Kiss Me

Keesokan harinya saat Anya terbangun ia sudah tidak melihat pria yang sudah membuat dirinya tidur di lantai, Anya keluar dari kamar sambil mengusap-usap pinggangnya yang terasa sakit.

“Wah, ada yang sudah menghabiskan malam penuh keringat nih.” Sindir Reyno yang berjalan ke arahnya.

Anya menoleh. “Ck! Keringat palamu!” Ketus Anya sambil mendelik dan melanjutkan langkahnya.

“Bukannya pinggangmu sedang sakit karena aku yakin Kak Arsen tipe yang brutal saat di atas ranjang.” Ujar Reyno sambil mensejajarkan langkahnya dan merangkul pundak sahabatnya itu.

Anya menoleh sekilas sambil berdecak, andai saja Irina tidak pulang semalam mungkin Anya bisa mewakilkannya pada Irina untuk menghajar pria di sampingnya itu, sayangnya saat ini Anya enggan bertengkar karena tubuhnya yang sakit.

“Ck! Brutal apanya? Badanku remuk karena kakak mu nyuruh aku tidur di lantai!” Adunya kesal dengan bibir mengerucut.

Seketika Reyno tertawa puas. “Sudah ku duga, Kak Arsen memang anti wanita.” Ujarnya, ternyata tebakannya selama ini benar karena Reyno tak pernah melihat Arsen bersama dengan wanita.

Anya menghentikan langkahnya sambil menahan marah, sepontan Reyno menatap ke arahnya.

“Kenapa?”

“KALAU DIA GAK SUKA WANITA KENAPA KAMU BUAT AKU NIKAH SAMA DIA!! DASAR REYNO SIALAN!!!” Teriak Anya sambil memukul-mukul dada bidang Reyno dengan air mata yang keluar dari sudut matanya.

Reyno berusaha menenangkan Anya dengan menahan kedua pundaknya. “Dengerin aku dulu.” Ucap Reyno serius, Anya pun terdiam sambil terisak kesal dia masih belum rela menerima kenyataan jika statusnya sudah berubah menjadi istri orang yang paling di bencinya.

“Aku bisa bantu buat bikin kamu cerei sama Kak Arsen.” Ucap Reyno, Anya pun mulai tertarik ia menyeka kasar air mata yang ada di pipinya. “Tapi gue butuh bantuanmu, sebelum buat kalian cerei.” Lanjutnya.

“Apa? Aku bakalan lakuin apapun itu asal aku cerei sama kakakmu.” Ujar Anya, karena dia tidak mau menderita seumur hidupnya bersama dengan orang yang sama sekali tidak di cintainya.

Baru semalam saja menikah, perlakuannya sudah sangat kasar. Anya terpaksa tidur di lantai beralas ambal karena menghindari ancaman pria itu yang bilang akan menciumnya jika dirinya tidur di atas ranjang.

“Kamu pastiin kalau miliknya gak tegang, dengan begitu dia punya kelainan dan kamu bisa gugat cerei dia dengan alasan itu.” Ucap Reyno serius.

Anya terlihat sedang mencerna ucapan sahabatnya, namun Reyno yakin jika sahabtnya yang sedikit lola ini tidak mengerti maksudnya. “Kamu pegang senjatanya, kalo gak berdiri itu tandanya dia kelainan.”

“Emang ada senjata yang bisa berdiri kalau di pegang?” Tanya Anya bingung, dia setuju tentang gugatan cereinya namun dia masih bingung dengan apa yang harus dia lakukan.

Plak!

Reyno menepak keningnya sendiri, lalu mendekati telinga gadis itu untuk berbisik.

“Hah!! Kau gila Reyno, kau mesum!” Pekik Anya sambil memukul sahabatnya.

Reyno tertawa lalu menarik pundak Anya agar mereka kembali berjalan menuju ruang makan.

“Pikirkan baik-baik, ini buat masa depan mu.” Ucap Reyno sambil menyunggingkan bibirnya penuh arti.

Mereka pun sampai di ruang makan, di sana banyak orang yang sudah berkumpul. Mereka melihat kedatangan Reyno dan Anya terlihat biasa saja karena kedua anak itu sudah dekat sejak lama bahkan saling merangkul itu biasa, namun tidak dengan Arsen. Pria itu selalu kesal melihat keakraban kedua anak itu, menurut Arsen gak ada pertemanan yang tidak memakai perasaan.

Sama seperti dirinya yang menyukai Stela sejak lama, mulai dari bersahabat lama-lama Arsen memendam rasa pada Stela. Begitu juga Reyno dan Anya pasti salah satunya memiliki rasa.

Apalagi, saat tadi Arsen tidak sengaja melihat interaksi Anya dan Reyno yang saling berbisik dan tertawa, membuat Arsen semakin curiga.

“Anya, kamu duduk di samping suamimu. Layani dia, kenapa kamu bangun siang dan membiarkan Arsen menguruh dirinya sendiri.” Ujar Mami Vera saat melihat Anya dan Reyno hendak duduk berdampingan.

“Tidak apa-apa Mam, Arsen udah biasa nyiapin semuanya sendiri.” Jawabnya dengan lembut, Arsen selalu menghormati Mami Vera seperti Ibunya sendiri selama ini.

Sementara Anya bergerutu dalam hati karena melihat Arsen bersikap baik di depan semua orang, sementara di depannya Arsen selalu bersikap kasar.

Ya, Anya harus membuktikan kepada semua orang kalau Arsen adalah pria bermuka dua. Anya harus membuktikan kalau Arsen tidak sebaik yang mereka kira, apalagi Reyno bilang kalau Arsen memiliki kelainan.

“Fix, aku harus cerai.” Gumam Anya dalam hatinya.

Dengan malas, Anya pun duduk di samping Arsen lalu menyiapkan makanan untuk dirinya sendiri karena Arsen sudah lebih dulu makan.

Mereka pun melanjutkan obrolan bisnisnya yang sempat tertunda karena kedatangan Anya, sementara Anya gadis itu sibuk mengisi perutnya agar tenaganya bisa pulih kembali.

“Bagaimana malam pertamanya?” Sindir Alterio tiba-tiba sampai membuat semua orang menatap ke arah pengantin baru itu, Anya bahkan sampai menghentikan mulutnya yang sedang mengunyah.

“Lancar.” Jawab Arsenio bohong, seketika Anya menatap ke arah Arsen dengan mata membulat.

“Al, kamu ini jangan bikin malu pengantin baru.” Ucap Ayah Adnan sambil terkekeh, semua orang di sana ikut tertawa.

Sementara Arsenio kini sedang tersenyum pada istrinya, senyuman itu terlihat sedang mengejek Anya sampai membuat Anya geram.

Karena benar kata Reyno, kalau Arsen akan bertingkah jika semuanya baik-baik saja apalagi soal malam pertama. Kemungkinan besar Arsen sedang menyembunyikan sesuatu atau kelemahannya kalau pria itu menyukai sesama jenis.

Anya mengangkat dagunya dengan percaya diri, sebelah alisnya terangkat menunggu reaksi suaminya karena saat ini tangan Anya mulai menjalar di paha pria itu, pria yang katanya tidak akan bisa tegang jika di sentuh wanita dengan begitu Anya bisa cerei dari Arsen jika dia ketahuan memiliki kelainan.

Senyuman Arsen menghilang seketika setelah meraskana sentuhan di bagian pahanya, keningnya mengernyit melihat sosok asli istrinya.

Sudah ia duga jika Anya bukan wanita baik-baik, Arsen menepis tangan Anya dari balik meja. Namun tangan Anya semakin kuat, wanita itu juga mulai merambat naik pada bagian selangkangannya.

Brugh!

Seluruh orang menatap ke arah Arsen dengan tatapan bingung, pria itu berdiri tiba-tiba sampai membuat meja makan sedikit bergoyang.

“Arsen kamu kenapa, Nak?” Tanya Bunda Alika.

“Kak Arsen lupa kalau hari ini ada meeting online, Bun.” Jawab Anya bohong agar pria itu tidak terus berada di sampingnya dan segera enyah dari pandanganya.

“Iya Bun, aku meeting bentar yah.” Ucap Arsen dengan segera ia menyentuh tangan Anya. “Ayo, bantu aku siapkan keperluanku.” Ajak Arsen.

Anya menggelengkan kepalanya. “Gak mau aku lagi makan.” Tolak Anya, namun ia langsung mendapat tatapan tajam dari Maminya.

.

To be continued…