Apa hal yang paling menyeramkan di dunia ini?
Mungkin jika Zahra ditanya hal itu maka ia akan menjawab bahwa pernikahan beda agama adalah yang paling berat sekligus menyeramkan. Jangankan untuk menjalani, bahkan untuk membayangkannya 'pun Zahra tidak mampu. Namun garis takdir berkata jika jalan ini memang harus Zahra lalui, yaitu menjadi pengantin pengganti untuk atasannya yang memiliki keyakinan berbeda dengannya.
Lalu akan seperti apakah kehidupan rumah tangga mereka berlayar? Apakah dalam pelayaran dalam biduk rumah tangga ini mereka akan menemui pelangi, atau justru rintangan badai yang akan mereka jalani? Ikuti kisah selengkapnya eksklusif hanya di Noveltoon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratu jagad 02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3
"Terima kasih sudah mengantarku pulang," ucap Sherin sebelum turun dari mobil Jo.
"Kenapa berterima kasih segala? Seperti dengan siapa saja." kekeh Jo.
Sherin ikut terkekeh, tetapi dalam hatinya ia sedikit merasa tidak enak pada kekasihnya itu. "Jo..."
"Hm?"
"Maaf untuk yang tadi, aku tidak benar-benar menolakmu, aku sangat mencintaimu, tapi aku juga tidak bisa meninggalkan karier-ku, ini impianku, Jo." Sherin menunduk, ia bahkan tidak berani menatap kedua mata Jonathan yang pastinya kecewa pada keputusannya.
"Aku paham posisimu dan aku tidak akan memaksamu. Lagipula, dengan menikah juga belum tentu bahagia 'kan? Jadi jangan dipikirkan lagi, aku bahagia bersamamu, meski bukan dalam pernikahan."
"Thanks, Jo. Kau memang paling mengerti aku. Aku berjanji, setelah masa kontrakku berakhir, aku pasti akan menepati janjiku untuk menikah denganmu."
Jo mengangguk dengan senyum teduhnya. "Aku percaya padamu." Tidak lupa, Jo mengusap pelan puncak kepala Sherin, membuat Sherin tersenyum begitu manis.
Setelah pembicaraan singkat itu, akhirnya Sherin turun dari mobil, sedangkan Jo langsung berlalu pergi. Setelah kepergian Jo, Sherin masuk ke rumahnya dan disambut dengan kedipan menggoda dari sang Mama.
"Yang habis berkencan kelihatannya bahagia sekali," goda Mama Rani.
"Mama..." Sherin menutupi mukanya dengan dua tangan karena malu lantaran digoda sang Mama.
"Jadi bagaimana rasanya berkencan pertama kali setelah LDR?" tanya Mama Rani dengan alis naik turun menggoda putrinya.
"Mmm rasanya..." Sherin menuju sofa dan langsung duduk di sana. "Rasanya masih tetap sama, Ma. Jo masih sangat perhatian dan romantis padaku. Bahkan, tadi dia melamarku."
"Melamar? Lalu bagaimana, kau menerimanya 'kan?" Mama Rani ikut duduk di samping putrinya dengan exited.
Berbeda dengan Mama Rani yang exited, Sherin justru memasang wajah lesu dengan helaan napas berat. Ia kemudian menggelengkan kepala sebagai jawaban atas pertanyaan Mamanya.
"Kau menolak lamaran Jonathan? Why, Honey? Bukankah kau sangat mencintainya?"
"Aku akan kembali ke Jerman untuk melanjutkan karierku, Ma. Lalu apa aku harus meninggalkan Jo di sini setelah kami menikah nanti? Lagipula, sudah sangat jelas tertulis di surat kontrak bahwa aku tidak boleh menikah selama masa kontrak berlangsung, dan kontrak itu baru akan berakhir tiga tahun lagi." jelas Sherin.
"Sayang, waktu tiga tahun itu bisa mengubah segalanya, termasuk perasaan. Apa kau yakin Jo masih tetap akan menunggumu selama itu?"
Sherin sedikit memikirkan ucapan Mamanya. Tapi sesaat kemudian ia teringat ucapan Jo yang akan menunggunya. "Aku percaya pada Jonathan, Ma. Dia pasti menungguku." ucapnya yakin.
"Tapi Papa tidak setuju!" Papa Liam ikut bergabung ke ruang keluarga.
"Papa? Papa sudah pulang?" tanya Sherin, sebab seingatnya Papanya ada urusan mendadak di perusahaan malam ini.
"Papa tidak setuju kau menolak lamaran Jo." Seakan tidak mengindahkan pertanyaan putrinya, Papa Liam kembali mengulang ucapannya.
"Tapi Pa, karierku—"
"Apa yang kau kejar dalam karier balet itu? Bahkan setelah kau menjadi lulusan terbaik dalam tarian balet 'pun, itu tidak akan setara dengan pencapaianmu jika berhasil menikah dengan Jo dan menjadi bagian dari keluarga besar Fox."
"Tapi, Pa—"
"Papa tidak mau mendengar alasan apapun, Papa mau kau temui Jo dan katakan bahwa kau menerima lamarannya dan bersedia menikah dengannya."
"Aku—"
"Jika kau tidak melakukan itu, maka Papa tidak akan segan mencoret namamu dari kartu keluarga!"
"Papa!" Mama Rani sampai bangkit dari duduknya setelah mendengar ucapan sang suami. "Mama tidak setuju jika Papa mengekang jalan hidup putri kita. Biarkan dia memilih jalannya sendiri, Pa."
"Maka Mama 'pun bisa Papa ceraikan jika menentang perintah Papa." Setelah mengatakan itu, Papa Liam langsung pergi begitu saja. Namun baru beberapa langkah, Papa Liam menghentikan langkahnya tanpa berbalik. "Keinginanmu sudah Papa turuti selama ini, maka sekarang saatnya kau menuruti perintah Papa. Papa tidak mau mendengar penolakan darimu, dan kau harus segera menemui Jonathan dan mengatakan padanya bahwa kau bersedia menikah dengannya dalam waktu dekat."
Waktu dan tempat dipersilahkan untuk menghujat Papa Liam.
See you next part guys!
double up