Freya, seorang gadis ceria dan penuh ambisi memiliki sifat layaknya seorang remaja pada umumnya. Gadis itu sangat mengidolakan Arvin Mahardika, seorang aktor sekaligus model yang sangat tampan, sehingga tak heran jika dirinya memiliki banyak fans fans dari kalangan seusianya. Namun, dari sekian banyak fansnya, hanya satu yang bikin sang aktor pusing, yaitu Freya. Gadis yang menurutnya memiliki gangguan jiwa karna kelakuannya yang menurutnya terlalu berlebihan sebagai seorang fans. Segala cara ia lakukan agar gadis itu berhenti mengejarnya, mulai dari sifat tegasnya sampai mempermalukannya di media hingga membuat Freya sempat menyerah. Namun, tak sengaja ia mendengar percakapan salah satu seorang aktor yang merupakan sahabat dekat sang idola, membuatnya bertekad menyelamatkan sang idola sekaligus pujaan hatinya. Berbagai cara ia lakukan agar bisa memantau kegiatan sang idola, sampai pada akhirnya ia memilih pergi dan menjauh dari kehidupan Arvin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rezqhi Amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Halu
Terlihat seorang gadis sedang duduk di cafe dengan menatap layar ponselnya sambil tersenyum-senyum, sehingga menampilkan lesung pipi yang terpajang indah diwajah gadis itu. "Aww, ganteng banget sih. Kapan ya kita bisa pacaran. Arghh pasti menyenangkan deh," ucap gadis itu di depan layar ponselnya.
Tak lama kemudian ada seorang gadis lainnya yang bergabung duduk di depan gadis itu. "Lo ngapain sih Frey, senyum-senyum gitu. Gak malu apa dilihatin orang-orang," kata gadis itu yang merupakan teman dari Freya, gadis yang dari tadi senyum-senyum.
Tak mendapat respon, gadis yang bernama Anya itu melihat ponsel sahabatnya, kemudian dia menepuk wajahnya sendiri jengah melihat tingkah laku sahabatnya. "Yaelah, sampai kapan sih lo begini terus. Gue juga fans dengan Arvin, namun gak segila dan sehalu lo kali," ucapnya sambil merebut ponsel sahabatnya kemudian memasukkannya di tas miliknya. Hal itu membuat Freya cemberut dan tak terima. Pasalnya ia masih ingin menikmati wajah tampan calon masa depannya, menurutnya.
"Ish, Arvin gue... Aaaa Anya balikin gak ponsel gue, gue masih mau lihat calon pacar gue," rengek Freya, namun nggak diindahkan sama sekali oleh Anya. Gadis itu malah memutar bola matanya, "sampai kapan sih Frey, Lo halu gitu. Halu lo itu terlalu tinggi, ingat cuma kita yang kenal dan tau keberadaan Arvin. Sedangkan Arvin sendiri tidak kenal, bahkan tau kita bernafas aja nggak."
"Ish, jahat banget sih omongan lo, seharusnya sebagai sahabatnya yang baik mendukung sahabatnya. Lah, Lo malah ngejatuhin sahabat lo sendiri," ucapnya sambil melototkan mata, dan menggembungkan pipinya.
"Justru, gue sebagai sahabat yang baik dan tidak sombong ini, ingin menyembuhkan lo dari kehaluan Lo itu. Harusnya sadar donk, Frey. Itu hal yang mustahil," ucap Anya sambil menoyor kepala sahabatnya yang ngeyel ini.
"Tapi kan, tidak ada yang mustahil selagi kita berjuang. Dan tidak ada yang mustahil jika tuhan berkehendak," nyolot Freya.
"Serah lo aja deh,Frey. Capek gue ingetin Lo. Mending gue pesan aja. Berdebat sama Lo itu, menguras tenaga" ucap Anya sambil memanggil pelayan di cafe itu.
Di sisi lain, seorang pemuda terlihat duduk di bangku kayu sambil membuka permen miliknya. Pemuda itu baru saja melakukan proses syuting untuk produksi sinetron. Ya pemuda itu memang berprofesi sebagai aktor juga model yang memiliki fans di atas rata-rata. Dia adalah Arvin, seorang aktor papan atas yang sedang naik daun. Menguyah permen merupakan kebiasaannya. Menurutnya permen dapat menghilangkan stress sesaat setelah menyelesaikan pekerjaannya.
"Wihh, kampret lo. Dari tadi gue cariin, disini ternyata," tegur Ryan, sambil merangkul bahu Arvin, yang membuat si pemilik bahu tersebut kaget. Ryan merupakan seorang aktor juga, namun tak setenar Arvin. Mereka bersahabat layaknya seperti saudara sejak mereka kecil. Entah kebetulan atau takdir sang kuasa sehingga mereka sama-sama menjadi aktor.
"Kenapa?" singkat, padat, dan jelas jawaban dari Arvin sambil menautkan kedua alisnya.
"Anjir, mode coolnya keluar," guman Ryan, yang langsung di hadiahi tatapan tajam dari Arvin.
Ryan yang melihat itu cuma menyengir. "Heheheh, ampun bro. Galak amat, eh btw pak Suryanto dan anak-anak yang lain ngerencanain refreshing dulu dua hari di Bogor. Hitung-hitung istirahatin otak dan badan habis syuting setengah tahun, tanpa libur. Sekalian ngereyain sinetron kita masuk rating pertama, padahal masih sinetron terbaru"
"Udah tau," ujar Arvin tanpa melihat lawan bicaranya.
"Anjir nih bocah, maksud gue lo ikut kan. Biasanya kalo sutradara ngajak healing begini, lu malas ikut" kata Ryan yang paham betul kebiasaan sahabatnya ini.
"Ogah, gak ada untungnya. Mending healing di rumah habisin waktu bersantai" jelas Arvin.
"Ish ayolah, gak ada lo gak asyik tau. Masa gue ikut lo nggak. Baru kali ini kita satu job, jarang-jarang tau kita job an bareng gini" bujuk Ryan sambil mengerjapkan matanya beberapa kali, layaknya cewek yang membujuk kekasihnya.
"Jauh-jauh sana Lo. Jijik gue liat tampang lo" ujar Arvin sambil menoyor kepala Ryan yang membuat sang empunya kepala meringis dan mengusap-usap kepalanya.
"Anjir lo vin, kekerasan dalam rumah tangga persahabatan. Gue tuntut mampus lo" ujar Ryan dramatis namun tidak di indahkan sama sekali oleh lawan bicaranya.
Tak lama kemudian ada salah satu kru menghampiri mereka. "Siap-siap kita take lagi. Kata pak sutradara kita harus lembur beberapa hari dulu agar kejar target episode penayangan. Agar tak ketinggalan akibat healing yang akan diadakan" ujar orang tersebut.
"Lembur lagi deh, tapi gak papa deh. Demi healing, pokoknya gue gak mau tau, lo tetap ikut, titik no debat. Byee Arvin sayang," cerocos Ryan sambil mengibaskan sebelah tangannya dan pergi meninggalkan sahabatnya yang masih betah di tempatnya. Helaan nafas dan raut pasrah pun terdengar dan terlihat dari cowok bertubuh jakung, kulit kuning langsat bersih, rahang kokoh, hidung mancung, alis terbal, bibir pink namun sedikit kecoklatan serta bola mata hitam pekat itu.
****
"Frey, ngantin yuk," ajak sahabatnya yang tak lain adalah Anya.
"No, kali ini gue bawa bekal," ucap Freya santai sambil mengeluarkan kotak bekal berwarna biru muda motif animasi kucing dari jepang miliknya. Lengkap dengan tumbler biru motif yg sama juga.
"Anjir, tumben banget bawa bekal," heran Anya .
"Mulai hari ini, gue mau berhemat. Mau ngumpulin uang saku buat ke jakarta ketemu dengan calon masa depan gue, ahhh pokoknya Freya semangat. Lo pasti bisa nabung demi ketemu babang Arvin," jelas gadis dengan rambut curly berwarna hitam pekat yang di ikat kuda serta kulit putih bersih, mata bulat hidung agak pesek (gak mancung, gak pesek juga), bibir pink alami, badan sedikit berisi serta tinggi sekitar 155 cm itu sambil senyum senyum dengan mata terpejam membayangkan dirinya dan sang idola saling berhadapan, dan saling melemparkan senyuman. Namun bayangan itu hilang sekejap akibat toyoran dikepalanya yang di dapat dari sang sahabat mengakibatkan gadis itu meringis sambil mengusap usap rambutnya.
"Anjir lo. Sakit tau," ujar Freya.
"Bodoh, siapa suruh halu terus. Lama-lama Lo jadi penghuni rumah sakit jiwa tau nggak," sewot Anya.
"Sialan lo, sahabat laknat. Minggir gue mau makan, nanti waktu istirahat habis lagi," ucap Freya sambil membuka kotak bekal miliknya yang menampakkan nasi goreng bertoping udang, sosis, bakso, cumi, serta telur mata sapi diatasnya. Aroma makanan itu pun tercium oleh indra penciuman Anya. Gadis itu pun lansung mengambil sendok yang terletak dikotak tersebut namun sebelum hal itu terjadi Freya mensettakkan tangan sahabatnya itu. "Enak aja Lo, habis ngatain gue main nyomot bekal gue aja. Ogah, kali ini gue nggak mau berbagi sama lo." ucap Freya berkacak muka. Sementara Anya, gadis itu masih menatap makanan yang menggugah selera sambil menelan ludahnya sendiri. "Anjir lo, orang pelit kuburannya sempit." ucap Anya sambil berlalu menuju kantin dengan raut wajah kesal. Ya, kedua gadis itu sedang berada disalah satu universitas ternama di bandung. Mereka juga salah satu mahasiswi di kampus ini.