pernahkah kau membayangkan terjebak dalam novel favorit, hanya untuk menyadari bahwa kau adalah tokoh antagonis yang paling tidak berguna, tetapi Thanzi bukan tipe yang pasrah pada takdir apalagi dengan takdir yang di tulis oleh manusia, takdir yang di berikan oleh tuhan saja dia tidak pasrah begitu saja. sebuah kecelakaan konyol yang membuatnya terlempar ke dunia fantasi, dan setelah di pikir-pikir, Thanz memiliki kesempatan untuk mengubah plot cerita dimana para tokoh utama yang terlalu operfower sehingga membawa bencana besar. dia akan memastikan semuanya seimbang meskipun dirinya harus jadi penggangu paling menyebalkan. bisakah satu penjahat figuran ini mengubah jalannya takdir dunia fantasi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mr.Xg, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Latihan dalam Bayangan dan ilusi yang bergema
Setelah penemuannya di perpustakaan, sebuah gairah baru membara dalam diri Thanzi. Ia kini memiliki tujuan yang lebih jelas di Akademi ini: menguasai bakat ilusi resonansinya dan menemukan Seruling Giok Hitam. Ia tahu ini bukan jalan yang mudah, terutama karena ia harus menjaga kerahasiaan kekuatannya.
Malam hari, setelah semua siswa terlelap, Thanzi tidak tidur. Ia menghabiskan waktu di kamarnya yang sederhana, duduk bersila, dan kembali bermeditasi. Ia mencoba lagi menarik napas perlahan dan menghembuskannya, memfokuskan pikirannya pada energi aneh yang kini ia sadari sebagai "resonansi jiwa". Setiap kali ia melakukan itu, sensasi nyaman itu kembali menjalar, dan ia mencoba merasakan bagaimana energi itu bisa ia manipulasi.
Butuh beberapa hari percobaan, tetapi Thanzi mulai merasakan kemajuan. Ia bisa membuat gelombang tak terlihat itu membesar atau mengecil sesuai keinginannya. Ia juga mencoba mengarahkan gelombang itu ke objek mati. Awalnya, tidak ada yang terjadi. Namun, suatu malam, ia berhasil membuat sebuah buku kecil di mejanya bergetar samar, lalu bergeser sedikit.
Ini dia! Sebuah senyum kecil muncul di bibirnya. Ini bukan sihir yang bisa menggerakkan benda, tapi lebih ke arah mengganggu stabilitas mereka.
Selain itu, Thanzi juga tahu ia tidak bisa hanya mengandalkan bakat ilusi resonansinya. Ia harus belajar bertarung secara fisik. Di waktu luangnya, ia mulai pergi ke lapangan latihan yang sepi di belakang asrama. Menggunakan ingatan dari novel tentang dasar-dasar ilmu pedang dan bela diri, ia mulai berlatih.
Thanzi tidak memiliki kekuatan Elian atau ketangkasan Pangeran Lyra. Gerakannya awalnya kaku dan canggung. Namun, dengan kecerdasannya, ia menganalisis setiap gerakan, setiap posisi, setiap celah. Ia mempraktikkan dasar-dasar ilmu pedang dengan dahan pohon sebagai pedang, dan melatih pukulan serta tendangan dasar yang ia lihat dari prajurit di Akademi.
Latihan mandiri ini memberinya lebih dari sekadar kekuatan fisik. Ia mulai merasakan bagaimana energi resonansinya bisa meningkatkan refleks dan kecepatan geraknya. Ketika ia bersenandung pelan saat berlatih, ia merasakan tubuhnya menjadi lebih ringan, gerakannya lebih lancar, dan kecepatannya meningkat. Ia mungkin belum seberapa dibandingkan para jagoan Akademi, tapi ia sudah bisa mengayunkan pedang dengan lebih baik, dan gerakan bela dirinya menjadi lebih terkoordinasi. Orang-orang yang meremehkannya pasti akan terkejut jika melihatnya sekarang.
Menguji Batas dan Membantu dalam Bayangan
Thanzi tahu ia tidak bisa langsung menggunakan kekuatan ilusi resonansinya secara terang-terangan. Ia harus mengujinya, tetapi dengan hati-hati. Ia memutuskan untuk menguji kemampuannya pada orang-orang yang selalu membuat masalah di Akademi, para bangsawan sombong yang suka menindas siswa lain.
Suatu sore, saat ia berjalan di koridor, ia melihat sekelompok anak bangsawan, termasuk Corvin, yang kini lengannya diperban, sedang mengganggu seorang siswa yang lebih kecil dan pemalu. Mereka mendorong siswa itu ke dinding dan menertawakannya.
Thanzi melihat itu. Ia tidak akan ikut campur secara fisik. Ia akan menggunakan bakatnya.
Dengan sangat hati-hati, Thanzi mulai bersenandung pelan, melodi yang nyaris tak terdengar. Ia mengarahkan gelombang ilusi resonansinya ke salah satu anak bangsawan yang paling berisik. Dalam hitungan detik, anak bangsawan itu tiba-tiba merasa sangat gelisah, jantungnya berdebar kencang tanpa sebab. Ia mulai berkeringat dan merasa ingin muntah.
"Ugh... aku merasa tidak enak badan," gumamnya, wajahnya pucat.
Teman-temannya terkejut. "Ada apa denganmu?"
"Aku... aku harus ke kamar mandi!" Pemuda itu berlari tergesa-gesa, meninggalkan teman-temannya kebingungan.
Thanzi tersenyum tipis. Berhasil. Efeknya mungkin hanya sesaat, tapi cukup untuk mengganggu. Ia tidak melukai mereka, hanya membuat mereka tidak nyaman secara psikologis. Ini adalah bentuk manipulasi yang sempurna.
Di lain waktu, Thanzi menggunakan bakatnya untuk mengganggu siswa lain yang mencoba menipu dalam ujian kecil. Ia membuat siswa itu merasa sangat cemas sehingga ia tidak bisa fokus dan terus-menerus salah menjawab, bahkan dengan contekan di tangannya. Thanzi juga pernah membuat seorang pengganggu di ruang makan tiba-tiba kehilangan nafsu makannya dan tidak bisa menelan makanannya, sehingga ia pergi dengan perut kosong.
Semua ini dilakukan Thanzi secara sembunyi-sembunyi, di balik bayangan, tanpa ada yang menyadari siapa pelakunya. Ia adalah seorang raja drama yang mahir di balik layar.
Tatapan Tersembunyi dan Persepsi yang Berubah
Namun, ada beberapa mata yang mengawasi. Pangeran Lyra, Elian, dan bahkan Michael, meskipun Michael lebih karena rasa penasaran, terus memantau Thanzi. Mereka melihat Thanzi yang aneh ini, yang selalu diam dan tidak berinteraksi, namun entah bagaimana, beberapa kali, Thanzi secara tidak langsung menolong orang lain dengan caranya yang aneh.
Mereka melihat siswa yang di-bully tiba-tiba bebas, atau siswa curang yang tiba-tiba gagal. Mereka melihat Thanzi yang acuh tak acuh, namun sekelilingnya terkadang terjadi hal-hal aneh yang menguntungkan mereka yang lemah.
"Dia... dia sepertinya melakukan sesuatu," gumam Pangeran Lyra suatu kali, saat mereka melihat kelompok pengganggu Michael yang tiba-tiba bubar. "Tapi apa?"
"Dia tidak menggunakan sihir. Aku tidak merasakan aura mana darinya," Elian mengernyit, mencoba menganalisis. "Tapi ada sesuatu yang aneh tentang dirinya."
Michael, di sisi lain, lebih optimis. "Mungkin Kakak Thanzi sudah menemukan cara uniknya sendiri untuk membantu orang! Lihat, dia memang tidak jahat seperti yang Ayah dan Ibu bilang!" Michael masih memiliki secercah harapan untuk Thanzi, dan ia merasakan semacam koneksi yang tidak ia mengerti.
Thanzi tidak menyadari seberapa banyak ia diawasi. Yang ia tahu adalah ia semakin menguasai bakat ilusi resonansinya. Ia bisa merasakan gelombang energinya semakin kuat, lebih mudah dimanipulasi, dan mampu menciptakan gangguan yang lebih halus. Setiap latihan, setiap uji coba, memperkuat pemahamannya tentang kekuatan aneh yang ia miliki. Ia kini adalah seorang ahli strategi yang sedang mengembangkan senjata tak terlihat.
Langkah selanjutnya adalah mencari Seruling Giok Hitam. Dengan itu, ia akan memiliki kendali penuh, dan misinya untuk menyeimbangkan plot bisa dimulai secara lebih efektif. Dunia ini akan segera merasakan kekuatan seorang figuran yang diremehkan, seorang penjahat yang tak terduga, yang bergerak dalam bayangan, dan mengendalikan drama dari balik tirai.