Ikuti setiap bab nya dan jangan lupa tinggalkan dukungannya ♥️
****
Anindira dan Anindita adalah saudari kembar yang terpisah sejak lahir. Keduanya memiliki nasib yang berbeda, Anindira sudah menikah tetapi dirinya selalu di sakiti oleh sang suami dan tidak mendapatkan kebahagiaannya. Sementara Anindita, dirinya hanya bisa menghamburkan uang dan angkuh.
Suatu hari, tanpa sengaja Anindita menggantikan peran Anindira. Dirinya masuk ke dalam kehidupan suami Anindira, dan tidak menyangka betapa hebat saudari kembarnya itu bisa hidup di tengah-tengah manusia Toxic.
Bagaimana kehidupan mereka selanjutnya?
SO STAY STUNE!
NO BOOM LIKE, BACA TERATUR DAN SEMOGA SUKA 😍🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom AL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 5 TWINS A
Setelah beberapa menit di perjalanan, akhirnya Ayuna dan Haikal sampai di apartemen. Yuna masih merancau tidak jelas membuat Haikal kewalahan menanganinya.
Brugh!
Tubuh indah Ayuna terjatuh di atas ranjang, rok wanita itu tersingkap ke atas membuat Haikal menelan ludah karena melihat paha mulus milik Yuna. Haikal duduk di sebelah wanita cantik yang menjadi pemilik hatinya itu, dia membantunya untuk lebih naik agar nyaman jika tidur nanti.
"Istirahatlah, Yuna. Aku akan tidur di sofa." ucap Haiklah berniat pergi tetapi Yuna menarik tangan pria itu dengan kuat hingga terjatuh di atas kasur.
"Kau mau kemana, Haikal? Disini saja, tidur bersamaku."
"Tapi—"
Yuna langsung melahap bibir Haikal yang belum pernah disentuh oleh wanita manapun. Dirinya sedikit kaget, berniat menjauhkan tubuh Yuna tetapi beberapa detik kemudian, Haikal menikmati permainan lidah wanitanya itu.
Tangan Yuna mulai tidak terkendali, dia meraba tubuh Haikal hingga hampir saja memegang 'joni' milik pria itu. Namun, Haikal sigap menghalanginya dan menyudahi permainan mereka.
"Cukup, Yuna! Jangan diteruskan, kau sedang mabuk. Aku hanya ingin menjagamu, bukan merusak." Haikal turun dari ranjang dan berjalan menuju sofa. Dia merebahkan dirinya disana. Sebelum memejamkan mata, pria itu tersenyum sendiri sambil memegangi bibirnya. Dia melirik Yuna yang sedang berusaha memejamkan matanya.
"Manis sekali, meskipun dia sedang mabuk."
Ayuna merasa gelisah, dia kembali memikirkan tentang kedekatan Haikal dan Sonya. Wanita itu sepertinya ingin menjauhkan Haikal dari Yuna.
"Tidak! Aku tidak mau berpisah dari Haikal. Jika aku memberikan kehormatanku dan hamil, pasti kami akan menikah dan tidak ada yang bisa mengambil Haikal dariku." gumam Yuna tidak terdengar oleh Haikal.
Ayuna berjalan mendekati pria itu, dia jatuh di atas tubuh Haikal.
"Yuna! Apa yang kau lakukan?" tanya Haikal kaget. Dia kembali membuka matanya yang sudah tertutup.
"Ayolah, Sayang. Aku sudah memikirkannya matang-matang. Kita bisa menghabiskan malam bersama saat ini."
Haikal menggeleng. "Kau sedang mabuk, Yuna. Maka dari itu kau bersikap diluar kendali seperti ini." ucapnya lembut.
Yuna menatap mata Haikal. "Aku memang mabuk tapi aku tetap sadar, Haikal. Aku ingin menjadi milikmu, aku tidak suka melihatmu dekat dengan Sonya! Aku merasa cemburu dan marah." tukas Yuna tidak sadar dengan apa yang dia katakan.
Haikal tersenyum tipis, sungguh dia sangat bahagia karena pada akhirnya bisa mengetahui isi hati Yuna untuknya.
"Aku tidak akan menyentuhmu sebelum kita resmi menjadi pasangan suami-istri. Dan aku tidak akan meninggalkanmu, mulai sekarang aku akan menjaga jarak dari wanita manapun." Haikal menarik hidung Yuna dengan gemas. Sementara wanita itu, dia merasa tenang dan nyaman berada di dekat Haikal, bahkan saat mencium aroma tubuh pria itu yang sangat memabukkan.
"Temani aku tidur." pinta Yuna meletakkan kepalanya dada bidang milik Haikal.
"Tidurlah," Haikal mengelus kepala Ayuna dengan lembut. Posisi mereka saat ini dimana Yuna menindih tubuh Haikal.
******
Pagi hari pun tiba, Yuna mengerjapkan mata karena sinar matahari menyorot masuk ke dalam kamar. Dia menggeliatkan tubuhnya lalu mengumpulkan nyawa agar menyatu seutuhnya. Wanita itu menegakkan tubuh, dan melihat ke sekeliling.
"Astaga! Dimana aku? Seingat ku Haikal —" mata Yuna terhenti pada seorang pria yang tertidur pulas di sofa. Kedua sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman, dia pun turun dari ranjang, berjalan mendekati Haikal.
"Dia sangat tampan. Entah kapan aku bisa mengungkapkan isi hatiku padanya, jika terlalu lama, aku takut semuanya akan berubah. Apalagi, mengingat Haikal yang dekat dengan Sonya." Yuna menatap wajah tenang milik Haikal. Dirinya hendak pergi tetapi tangan Haikal dengan cepat menarik lengan Yuna.
"Aw!" pekik Yuna kaget, jatuh diatas tubuh Haikal.
"Selamat pagi," sapa Haikal membuka kedua matanya, dan pemandangan yang pertama kali dia lihat adalah wajah cantik Ayuna.
"Kau, sejak kapan kau bangun?" Yuna merasa gugup.
''Dari tadi! Bahkan aku tahu kalau kau sedang mengagumi ketampananku." sahut Haikal penuh percaya diri.
Dugh!
Yuna menendang buah zakar milik Haikal.
"Argh! Hei, Sayang, ini masa depan kita. Jika sampai terjadi sesuatu padanya, bagaimana kita akan membuat anak nanti?"
Ayuna melongo, matanya mendelik mendengar perkataan konyol yang keluar dari Bibir Haikal. Pipinya langsung merona dan dia bergegas bangkit dari tubuh Haikal. Yuna pun berlari kecil menuju kamar mandi.
Haikal tersenyum lucu melihat tingkah laku Yuna jika sedang tidak mabuk seperti sekarang.
"Semuanya hanya tinggal menunggu momen yang pas, Yuna. Aku pasti akan mengungkapkan perasaanku padamu." gumam Haikal menatap pintu kamar mandi.
Beberapa menit kemudian, Yuna keluar dari kamar mandi, dia sudah membersihkan dirinya.
"Kau sudah selesai? Aku akan mengantarmu pulang."
Yuna duduk di tepi ranjang, mengigit bibir bawahnya. "Aku bingung, Haikal. Mama pasti marah karena aku tidak pulang kerumah."
"Kemarin malam sebenarnya aku ingin mengantarmu pulang, tapi kau sudah mabuk dan itu tidak baik jika diketahui orangtuamu." ucap Haikal duduk di samping Yuna.
"Lalu bagaimana sekarang? Apa alasanku?"
"Kau bisa mengatakan kalau kau menginap dirumah salah satu temanmu, hubungi mereka dan katakan untuk tidak memberitahu yang sebenarnya pada orangtuamu." ide Haikal dan Yuna mengangguk setuju.
BERSAMBUNG
mudah2 an mereka saling menerima 1 sama lainnya