Cassia adalah seorang gadis periang & cantik, ia disayang oleh semua orang sampai-sampai tak ada rasa sedih & sepi yang pernah hinggap dihatinya..
Sampai suatu ketika matanya tidak dapat melihat, dosa apa yang Ia lakukan sampai mendapatkan cobaan terberat dihidupnya..
Akankah Ia dapat melihat lagi & dapatkah Ia menerima cobaan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chiaro, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
"Hi..!". Ucapku
Tiba-tiba dia berjongkok di depanku dan dia mendekatkan wajahnya ke wajahku, sontak saja wajahku langsung memerah.
"Hey loe gak pakai softlens? Padahal loe tampak lebih cantik memakainya, dipertemuan kita berikutnya gua ingin melihat matamu yang indah itu yah.. Bye..". ucapnya sambil mengedipkan sebelah matanya.
Sebelum aku menjawab Dion sudah pergi dan aku bersyukur karena kalau tidak jantungku tidak berhenti berdebar. Ternyata Dion adalah mahasiswa di kampusku juga dan akupun tersenyum senang karena mengetahui hal itu, aku akan bertanya kepadanya saat pertemuan kami berikutnya dia kuliah jurusan apa.
Dengan perlahan aku menyeret kakiku ke kelas, pelajaran sudah dimulai dan aku meminta maaf kepada dosenku karena aku terlambat masuk ke dalam kelas, hari ini terlalu lambat untuk dilalui rasanya aku hanya merasakan denyut memar di kakiku.
Aku merasakan hpku bergetar, ada orang yang meneleponku tapi karena aku di kelas, aku tidak bisa mengangkatnya.
Kringgg.. Akhirnya kelasku selesai sudah, kulihat teman-temanku pergi satu persatu dan sudah tidak ada orang lagi di kelas, lalu aku melihat hp, aku ingin tahu siapa yang meneleponku, ada panggilan 10 tak terjawab, 9 diantaranya nomor asing dari luar negeri dan 1 panggilan si pria gitar.
Siapa yang menelepon dari luar negeri, apakah orang tuaku? Pikirku, tapi papa mama kan pasti meneleponku dari hpnya.
Akupun memikirkan sudah beberapa hari orang tuaku juga tidak menghubungiku, aku menelepon hp mereka beberapa kali tapi tidak ada jawaban, akhirnya aku mengirimkan pesan teks kepada mereka.
"Hi mom bagaimana kabarmu disana, kenapa mom tak pernah menghubungiku, apakah mom sesibuk itu? baik-baiklah disana mom dan cepatlah kembali, aku merindukanmu dan menyayangimu mom". pesanku pada mamaku.
Akupun mengirim pesan kepada papaku.
"Hi papa kau tak merindukanku? cepatlah kembali, aku merindukanmu dan baik-baiklah disana, tidak perlu membeli banyak barang lagi untukku, barangku sudah terlalu banyak tapi cepatlah kembali, aku menyayangimu papa". aku pun termenung sejenak dan aku baru ingat kalau si pria gitar itupun meneleponku, haissshh.. Paling-paling dia akan menanyakan kapan aku akan mengganti gitarnya.
Akhirnya aku menelepon si pria gitar, itulah nama yang aku simpan di kontak ku, karena kupikir aku tidak perlu tahu namanya, setelah selesai urusan gitar pasti kami tidak akan pernah bertemu lagi.
Tutt.. Tutt.. Tutt..
"Hey aku menelepon mu tapi tak kau angkat!" ucapnya saat telepon tersambung.
"Sorry aku sedang ada kelas jadi aku tak bisa mengangkat teleponmu!" jawabku.
"It's ok, bagaimana kakimu? Apakah memar?". Tanya si pria gitar.
Ternyata pertanyaan pertamanya bukan menanyakan gitarnya tapi malah kakiku, tahu darimana kalau kakiku memar, pikirku.
"Koq kamu diam? Kamu ga apa-apa?" tanyanya diseberang telepon.
"Oh iya.. Aku baik-baik saja tapi kakiku memang memang memar, kau tahu darimana?" tanyaku menyelidik.
"Yah tentu tahulah kamu jatuh itu cukup keras jadi kakimu pasti akan sakit". Jawabnya.
"Soal gitarmu.. "
"Hey obatin dulu kakimu, kamu ga usah pikirkan dulu gitarku, aku masih punya cadangan, jadi kamu ga usah khawatirkan itu dulu, yah... Tapi kalau kamu memang sengaja menghindar aku akan mengejar mu". Tiba-tiba dia memotong ku berbicara.
"Ok, kalau sudah sembuh, aku akan menghubungimu kembali jadi aku bisa menemanimu membeli gitar yang baru, bye"
"Wah cepat banget pembicaraan kita?"
"Memangnya apa yang harus kita bicarakan lagi?". Akupun bingung mau bicara apa lagi dengannya kalau bukan soal gitarnya yang rusak.
"Kalau kamu tidak berniat berteman denganku ya sudah". Jawabnya dengan suaranya yang sedih.
"Oh aku bukannya tidak mau berteman denganmu, aku mau akhiri pembicaraan kita karena aku harus pulang kerumah dan mengakhiri telepon ini karena aku sudah merasa denyut di kakiku makin terasa sakit, jadi jika kamu masih mau berbincang denganku aku akan menelepon mu sesampainya aku dirumah, bagaimana?", jujur karena memang kondisiku tidak mungkin berjalan sambil berbicara di telepon karena tanganku akan sibuk menopang tubuhku saat berjalan.
"Oh sorry, oke kalau begitu kupikir kamu tidak suka berbicara denganku, hati-hati jangan sampai terjatuh lagi, bye". Dia pun mematikan teleponnya.
Lalu aku menghubungi Pak Idin untuk menjemput ku dilobi kampus, aduh.. Sakit sekali kakiku, akupun berjalan pelan-pelan, sampai tiba-tiba ada sepasang tanggan yang mengangkat tubuhku ala bridal style.
"Ahh... !" pekikku
"Hi cantik, kenapa kaki loe sakit? Biar gua gendong loe, loe mau ke arah mana?". Dengan senyuman yang mengembang di pipinya.
Ya orang itu adalah Dion dan seketika jantungku kembali berdebar dan kurasa Dion merasakan hal itu.
"Hey loe ga usah gugup gitu, gua cuma mau bantu loe aja, masa si gua tega liat perempuan secantik loe lagi sakit dan gua biarin". Ucap Dion sambil tersenyum padaku.
"Aku cuma kaget aja, tiba-tiba ada orang yang gendong aku". Jawabku menutupi kegugupanku.
Dion pun hanya menjawab dengan senyumannya, dari jarak sedekat ini aku bisa mencium aroma parfum yang dia pakai, wah kulit wajahnya mulus sekali dan dia memang sangat tampan, eh... Tunggu-tunggu, aku ga boleh mikirin itu yang ada nanti detak jantungku makin tidak karuan dan benar saja detak jantungku makin cepat.
"Loe mau kearah mana? Koq ga dijawab, kalau mau keliling kampus, lama-lama tangan gua bisa copot". Ucap Dion sampai-sampai kulihat ada bulir keringat yang muncul di dahinya.
"Oh ya ampun sorry, turunin aku aja disini, biar aku jalan jalan sendiri ke lobi". Jawabku sambil merasa tidak enak dan pasti karena aku Dion kelelahan.
"Loe mau ke lobi, mariiilah... Gua akan antar".
Dion tidak turunin aku, dia malah tetap menggendongku, padahal aku uda malu karena orang-orang berbisik-bisik sambil melihatku dan jantungku sudah berdebar tidak karuan.
"Sudah sampai nona cantik, untung saja loe cantik kalau tidak tangan gua ga mau mengendong loe!" ucapnya sambil tersenyum.
"Apaan sii kamu, lagian aku juga ga suruh kamu gendong aku, kamu memang ga malu orang-orang pada lihatin & bisikin kita?"
"Galah.. Cuekin aja orang-orang itu, kan yang penting kita!" jawab Dion sambil menyeka keringatnya.
Sontak saja wajahku memerah mendengar ucapannya.
"Sorry Dion supirku sudah menjemput ku, terima kasih yah dan maaf karena aku kamu pasti jadi lelah banget" tulus ku meminta maaf karena aku melihat bajunya sudah basah oleh keringat.
"Ga usah loe pikirin, anggep aja gua lagi latihan angkat barbel, hahaha.... Becanda.. Becanda.. " ucap Dion sambil bercanda.
Aku hanya menjawabnya dengan melototkan mataku dan pura-pura memasang wajah marah karena dianggap seperti barbel.
"Kalau begitu aku pulang dulu yah". Pamit ku pada Dion.
"Ok bye cantik". Jawab Dion
Setelah itu akupun masuk ke dalam mobil dan tak ku sangka saat Dion menggendongku ada dua pasang mata yang melihat tidak suka kearah kami.