Merasa patah hati di kalah ingin meminang wanita yang selama ini dia kagumi ternyata sudah menikah hal itu menjadikan Syamil memilih ke suatu tempat untuk pelarian cinta nya, dia pun memutuskan tidak akan jatuh cinta lagi. Tapi takdir berkata lain disaat dia bertemu dengan gadis malam yang membuat Syamil tertarik yaitu Syakilah. Tanpa disadari kedekatan mereka telah menumbuhkan rasa cinta Syamil kembali, tapi banyak sekali kendala yang menyeret kisah cinta mereka juga jarak yang harus memisahkan mereka ketika Syamil di tuntut untuk meneruskan usaha ayahya. Sebuah kerudung telah di berikan Syamil untuk Syakilah sebelum perpisahan mereka.
"Pakailah jika kau sudah yakin dengan keputusan mu!" pesan Syamil.
"Kerudung ini akan aku simpan, seperti cintaku padamu" lirih sendu.
Syakilah selalu mengharap suatu saat Syamil datang dan memakaikan kerudung itu untuknya. Tapi apakah semua itu bisa terjadi?
Adakah cinta tanpa batas untuk seorang wanita malam seperti Syakilah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cty S'lalu Ctya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Wanita Yang Sama
Acara pesta begitu meriah, para pebisnis saling bercengkrama, sedangkan Syakilah merasa dirinya begitu asing, bagaimana tidak semua yang hadir dalam pesta ini selalu membicarakan tentang bisnis juga para istri yang terlihat wanita sosialita dan berpendidikan tinggi membuat Syakilah merasa minder.
"Maaf tuan, saya ingin ke toilet!" sebuah alasan yang masuk akal di lontarkan Syakilah pada Zaki. Zaki mengangguk. Syakilah pun melenggang pergi tapi bukan ke toilet melainkan ke arah belakang vila yang nampak sepi disana ada taman. Mungkin disana dia lebih nyaman menikmati waktu sendiri. Syakilah menatap ke hamparan lautan luas, ingatan nya berputar dimana dia bersama sang nenek waktu kecil. Dimana saat itu Syakilah diajak neneknya menghampiri sang kakek yang nampak memancing di pantai yang jarak antara rumah nenek nya sekitar tiga kilo, meski berjalan kaki tapi Syakilah kecil tak pernah mengeluh dia malah bahagia jika diajak ke pantai karena bisa bermain disana.
"Kakek.." panggil Syakilah, lelaki paruh baya yang duduk di atas batu itu seketika menoleh.
"Syakilah, hati-hati!" ujar sang kakek yang melihat Syakilah berlari ke arahnya.
"Wah,, ikan nya banyak kek" Pekik girang Syakilah melihat baskom yang berisi ikan hasil memancing kakeknya.
"Iya, nanti kita bakar, dimana nenek kamu!" timpal kakek. Syakilah mengarah ke belakang dimana nenek terlihat berjalan ke arah mereka.
"Itu nenek kek" beritahu Syakilah. Kakek pun melihat nenek yang menghampiri mereka. Buru-buru kakek berdiri dari duduknya dan menghampiri nenek.
"Nek, kamu pasti capek, istirahatlah dulu, nanti kita pulang" ujar kakek lembut pada nenek. Sedangkan Syakilah memilih bermain di pantai dia juga sesekali main pasir pantai membuat sebuah istana. Sedangkan nenek dan kakek duduk di tepi pantai seraya memperhatikan Syakilah yang begitu gembira bisa membuat istana pasir.
"Yeh, kakek, nenek lihatlah istana nya sudah jadi" ujar begitu ceria nya Syakilah.
"Bagus sekali, kalau boleh kakek tahu kenapa kamu membuat istana?" tanya lembut kakek menghampiri Syakilah
"Karena Syakilah ingin jika besar bisa membuat istana untuk kita kek, seperti di film-film" jawab jujur Syakilah yang waktu itu masih berusia delapan tahun.
"Nak, niatmu sangat bagus, tapi asal kamu tahu kakek dan nenek selalu bahagia walau tanpa tinggal di istana, intinya kita harus selalu bersyukur atas apa yang Allah berikan" nasehat kakek. Syakilah pun mengangguk.
"Syakilah juga bersyukur karena mempunyai kakek dan nenek yang begitu sayang sama Syakilah" balas Syakilah. Mereka bertiga pun memutuskan untuk kembali pulang dengan berjalan kaki dengan Syakilah yang berada di tengah yang di gandeng oleh kakek nenek nya
Syakilah mengusap air yang ada di sudut matanya. Selalu hal yang dirindukan Syakilah adalah kebahagiaan waktu kecilnya bersama nenek dan kakek nya meski sederhana tapi itu indah.
"Kakek benar walaupun tinggal di istana, tapi hidup ini seperti di neraka" lirih nya menatap hamparan lautan luas di depan nya. Tanpa dia rasa waktu semakin larut, tapi pesta terdengar masih belum usai, Syakilah memutuskan untuk pulang terlebih dahulu, buat apa dia disini, persetan dengan Zaki lelaki yang membayarnya untuk menemani ke pesta ini, padahal Syakilah ingin sekali menolak tapi lagi-lagi ibunya yang berkehendak. Syakilah mengambil ponselnya lalu menghubungi seseorang.
"Cepat jemput aku!"
Syakilah memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas mewah milik nya. Udara malam, di temani angin malam di tepi lautan membuat tubuhnya merasa kedinginan, apalagi gaun yang di pakai tanpa lengan, rambutnya pun di sengaja dia sanggul menampilkan leher jenjangnya, dia terlihat begitu anggun dan berkelas bagi yang tidak tahu padahal dia hanyalah seorang gadis rendahan yang setiap malam harus menjadi wanita malam. Syakilah memutuskan untuk beranjak dan segera pergi dari tempat itu. Tak lupa dia akan mengirim pesan pada Zaki kalau dia sudah pulang terlebih dahulu.
Syamil memutuskan untuk kembali ke vila nya terlebih dahulu, saat melangkah keluar dia melihat siluet seseorang keluar lewat pintu belakang, Syamil ingin mengabaikan tapi rasa penasaran nya pun lebih dominan. Akhirnya dia mengikuti orang tersebut terlihat duduk di sebuah bangku melihat ke depan dengan tatapan kosong. Syamil pun tak ingin ikut campur, meski jujur saja ada sedikit rasa penasaran tapi semua itu dia tepis dan memilih kembali ke vila nya. Sampai di vila Syamil segera masuk ke kamar ingin sekali dia beristirahat. Tapi sebelum itu dia harus melaksanakan kewajiban nya dulu. Selesai sholat Syamil tidak bisa tidur dia memilih keluar ke balkon, saat melihat ke bawah ternyata Syamil melihat wanita tadi masih duduk di bangku tersebut sendiri. Banyak sekali pertanyaan yang tersemat dalam benak Syamil.
Wanita itu adalah gadis yang sama ada di dalam lift, tetangga om Fernando. Dan dia tadi kesini sama pria yang mungkin bisa jadi pasangan nya. Lalu kenapa dia melamun sendiri hampir satu jam lebih. Mungkinkah mereka sedang bertengkar.
"Astagfirullah.. Syamil, ingat itu sebuah dosa besar" tekan Syamil dalam dirinya sendiri yang merasa terlalu ikut campur dalam urusan orang lain. Tapi Syamil tak tegah membiarkan wanita itu sendiri takut kenapa-napa, dan Syamil pun memutuskan mengawasi wanita itu dari atas balkon sampai wanita beranjak. Syamil masih memperhatikan kepergian wanita itu sampai batas dia memandang.
"Mungkin dia sudah kembali bersama kekasihnya tadi" guman nya memilih kembali masuk ke dalam kamar.
"Sudah malam,, lebih baik aku tidur dan besok pagi menghubungi umi" monolognya sendiri sebelum dia berdoa dan membaca beberapa surat pendek sebelum matanya terpejam. Syamil memang pemuda yang taat dalam beragama. Dia juga tidak pernah yang namanya pacaran seperti teman-teman nya. Baginya pacaran setelah menikah lebih nikmat dan halal maka dari itu ketika dia mencintai Rauda dia memilih ingin langsung menkhitbah. Tapi kehendak Tuhan tak ada yang tahu. mungkin Tuhan menyiapkan jodoh yang lebih baik lagi untuk Syamil.
Syakilah masuk ke dalam mobil yang menjemputnya.
"Maaf nona menunggu lama, karena tempat ini sangat jauh dari kota!" ujar Yosi ketika dia kembali masuk ke dalam mobil setelah membukakan pintu untuk Syakilah.
"Apa ayahmu tahu?" tanya Syakilah pada Yosi.
"Tidak nona, ayah sedang mengantar nyonya menemui Tuan" jawab Yosi. Menghela nafas panjang itulah yang di lakukan Syakilah, bersandar di sandaran jok membuatnya lebih nyaman. Matanya menatap ke arah luar kaca mobil dimana jalanan gelap menemani perjalanan mereka untuk sampai di sebuah apartemen mewah di pertengahan kota.
"Silahkan nona!" ujar Yosi membukakan pintu untuk Syakilah, ternyata Syakilah tertidur sehingga dia tak menyangka sudah sampai di lobi apartemen. Dengan cepat dia beranjak turun.
"Thanks, Uang bonus mu sudah terkirim"
"Nona, thanks you, good night, have a nice dream!"
Terus di novel orang tua nya Syamil pernah di kolom komentar itu mengingatkan bahwa penulisan " tuan MUDAH " itu salah yg benar "tuan MUDA", tp di novel ini kenapa penulisan nya msh TUAN MUDAH 🤔