Mampukah janda muda menahan diri saat godaan datang dari pria yang paling tabu? Setelah kepergian suaminya, Ayana (26) berjuang membesarkan anaknya sendirian. Takdir membawanya bekerja di perusahaan milik keluarga suaminya. Di sana, pesona Arfan (38), paman direktur yang berkarisma, mulai menggoyahkan hatinya. Arfan, duda mapan dengan masa lalu kelam, melihat Ayana bukan hanya sebagai menantu mendiang kakaknya, melainkan wanita memikat yang membangkitkan gairah terpendam. Di antara tatapan curiga dan bisikan sumbang keluarga, mereka terjerat dalam tarik-ulur cinta terlarang. Bagaimana Ayana akan memilih antara kesetiaan pada masa lalu dan gairah yang tak terbendung, di tengah tuntutan etika yang menguji batas?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bangjoe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 20: Bayangan Sarah Miller
Jantung Ayana berdebar kencang, suaranya terasa tercekat di tenggorokan. Ini bukan lagi sekadar rahasia yang terkuak, tapi sebuah ancaman nyata yang menggantung di udara. Sebuah perang yang Arfan sebutkan, dan Ayana merasa kakinya baru saja menginjak ranjau.
“Siapa Sarah Miller?” tanya Ayana, suaranya nyaris berbisik. Tangannya gemetar saat ia meraih tangan Arfan, mencari kehangatan atau setidaknya kepastian. Namun, yang ia rasakan hanya ketegangan yang sama, bahkan lebih pekat, dari pria di depannya.
Arfan menatapnya, sorot matanya yang biasanya tenang kini dipenuhi bayangan kekhawatiran. “Sarah Miller… dia adalah seorang eksekutif muda di bidang investasi. Klien penting, dulu. Dulu sekali. Atau lebih tepatnya, dia pernah terikat kontrak dengan salah satu perusahaan ventura yang bekerja sama dengan Aditya.”
Ayana mengerutkan kening. “Klien? Lalu kenapa foto-foto mereka bisa menjadi ancaman? Apa yang mereka lakukan?” Suara Ayana bergetar, firasat buruk merayapi benaknya. Gambar-gambar itu pasti lebih dari sekadar pertemuan bisnis biasa.
Arfan menghela napas, berat seolah memikul beban. “Foto-foto itu diambil saat Aditya sedang dalam perjalanan dinas di Singapura, lima tahun lalu. Beberapa di antaranya… tidak pantas untuk hubungan profesional. Mereka terlihat sangat akrab, Ayana. Terlalu akrab untuk sekadar klien dan rekan bisnis.”
Dunia Ayana runtuh. Lima tahun lalu. Saat ia masih bersama Aditya, saat mereka merencanakan masa depan, saat ia hamil muda dengan Adam. Pengkhianatan itu menghantamnya seperti palu godam, bukan dari sosok yang masih hidup, melainkan dari bayangan masa lalu yang kelam.
“Aditya… berselingkuh?” Gumaman itu lebih seperti pertanyaan pada dirinya sendiri. Rasa sakit, marah, dan kebingungan menyatu dalam satu rasa sesak di dada Ayana. Ia pikir ia mengenal Aditya. Ia pikir pernikahan mereka adalah sesuatu yang istimewa. Ternyata, itu hanyalah ilusi.
Arfan menariknya lebih dekat, memeluknya erat. “Aku minta maaf, Ayana. Aku tahu ini sulit. Tapi ini bukan hanya tentang perselingkuhan. Pesan itu… ‘Permainan akan segera dimulai. Saksikan kebenaran terbongkar.’ Ini lebih dari sekadar membongkar rahasia pribadi.”
Ayana membalas pelukan Arfan, mencari perlindungan dari badai emosi yang mengamuk di dalam dirinya. “Apa maksudmu? Apa lagi yang bisa lebih buruk dari ini?”
“Menurut tim hukumku, ada kemungkinan besar Sarah Miller punya tuntutan atau keterlibatan dalam beberapa proyek Aditya yang bermasalah. Atau mungkin, dia tahu sesuatu yang bisa merugikan keluarga kita, terutama posisi perusahaan saat ini.” Arfan menjelaskan, suaranya lebih serius, lebih tegang.
Ayana mendongak, menatap mata Arfan. “Apa yang kau sembunyikan, Arfan? Kau tahu sesuatu, kan? Selama ini kau menyembunyikannya dariku?” Ia melihat keraguan sesaat di mata Arfan, sebuah keraguan yang mengkhianati rahasia yang lebih dalam.
Arfan melepaskan pelukan, memegang kedua bahu Ayana. “Aku… aku tidak tahu persis semua detailnya. Tapi aku memang pernah mendengar desas-desus tentang Aditya dan proyek di Singapura itu. Vina… dia sempat memberitahuku bahwa ada masalah dengan seorang klien wanita. Tapi Aditya selalu membantahnya, mengatakan Vina hanya cemburu pada kesuksesannya.”
Vina. Nama itu melesat di benak Ayana. Mungkinkah Vina yang berada di balik semua ini? Mengetahui rahasia ini sejak lama, lalu menunggu saat yang tepat untuk meledakkannya? Tapi Vina tidak pernah menyebut nama Sarah Miller, hanya insinuasi tentang proyek-proyek bermasalah.
“Aku ingin tahu semuanya, Arfan. Sekarang,” tuntut Ayana, suaranya tegas. Ia tidak bisa lagi hidup dalam ketidakpastian. Luka pengkhianatan Aditya sudah cukup sakit, ia tidak ingin ada lagi kebohongan yang menggerogoti kepercayaannya pada Arfan.
Arfan mengangguk. “Baik. Timku sedang melacak sumber email itu. Mereka juga sedang menggali informasi tentang Sarah Miller dan semua proyek Aditya yang melibatkan Singapura. Aku akan memastikan semua kebenaran terungkap.”
“Tapi bagaimana jika ini bocor ke media? Ke publik?” Ayana membayangkan hidupnya hancur. Bukan hanya dirinya, tapi juga Adam. Putra semata wayangnya akan dicap sebagai anak dari seorang ayah yang tidak setia, dari seorang ibu yang terjerat cinta terlarang. Reputasinya, pekerjaan, masa depan Adam, semuanya dipertaruhkan.
Telepon Arfan berdering, memecah keheningan yang tegang. Arfan melirik layar, ekspresinya semakin mengeras. “Ini dari tim hukumku.” Ia mengangkat panggilan itu, mendengarkan dengan saksama, sesekali mengucapkan kata-kata singkat seperti, “Pasti,” atau “Percepat investigasinya.”
Ayana menatapnya cemas, setiap detiknya terasa seperti berjam-jam. Setelah beberapa menit, Arfan menutup telepon. Wajahnya pucat, rahangnya mengeras.
“Apa yang terjadi?” tanya Ayana, takut mendengar jawabannya.
Arfan menghela napas panjang. “Email itu bukan satu-satunya. Tim hukumku menemukan beberapa forum online dan blog-blog gosip bisnis anonim yang mulai mengunggah foto-foto itu, lengkap dengan narasi yang menuduh Aditya melakukan penipuan finansial terkait proyek di Singapura itu, dan Sarah Miller sebagai korban. Mereka juga mulai menghubungkan ini dengan keluarga Surya. Mereka bahkan menyebut-nyebut namaku.”
Ayana merasakan getaran dingin menjalar di punggungnya. Ini bukan lagi sekadar rahasia pribadi. Ini adalah skandal besar yang siap meledak, menghancurkan fondasi keluarga dan perusahaan. Dan Arfan, pamannya, juga ikut terseret.
“Ini… ini pekerjaan profesional,” Arfan melanjutkan, nadanya dingin. “Seseorang benar-benar ingin menghancurkan kita. Dan mereka tidak hanya menyerang Aditya yang sudah tiada, tapi juga kita yang masih hidup.”
Arfan memejamkan mata sesaat, lalu membukanya, menatap Ayana dengan tatapan yang dipenuhi tekad. “Kita harus bertindak cepat. Aku akan memanggil semua direksi untuk rapat darurat besok pagi. Dan kita perlu mencari tahu siapa dalang di balik semua ini.”
Kemudian, matanya menangkap sesuatu di kejauhan. Sebuah kilatan cahaya dari mobil yang berhenti di seberang jalan, tepat di depan rumahnya. Arfan tidak mengatakan apa-apa, tapi ekspresinya berubah menjadi sangat waspada. Kilatan kedua, seperti cahaya blitz kamera.
Ayana merasakan bulu kuduknya merinding. “Ada apa, Arfan?”
Arfan menariknya ke sudut ruangan, menjauh dari jendela. “Seseorang sedang memata-matai kita, Ayana. Mereka tidak hanya mengirim email, tapi juga sudah sampai di sini.”
Tepat saat Arfan menyelesaikan kalimatnya, ponsel Ayana berdering nyaring di tasnya. Ia merogohnya, jantungnya berdebar tidak karuan. Nomor tidak dikenal. Rasa takut mencekiknya, namun rasa penasaran menguasai. Ia menggeser tombol jawab.
Suara seorang wanita terdengar dari seberang, dingin dan mendesis. “Nyonya Ayana. Aku harap Anda menikmati kejutan pembukanya. Ini baru permulaan. Aku akan memastikan semua orang tahu, siapa sebenarnya Aditya Surya. Dan siapa yang akan membayar harga untuk semua dosa-dosanya.”
Sambungan terputus. Ayana menatap ponselnya, lalu menatap Arfan, wajahnya memucat pasi. Suara itu… dia yakin pernah mendengarnya. Tapi di mana? Dan siapa dia? Ancaman itu terasa begitu personal, begitu dekat, seolah wanita itu ada di seberang pintu. Permainan memang telah dimulai, dan Ayana tahu ia sedang menjadi target utama dari seseorang yang tidak hanya mengenal Aditya, tetapi juga dirinya.
Benar2 membingungkan & bikin gw jd malas utk membaca novel ini lg
Jgn membingungkan pembaca yg berminat utk membaca novel ini