NovelToon NovelToon
CINTA DATANG BERSAMA SALJU PERTAMA

CINTA DATANG BERSAMA SALJU PERTAMA

Status: sedang berlangsung
Genre:Karir / One Night Stand / Duniahiburan / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Cintapertama
Popularitas:323
Nilai: 5
Nama Author: chrisytells

Di Shannonbridge, satu-satunya hal yang tidak bisa direncanakan adalah jatuh cinta.
​Elara O'Connell membangun hidupnya dengan ketelitian seorang perencana kota. Baginya, perasaan hanyalah sebuah variabel yang harus selalu berada di bawah kendali. Namun, Shannonbridge bukan sekadar desa yang indah; desa ini adalah ujian bagi tembok pertahanan yang ia bangun.
​Di balik uap kopi dan aroma kayu bakar, ada Fionn Gallagher. Pria itu adalah lawan dari semua logika Elara. Fionn menawarkan kehangatan yang tidak bisa dibeli dengan kesuksesan di London. Kini, di tengah putihnya salju Irlandia, Elara terperangkap di antara dua pilihan.
​Apakah ia akan mengejar masa depan gemilang yang sudah direncanakan, atau berani berhenti berlari demi pria yang mengajarkannya bahwa kekacauan terkadang adalah tempat ia menemukan rumah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chrisytells, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 12 : Prioritas yang Tak Terencana

Elara berdiri di tengah pondok Fionn. Di sampingnya, tas koper kecilnya sudah rapi dan tertutup—siap untuk penerbangan ke Dublin. Dia mengenakan pakaian kerjanya yang rapi, tetapi di dalam jaketnya, dia masih mengenakan sweter rusa kutub Fionn yang berkedip-kedip, sebagai perisai emosional.

Namun, di dalam dirinya, dia hancur. Peristiwa kemarin terasa seperti noda yang tidak bisa dihilangkan oleh deterjen termahal sekali pun. Dia tahu, jika dia pergi ke Dublin sekarang, dia akan membawa trauma itu ke ruang rapat, merusak Rencana A yang ia perjuangkan mati-matian.

Fionn ada di dapur, tengah membuat teh Earl Grey (sesuai janji, agar Elara bisa lebih rileks).

Elara meraih tablet-nya. Tangannya gemetar, tetapi keputusannya sudah bulat. Dia memanggil Tuan Doherty, Kepala Divisi Perusahaan di Dublin.

“Tuan Doherty, ini Elara O’Connell,” kata Elara, suaranya berusaha keras terdengar profesional, tetapi ada getaran yang tidak bisa ia sembunyikan.

Fionn, yang mendengar nada itu, seketika berhenti mengaduk teh.

“...Ya, mengenai rapat strategi Proyek Danube besok pagi. Saya harus membatalkan kehadiran saya.”

Fionn tersentak, hampir menjatuhkan cangkirnya.

“...Tidak, saya tidak akan mengirimkan orang lain. Saya harus menangani situasi mendesak di sini. Ya, ini sangat penting. Ini adalah kendala emosional yang tidak terduga yang memengaruhi fungsi inti saya.”

“...Tuan Doherty, dengar. Proyek Danube adalah proyek terpenting dalam karier saya, tetapi efisiensi emosional saya adalah prioritas utama saat ini. Saya tidak bisa memimpin proyek sebesar itu jika fondasi saya retak. Saya akan mengirimkan laporan analisis dalam 24 jam. Tetapi saya tidak akan terbang ke Dublin.”

Elara mengakhiri panggilan. Dia mematikan tablet-nya dan menjatuhkannya di sofa. Kini, dia dengan sadar memutuskan untuk menukar Rencana A (karier seumur hidup) dengan Rencana B (kesehatan emosional).

Fionn berjalan perlahan ke arahnya, matanya dipenuhi pertanyaan, tetapi bukan penghakiman.

“Elara? Kau… kau membatalkan Proyek Danube?”

Air mata Elara mengalir deras. “Ya, Fionn. Aku tidak bisa pergi. Aku tidak bisa berpura-pura baik-baik saja di ruang rapat saat aku merasa seolah-olah Cillian… sentuhan itu masih menempel padaku. Aku memilih Shannonbridge. Aku memilih Rencana B.”

Fionn tidak bersorak atau merasa menang. Dia melihat kesedihan dan keberanian dalam keputusan Elara. Dia melihat pengorbanan yang sangat besar.

Fionn segera memeluk Elara erat-erat, membiarkannya menangis di bahunya.

“Kau sangat berani, Elara. Itu adalah keputusan yang paling sulit, dan kau memilih dirimu. Itu adalah perencanaan yang paling efisien,” bisik Fionn, mengelus rambut Elara.

...****************...

Setelah Elara tenang, Fionn memegang kedua tangannya yang dingin.

“Kau tidak bisa memperbaiki ini dengan menangis, dan kau tidak bisa memperbaikinya dengan planning. Kau harus mengalihkan fokus dari apa yang kau takut menjadi apa yang kau sayangi,” kata Fionn.

“Apa yang harus kulakukan, Fionn?” tanya Elara, suaranya masih rapuh.

“Kita akan ke peternakan belakang. Ada domba yang sakit. Dia butuh kita. Ini adalah tugas yang tidak akan menuntutmu untuk menjadi cerdas, hanya untuk menjadi hangat dan nyata.”

Elara menatap pakaian kerjanya. “Aku tidak bisa ke kandang dengan pakaian ini.”

“Tepat. Lepaskan semua itu. Kau harus memakai pakaian yang bisa dikotori. Lepaskan Rencana A dari tubuhmu,” Fionn memberikan Elara celana jeans lusuh dan sweter wol tebal (bukan yang berkedip).

Beberapa menit kemudian, Elara, dalam pakaian yang terasa asing dan nyaman, berjalan bersama Fionn ke kandang. Dia merasakan bau jerami, lumpur, dan hewan yang kuat—sebuah kekacauan perdesaan yang membumi.

Di dalam kandang, Moira sedang duduk di samping seekor domba yang kurus.

“Elara, Sayang. Kau tidak jadi pergi ke Dublin?” tanya Moira, matanya menunjukkan pengertian.

“Tidak, Moira. Aku tidak bisa,” Elara mengakui.

Moira tersenyum, senyum penuh dukungan, dan tanpa kata-kata Moira memahami semua perjuangan Elara. “Keputusan yang bijak. Jembatan yang tidak kokoh harus diperbaiki, bukan dilalui.”

Moira menunjuk domba di sampingnya. “Ini Agnes. Dia terkena hawa dingin dan demam. Dia butuh ramuan, dan yang paling penting, dia butuh ketenangan dan sentuhan yang konsisten.”

Fionn mengambil baskom dan ember. “Aku akan mengambil air hangat. Ibu, bisakah kau jelaskan pada Elara bagaimana cara memijat ramuan itu di lehernya?” Fionn berpamitan, sengaja memberikan ruang bagi kedua wanita itu.

...****************...

Elara berlutut di sebelah Moira, di tengah lumpur dan jerami. Moira, dengan tangannya yang besar dan hangat, menenangkan Agnes.

“Dengar, Elara. Fionn sudah menceritakan semuanya. Pemuda itu,” kata Moira, nadanya lembut tetapi tegas.

Elara menunduk. “Aku merasa sangat marah dan kotor, Moira. Aku merasa ini adalah kegagalan. Aku seharusnya bisa…”

“Sayang! Jangan pernah berpikir kau seharusnya bisa menghentikan kejahatan orang lain. Kekuatanmu adalah kecerdasanmu, bukan kemampuan bertarungmu,” sela Moira. “Tapi aku akan memberitahumu satu hal yang perlu kau tahu sebagai seorang wanita: Kau adalah benteng. Dan ketika seseorang menyerang bentengmu, tugas pertama bukanlah menyerang balik, tetapi membangun kembali fondasimu.”

Moira memegang tangan Elara, mendorongnya untuk menyentuh bulu domba yang hangat.

“Lihat Agnes. Dia sakit, dia gemetar. Dia tidak melawan kedinginan dengan logika. Dia bersandar pada kehangatan dan kebaikan yang kita berikan. Kau juga harus bersandar, Elara. Keputusanmu untuk membatalkan Dublin adalah tindakan perencanaan yang paling bijaksana yang pernah kulihat. Itu adalah seni merawat diri (self-care) yang kau tempatkan di Gantt Chartmu sendiri.”

Air mata Elara kembali mengalir. Moira tidak memandangnya sebagai konsultan yang gagal, tetapi sebagai wanita yang terluka.

“Aku takut Fionn akan kecewa. Aku meninggalkan Proyek Danube untuk domba yang sakit…”

Moira tertawa lembut. “Fionn? Dia mencintaimu lebih dari scone dan Earl Grey. Kau tahu apa yang membuatnya kecewa? Jika kau pergi ke Dublin dan berpura-pura kuat. Dia menghajar Cillian karena dia mencintaimu. Dia membawamu ke sini karena dia tahu, cinta sejati harus bisa membersihkan lumpur yang menempel di jiwa, bukan hanya melukis dinding baru.”

Moira menatapnya dalam-dalam. “Kau aman di sini, Sayang. Biarkan tanganmu melakukan tugas yang nyata. Biarkan dirimu merasa berguna dengan cara yang sederhana.”

Tak lama berselang, Fionn kembali dengan air hangat dan baskom berisi ramuan herbal yang kental dan beraroma rempah.

“Oke, Nona Planner. Tugas yang jelas: kita harus memijat ramuan ini di leher dan dada Agnes,” Fionn menginstruksikan.

Elara, dengan air mata yang sudah mengering, mengangguk. Dia mencelupkan tangannya ke dalam baskom. Cairan itu kental, lengket, dan kotor. Elara, sang City Planner yang anti-kotor, kini berlutut, tangannya penuh dengan lumpur, tengah memijat domba.

Fionn berlutut di sampingnya. Dia membimbing tangan Elara, memastikan gerakannya lembut. Tangan Fionn yang hangat dan kuat menutupi tangan Elara yang dingin dan gemetar. Keintiman yang tercipta di sana murni, bukan menggoda, tetapi suatu ketenangan.

“Lembut, Elara. Rasakan napasnya. Dia butuh koneksi. Domba adalah makhluk yang sangat intuitif. Dia akan tahu bahwa kau ingin membantunya,” bisik Fionn.

Elara menutup matanya, fokus pada kehangatan tubuh Agnes dan sentuhan Fionn di tangannya. Dia tidak memikirkan Prosedur Ketidakseimbangan Makroekonomi (MIP) atau Proyek Danube. Dia hanya memikirkan bagaimana caranya agar domba ini merasa lebih baik.

Saat dia memijat, Elara merasakan beban emosionalnya sedikit demi sedikit terangkat. Kotoran di tangannya terasa jujur. Tidak ada yang perlu dianalisis atau direncanakan. Hanya ada kebutuhan sederhana: memberi makan dan memelihara kehidupan.

Agnes mengeluarkan napas lega yang panjang, dan matanya yang besar menatap Elara dengan tenang.

“Lihat! Dia rileks! Kau berhasil, Elara! Kau baru saja menjadi Sheep Therapist terbaik di Shannonbridge!” Fionn tersenyum lebar, tatapannya dipenuhi kebanggaan.

Elara menatap tangannya yang kini penuh lumpur. Dia tersenyum. Bukan senyum profesional, tetapi senyum yang bersinar dari dalam.

“Aku kotor sekali,” Elara tertawa, tawa yang penuh kelegaan. “Tapi aku merasa… nyata. Aku merasa berguna, Fionn. Dalam cara yang tidak ada hubungannya dengan presedur logistik.”

Begitu semua selesai, mereka keluar dari kandang. Elara, diselimuti lumpur dan jerami, memeluk dirinya sendiri.

Fionn menarik Elara ke sudut yang tenang, menjauh dari pandangan Moira.

“Kau sudah memilih, Elara. Kau memilih ketenanganmu di atas kariermu. Itu adalah pengorbanan yang besar,” kata Fionn, matanya serius.

“Aku tidak memilihmu di atas karierku, Fionn. Aku memilih kesehatanku di atas proyek. Tapi aku tidak akan menyesali membatalkan Rencana A demi tetap berada di Rencana B,” kata Elara, menatapnya penuh tekad.

“Aku bangga padamu. Sekarang, kau harus tahu. Aku tidak punya apa-apa untuk menawarkanmu selain chaos, scone, dan pancake gosong. Tapi aku janji, fondasiku tidak akan pernah retak di bawah kakimu.”

Elara tersenyum, mengulurkan tangan yang kotor dan menyentuh pipi Fionn.

“Aku tidak butuh Prosedur Ketidakseimbangan Makroekonomi (MIP) atau proyek triliunan sekarang, Fionn. Aku hanya butuh orang yang tahu bagaimana membuatku merasa aman, meskipun aku berlumuran lumpur dari kandang domba.”

Fionn memeluknya erat-erat, memeluk Elara yang berlumpur dan beraroma seperti domba. Ciuman mereka terasa seperti janji yang dalam—janji untuk membangun kembali fondasi yang dihancurkan oleh dunia, di atas lumpur dan cinta yang nyata. Elara tahu, dia telah mengambil keputusan yang tepat. Dublin bisa menunggu.

1
d_midah
ceilah bergantung gak tuh🤭🤭☺️
d_midah: kaya yang lebih ke 'sedikit demi sedikit saling mengenal, tanpa terasa gitu' 🤭🤭
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!