Novel kali ini mengisahkan tentang seorang pangeran yang dibuang oleh ayahnya, karena menganggap anaknya yang lahir itu adalah sebuah kutukan dari langit.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ikri Sa'ati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KPYT 005. Berganti Nama Menjadi Zhao Jinlong
Awal permulaan perjalanannya Zhang Jiang Wu menempuh jalur sungai yang tidak terlalu jauh dari kediaman kedua orang tua angkatnya dengan mengendarai sebuah rakit yang dibuatnya sendiri.
Hingga akhirnya, setelah menghabiskan hampir dua hari, sampailah Zhang Jiang Wu di tengah laut yang amat luas seperti sekarang ini.
Perlu diketahui bahwa, sudah dua hari Zhang Jiang Wu terombang-ambing di atas rakitnya di tengah laut. Tapi belum juga dia menemukan kapal besar yang bisa dia tumpangi.
Sementara perbekalan yang dia bawa dari Lembah Hu Die, tempatnya tinggalnya selama 6 tahun sudah habis. Tapi bocah sakti seperti Zhang Jiang Wu tidak khawatir masalah makanan. Dia tinggal menangkap ikan yang ada di sekitar situ dengan ilmu anehnya.
Sementara itu waktu sudah berada di penghujung senja. Keadaan alam sekitar sudah tampak buram temaram. Sepertinya sebentar lagi malam kelam akan segera mengepungnya dari segala penjuru. Sedangkan dia kini masih terkepung di tengah lautan yang maha luas.
Sepanjang penglihatan mata tidak tampak daratan sama sekali. Seakan-akan dia berada di alam lain yang bukan bumi.
Apakah bocah sakti, Zhang Jiang Wu merasa takut dan ngeri?
Oh tentu saja tidak. Sejak kecil dia sudah berbekal nyali yang bisa mengalahkan orang dewasa. Apalagi sekarang dia sudah berusia 12 tahun lebih, tentu keberaniannya lebih tinggi lagi.
Tidak ada yang ditakuti Zhang Jiang Wu di dunia ini selain Sang Penguasa Langit, Sang Pencipta alam semesta. Itulah yang diajarkan Raja Obat, ayah angkatnya saat mengajarkan tentang falsafah kehidupan padanya.
Dia hanya sedikit kesal saja saat ini karena belum juga menemukan kapal yang hendak dia tumpangi. Namun kesabaran tetap selalu bersamanya. Hal itu disebabkan dia rajin bersemedi.
Mengingat hal itu, bocah 12 tahun yang periang itu jadi tersenyum-senyum sendiri karena menyadari betapa besar manfaatnya bagi diri akibat rajin bersemedi mengolah tenaga batin. Hal itu sesuai ajaran salah satu teknik ilmu pengolahan tenaga dalam dan energi batin yang ada di dalam Kitab Sembilan Bulan.
"Sabar, Jiang Wu, sabar!" ucapnya menasehati dirinya sendiri sambil tersenyum. "Penguasa Langit pasti tidak akan membiarkanmu terlantar di tengah lautan yang luas ini...."
"Percayalah akan kebesaran Penguasa Langit...."
"Eh tunggu!" ucapnya seketika menyadari sesuatu. "Dulu aku dibuang oleh orang tua kandungku, terus aku dan Bunda Yin Huang dikejar-kejar oleh penjahat hingga Bunda Yin Huang terbunuh, sedangkan aku masih bernama Zhang Jiang Wu...."
"Kalau begitu aku sekarang harus berganti nama, jangan memakai nama Zhang Jiang Wu lagi. Agar nanti kalau penjahat-penjahat yang telah membunuh Bunda Yin Huang menemukanku, aku bisa berkelit...."
"Ya, aku harus berganti nama.... Harus!"
"Kalau begitu nama apa yang bagus ya?" gumamnya lagi sambil mengetuk-ngetuk kepalanya dengan jari telunjuknya.
Tidak lama kemudian, terdengar bocah itu menjentikkan jari sambil tersenyum ceria. Lalu tercetuslah sebuah nama dari bibir mungilnya.
"Zhao... Jin... long.... Ya, nama itu cukup bagus, Zhao Jinlong.... Zhao adalah marga yi fu-ku, dan Jinlong adalah namaku...."
"Hahaha...! Woooi...! Sekarang aku bernama Zhao Jinlong...! Hahaha...!"
Beberapa kali bocah 12 tahun itu yang sekarang berganti nama menjadi Zhao Jinlong menyerukan nama barunya dengan amat keras penuh kegirangan, seakan memproklamirkan kepada seluruh alam kalau sekarang namanya adalah Zhao Jinlong.
Namun tentunya tidak ada yang mendengar teriakannya itu selain desau angin, debur ombak dan ikan-ikan dilautan. Tapi dia tidak perduli. Bocah itu terus saja tertawa-tawa lepas penuh kegirangan dengan nama barunya itu.
★☆★☆
Tidak lama kemudian, malam telah jatuh dengan sempurna. Kegelapan telah terhampar di seantero lautan luas itu. Angin laut berhembus sedikit kencang, menebar hawa dingin yang menusuk tulang.
Sementara rakit kecil itu terus terombang-ambing di tengah hamparan gelapnya lautan maha luas. Sedangkan Zhao Jinlong duduk meringkuk di atas rakitnya.
Namun seketika dia berdiri dengan cepat mana kala sepasang mata mungilnya tertumbuk pada sebuah benda gelap yang besar di nun jauh di sana dari arah samping kirinya.
Benda hitam nan gelap itu seolah mengapung di atas permukaan laut. Dan tampak seperti bergerak. Ya... bergerak semakin mendekat ke tempat di mana rakitnya berada.
Zhao Jinlong membutuhkan sekitar satu peminuman teh baru dia bisa memastikan kalau benda hitam nan gelap besar itu adalah....
"Kapal...," gumamnya bernada antara senang dan tidak percaya.
"Akhirnya ada juga kapal yang lewat," ucapnya makin gembira karena benda hitam itu semakin jelas terlihat kalau itu adalah sebuah kapal yang besar.
Dengan segera dia mengambil tasnya lalu mengeluarkan dua potong ranting sebesar jempol dari dalamnya. Setelah itu mengenakan tas kulitnya. Kemudian dia bersiap-siap melompat ke atas kapal.
Melompat?! Bocah lelaki yang masih tergolong kecil itu ingin lompat di atas kapal yang amat besar itu?!
Tenang saja.
Zhao Jinlong sudah mempelajari salah satu tehnik meringankan tubuh dan lari cepat yang ada di dalam Kitab Sembilan Bulan. Meski belum sempurna dia mempelajari, tapi untuk melompati kapal itu Zhao Jinlong cukup yakin bisa.
Sementara kapal besar yang seperti kapal penumpang itu semakin mendekat ke aranya. Dia memperkirakan kalau kapal itu akan melintas sekitar 4-5 tombak lagi di dekat rakitnya.
Dan benar saja, kapal besar itu melintas di dekat rakitnya sesuai perkiraannya. Tanpa banyak pikir dia melempar dua potongan ranting pohon itu di atas udara di tentangan kapal itu.
Lalu dia mengempos kedua kakinya di lantai rakit, terus melompat tinggi ke atas udara dengan tanpa rasa takut.
Lalu kaki kanan menotok potongan ranting pohon yang terdekat. Kemudian menyusul kaki kirinya menotok potongan ranting pohon yang terakhir. Sehingga menyebabkan bocah Zhao Jinlong melambung lebih tinggi ke udara dan semakin mendekat ke badan kapal.
Begitu bocah 12 tahunan itu sudah dekat dengan jaring besar yang menempel di samping belakang kapal, lalu....
Tap!
Tangan kirinya dengan cepat menyambar jaring besar itu, lalu menyusul tangan kanannya. Hingga tak lama kedua tangannya sudah berhasil berpegangan pada jaring besar yang menempel di lambung kapal bagian belakang sebelah kiri.
Sejenak dia menetralkan keadaan dirinya. Jantungnya sempat deg-degan dibuatnya. Kalau sampai kedua tangannya tidak berhasil menggapai jaring kapal, tentu kematian yang akan menggapainya.
Perlu diketahui bahwa, Zhao Jinlong belum pernah melakukan aksi gila seperti tadi sebelumnya. Jadi, aksi gila ini adalah aksi gila yang pertama kali dilakukan sepanjang perjalanan hidupnya.
Paling, saat belajar bersama ayah angkatnya, dia diajarkan menyeberangi sungai dengan melompati ranting kecil atau daun. Untuk melatih kecepatan gerak dan tehnik meringankan tubuhnya. Juga melompat di antara dahan pohon yang satu ke dahan pohon yang lain.
Dan Zhao Jinlong berhasil dengan cukup memuaskan bagi kedua orang tua angkatnya.
Sedangkan barusan tadi Zhao Jinlong melakukan aksi yang lebih gila lagi yang mana taruhannya adalah nyawanya sendiri. Akan tetapi dia ternyata berhasil, dan perhitungannya sungguh tepat.
Setelah keadaan dirinya kembali tenang, Zhao Jinlong mulai merayap naik ke atas. Begitu hampir sampai di bibir kapal dia berhenti sejenak. Bocah itu mempertajam pendengarannya, mengamati keadaan buritan kapal, kalau-kalau ada orang yang melintas.
Setelah dirasa aman dia mulai merayap lagi hingga kedua tangannya menggapai pinggiran kapal. Tapi kepalanya belum dia sembulkan, dia diam sejenak dulu.
Lalu perlahan tapi pasti kepalanya menyembul ke bibir kapal. Kemudian kedua matanya sudah kelihatan dan melihat tidak ada orang di buritan ini. Lalu dia naik dengan gerakan cepat.
Namun apa lacur....
★☆★☆★