Risya.
"Nah, Sayang. Kamu jangan marah lagi, ya?" Alex memeluk tubuh Risya. "Dia cuma sepupu aku." Gadis itu menangis dipelukan kekasihnya, membuat Revano lagi-lagi memandangnya dingin.
••••
Bersambung