NovelToon NovelToon
Kirana Gadis Indigo

Kirana Gadis Indigo

Status: tamat
Genre:Anak Genius / Cinta pada Pandangan Pertama / Tamat
Popularitas:14.5k
Nilai: 5
Nama Author: inda

Kirana, seorang siswi SMA dengan kemampuan indigo, hidup seperti remaja pada umumnya—suka cokelat panas, benci PR Matematika, dan punya dua sahabat konyol yang selalu ikut terlibat dalam urusannya: Nila si skeptis dan Diriya si penakut akut. Namun hidup Kirana tidak pernah benar-benar normal sejak kecil, karena ia bisa melihat dan berkomunikasi dengan arwah yang tak terlihat oleh orang lain.

Saat sebuah arwah guru musik muncul di ruang seni, meminta bantuan agar suaranya didengar, Kirana terlibat dalam misi pertamanya: membantu roh yang terjebak. Namun kejadian itu hanyalah awal dari segalanya.

Setiap malam, Kirana menerima isyarat gaib. Tangga utara, lorong belakang, hingga ruang bawah tanah menyimpan misteri dan kisah tragis para arwah yang belum tenang. Dengan bantuan sahabat-sahabatnya yang kadang justru menambah kekacauan, Kirana harus menyelesaikan satu demi satu teka-teki, bertemu roh baik dan jahat, bahkan melawan makhluk penjaga batas dunia yang menyeramkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 30

Minggu-minggu berlalu sejak Lingkaran Pengikat ditutup. Kehidupan mereka perlahan kembali normal. Kirana kembali belajar seperti biasa, meski tak bisa sepenuhnya melupakan apa yang telah mereka alami.

Namun pada suatu malam, saat hujan turun deras dan angin memukul jendela, suara bel rumah Kirana berbunyi.

"Siapa malam-malam begini?" gumam Kirana sambil turun ke pintu.

Saat dibuka, tak ada siapa-siapa hanya sebuah kotak kecil kayu basah oleh hujan. Ia membawanya ke dalam, dan saat dibuka... sebuah rekaman kaset pita tua ada di dalamnya, serta secarik kertas bertuliskan:

“Lorong beku memanggil. Suara-suara tak bisa keluar, tapi mereka terus berbicara.”

Kirana memanggil teman-temannya keesokan harinya. Mereka semua berkumpul di ruang bawah tanah rumah Radit yang biasa dipakai sebagai ruang rahasia mereka.

Dengan alat pemutar pita tua yang dipinjam dari rumah kakek Jalu, mereka memutar kaset itu. Suara statis memenuhi ruangan, lalu terdengar suara perempuan berbisik:

"Tolong... kami... terjebak... ruang bawah... sekolah... bekas RS... dingin... sangat dingin..."

Kemudian—suara jeritan. Lalu hening.

---

"Ruang bawah tanah sekolah? Bekas rumah sakit?" tanya Diriya.

Kezia membuka laptop dan mulai mencari.

"Ada satu. SMK Medika Nusantara. Dulu bekas rumah sakit militer. Sudah dipakai sebagai sekolah keperawatan sekarang. Tapi katanya... lorong bawah tanahnya belum ditutup."

"Kita ke sana," kata Kirana tegas.

---

SMK Medika Nusantara tampak modern dari luar. Tapi petugas penjaga tua menatap mereka dengan pandangan aneh saat mereka menanyakan tentang ruang bawah tanah.

"Kalau bisa, jangan ke sana. Lorongnya dingin sekali. Pernah ada siswa magang yang... hilang. Tak kembali."

Namun malam itu, dengan memanfaatkan peta lama RS militer yang mereka temukan di internet, mereka menyelinap masuk melalui ruang lab anatomi.

Lorongnya sempit. Dinding beton lembap dan suhu jauh lebih dingin dari seharusnya.

"Ini... bukan dingin biasa," gumam Nila. "Rasanya seperti... beku dari dalam tubuh."

Lampu senter mereka mulai berkedip. Terdengar suara tangisan lirih... dan bisikan yang tak berasal dari satu arah.

"Kalian datang... tapi tidak boleh pulang..."

---

Di salah satu ruangan kecil mereka menemukan bekas ruang operasi dengan meja logam di tengah. Namun yang mengejutkan, tubuh-tubuh membeku tergantung dalam es di dinding—tak membusuk, seolah waktu berhenti.

"Mereka... siswa-siswa yang hilang itu!" seru Radit.

Tiba-tiba, salah satu dari tubuh itu membuka mata.

Kirana mundur terkejut. "Buka... kunci suhu... kami... hidup... tapi tak bisa bergerak..."

Di pojok ruangan ada satu generator kuno menyala dengan lemah. Mereka mencari panel kontrol dan memutar tombol pelepas suhu.

Suara mesin mengerang, lalu suhu naik perlahan. Es mulai mencair. Tubuh-tubuh itu jatuh satu per satu.

Salah satu gadis langsung menangis dan berbisik, "Terima kasih... suara kami akhirnya sampai ke kalian..."

---

Tapi suara jeritan muncul dari lorong belakang. Sosok tinggi besar, mengenakan jas operasi berlumur darah, muncul membawa gergaji besar.

"Berlari!" teriak Kirana.

Mereka membawa para korban selamat dan keluar dari lorong bawah tanah, hanya selangkah lebih cepat dari suara langkah berat yang terus membayangi.

Saat tiba di permukaan dan menutup pintu besi lorong itu, suara di dalam mendadak berhenti.

---

Keesokan harinya, pihak sekolah memutuskan menutup akses ke ruang bawah tanah sepenuhnya. Polisi membawa para siswa selamat ke rumah sakit.

"Ternyata... tidak semua jeritan berasal dari arwah," bisik Diriya. "Beberapa... hanya ingin didengar."

Kirana menatap langit mendung. "Dan kita harus terus mendengar... karena dunia ini menyimpan lebih banyak suara... dari yang kita sangka."

---

Beberapa hari setelah penyelamatan di lorong beku, suasana kembali tenang. Namun kedamaian itu hanya sebentar. Kali ini, gangguan datang dari tempat yang sangat tak terduga—sebuah galeri seni.

Semua berawal dari undangan misterius yang diterima Kezia. Sebuah surat undangan eksklusif, dikirim ke rumahnya tanpa nama pengirim, mengajak mereka menghadiri pembukaan pameran lukisan bertema: "Wajah-Wajah yang Hilang."

"Aku gak pernah daftar acara begini," kata Kezia sambil menunjukkan undangannya. "Tapi anehnya, surat ini pakai nama lengkapku. Termasuk nama tengah yang jarang kupakai."

Kirana membaca surat itu. "Alamatnya dekat. Galeri tua yang pernah ditutup lima tahun lalu karena kebakaran."

---

Mereka pun pergi ke sana malam itu. Galeri itu berdiri di ujung jalan sempit, dikelilingi bangunan tua dan lampu jalan yang redup. Begitu masuk, aroma cat minyak dan debu menyambut mereka.

Namun yang paling membuat bulu kuduk mereka berdiri adalah lukisan-lukisan yang dipajang.

Semua lukisan menggambarkan wajah-wajah manusia yang seolah menatap langsung pada pengunjung. Tatapan mereka... terlalu nyata.

"Ini... bukan sekadar seni," bisik Diriya. "Wajah-wajah ini... seperti terperangkap."

---

Di ujung aula, terpajang sebuah lukisan besar yang ditutupi kain hitam. Penjaga galeri yang tak banyak bicara hanya berkata, "Lukisan terakhir akan dibuka pukul sembilan malam."

Waktu terus berjalan. Saat jarum jam menyentuh angka sembilan, kain itu disingkapkan.

Mereka semua tertegun.

Wajah Kirana.

Di dalam lukisan itu, Kirana berdiri di taman bunga dengan gaun putih. Namun di balik senyumannya, ada kilau kesedihan dan... bisikan.

Telinga mereka berdengung. Dari lukisan itu, terdengar suara pelan:

"Satu jiwa telah masuk. Jangan abaikan panggilannya... atau kalian akan menggantikannya."

---

Tiba-tiba lampu galeri padam.

Lukisan-lukisan lain mulai berubah. Tatapan wajah-wajah dalam kanvas kini bergerak mengikuti mereka. Bahkan beberapa... menangis.

"Mereka terperangkap!" seru Jalu.

Radit berteriak, "Itu... itu wajah-wajah korban yang hilang! Lihat! Aku kenal yang ini anak SMK Medika yang katanya tidak ditemukan!"

---

Sebuah lukisan besar jatuh dari dinding dan pecah.

Dari balik kanvas yang robek, keluar sosok perempuan berpakaian seperti penjaga galeri, namun wajahnya datar dan matanya kosong.

"Seni... harus abadi. Maka jiwa-jiwa harus menetap. Dan kalian... adalah karya paling sempurna."

Kirana melangkah maju. "Kau yang menjebak mereka dalam lukisan?!"

"Aku hanya penjaga bingkai. Sang pelukis sejati... adalah arwah yang kehilangan wajahnya. Ia mencari siapa pun... untuk dipakai."

---

Dalam kepanikan, mereka mencoba membakar salah satu lukisan.

Tapi api tak menyentuhnya.

"Ini bukan kanvas biasa!" teriak Diriya. "Lukisan ini dibuat dari benang roh! Hanya bisa dihancurkan dari dalam!"

Kirana menatap lukisannya sendiri. Tatapan dirinya di dalam kanvas... mengangguk pelan.

"Aku masuk," bisiknya.

"Apa?! Gila?!" seru Radit.

"Hanya aku yang punya salinan wajah di dalam sana. Kalau tidak, lebih banyak jiwa yang akan hilang. Aku masuk. Tapi kalian... harus tarik aku kembali tepat jam sepuluh malam. Jangan terlambat."

---

Dengan mantra dari buku lama peninggalan Melati, Kirana menyentuh lukisan. Tubuhnya tersedot masuk—seolah larut dalam cat.

Ia terbangun dalam dunia lukisan. Langit tak bergerak, bunga tak berbau, dan wajah-wajah tanpa mata mengelilinginya.

"Selamat datang, gadis berwajah lengkap..." bisik suara dalam kabut.

---

Di dunia nyata, jarum jam terus mendekati angka sepuluh.

Radit dan Jalu bersiap dengan mantra pelepasan. Diriya menjaga lingkaran garam. Kezia dan Nila memegang tali roh yang terikat di pergelangan tangan Kirana.

Saat jarum menyentuh angka sepuluh—mereka menarik.

Dan dari dalam lukisan, cahaya putih menyembur, memecahkan kaca. Kirana terlempar keluar, membawa satu potret kecil di tangannya—lukisan asli sang pelukis: pria dengan wajah kabur, namun kini terlihat jelas... wajah kepala sekolah lama yang dulu menghilang dari SMA Tunas Harapan.

---

Semua lukisan di galeri itu hancur dalam sekejap.

Dan di kejauhan, terdengar suara perempuan berbisik:

"Satu wajah telah dikembalikan. Tapi masih banyak yang hilang... dan kanvas tak pernah kosong."

Bersambung

1
MARQUES
cerita nya seru thor lanjutkan terus karya barunya🙏
youuu
gada S2 nya thor?
Cindy
lanjut kak
Cindy
lanjut
Cindy
lanjut kak
Osie
adeknya jd kirana..kagak ada rehat dikitpun..kapan waktunya buat belajar n main
Husein
kisahnya sangat menarik 👍👍👍
Osie
anakku bisa melihat tapi tdk bisa berkomunikasi dgn mereka..bahkan dr semenjak usianya msh balita sp skrg sdh 19thn
Osie
aku hadiiiirrrr...indigo satu kata yg selalu bikin aku terpesona..
Cindy
lanjut kak
Tiara Bella
baca siang aja merinding apalg baca malam²....maaf ya Thor aku bisa bacanya pas siang aja. ..klu malam baca yg aja....soalnya aku takut hehehe....
Husein
wow👍👍👍
Wulan Sari
lanjut bikin penasaran
SecretS
lanjut kak, lagi seru loh ini !!!!
Husein
kereeennnn 👍👍
Tiara Bella
wow author kesana kemari bawa cerita seru....semangat ya
MARQUES
cerita sangat bagus kalau bs lanjutkan terus pertualangan Kirana tanpa ada cinta cintaan thor biar cerita ny makin menarik trus untuk di baca sekian saran saya thor 🙏😄
Cindy
lanjut kak
mustika ikha
penasaran thor kelanjutannya, /Determined//Determined//Determined//Determined/
Tiara Bella
takut bacanya tp penasaran hehehhee.....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!