NovelToon NovelToon
Jingga Swastamita

Jingga Swastamita

Status: tamat
Genre:Tamat / Konflik etika / Angst / Enemy to Lovers
Popularitas:7.8k
Nilai: 5
Nama Author: CHIBEL

Namanya Jingga Swastamita, seorang gadis yang hidup selama 19 tahun di panti asuhan.

Jingga, nama yang di berikan oleh ibu kandungnya, serta Swastamita yang memiliki arti senja. Nama yang di berikan oleh Ibu panti, karena ia ditemukan saat matahari akan kembali ke peraduannya.

Tanpa ia duga, seorang pria yang mengaku sebagai ayahnya datang menemuinya setelah bertahun-tahun lamanya dan membawanya tinggal bersama.

Dia akan hidup bersama ayah dan juga ketiga saudara laki-lakinya. Saudara yang pada kenyataannya sangat membenci kehadirannya.

Penderitannya di mulai sejak hari pertama ia menginjakkan kaki di sana. Mampukah Jingga melewati semua perlakuan buruk ketiga saudaranya? Apalagi salah satu dari mereka ternyata menginginkannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CHIBEL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5 - Kelinci dan Singa

"Apa yang kau lakukan di kamarku!"

Kau ketahuan si pemilik kamar, Jingga!

Awalnya dia bersyukur karena ternyata Jean sudah bangun, sudah pasti Jean akan pergi ke ruang makan setelah selesai membersihkan diri. Jadi dia langsung saja berniat keluar kamar.

Ternyata Jean sudah terlebih dahulu menyelesaikan ritual paginya dan melihat ada seorang gadis yang sangat ia benci tengah berdiri tak jauh dari tempat tidurnya.

"Aku tanya!! Apa yang kau lakukan di kamarku?!" kata Jean dengan nada dingin.

Jingga mematung di tempat, tangannya gemetaran. "Ayah memintaku untuk memanggilmu, aku kira kamu belum bangun, jadi aku langsung masuk saja," cicit gadis itu dengan mata terpejam.

Jean yang pada dasarnya memang baru saja selesai mandi, sudah pasti ia hanya mengenakan handuk sebatas pinggang, tubuh bagian atasnya terekspos dengan jelas, bahkan butiran-butiran air masih mengalir melewati setiap lekukan tubuhnya.

"Jika aku masih tidur jadi kau bisa masuk ke dalam kamarku, begitu?! Bahkan pelayan yang di bayar ayahku tidak berani melakukannya! Siapa kau berani-beraninya melakukannya, hah!!"

"Apa ibumu tidak pernah mengajarimu sopan santun!!" Perkataan Jean semakin tidak terkendali.

Pemuda itu mendekat ke arah Jingga dan mencengkeram dagu gadis itu agar menatapnya. "Ah! Aku lupa jika kau adalah anak haram, Ibumu pasti tidak mengajarimu sopan santun karena dia juga tidak memilikinya. Orang yang memiliki sopan santun tidak akan berani

menggoda pria yang sudah bersuami!"

Kata demi kata yang dilontarkan Jean menusuk ulu hati Jingga dengan telak. Dadanya terasa begitu sesak, tenggorokannya tercekat.

"Kau hanya anak hasil perselingkuhan. Kau itu benalu di sini, akan lebih baik jika kau menyusul Ibumu mati!

Stop! Jingga sudah tidak kuat untuk mendengarnya. Tanpa rasa takut, dia melepaskan tangan Jean yang mencengkram dagunya.

Sudah cukup teman sekolahnya dulu yang menghinanya, hanya karena ia anak panti asuhan yang tidak jelas asal-usulnya. Dulu dia hanya diam karena tidak ingin beasiswanya di cabut jika dia berbuat onar, tapi kali ini dia harus berani.

Satu-satunya yang ia miliki saat ini hanyalah harga diri. Dia tidak peduli jika Ayahnya akan mengusirnya dari rumah ini. Justru itu lebih baik baginya.

Jean terkejut akan respon dari gadis di depannya yang sama sekali tidak terlihat takut dengannya. Sangat berbanding terbalik dengan sifat gadis itu beberapa menit yang lalu.

Pemuda itu tersenyum miring kala melihat raut wajah Jingga yang tampak memendam amarah. "Apakah sang kelinci sedang mencoba memberontak dari cengkeraman seekor singa?!" ucapnya dengan remeh.

Jingga tetap melayangkan tatapan permusuhan, "Aku memang tidak pernah di ajari sopan santun oleh Ibu kandungku sendiri. Kau juga boleh memanggilku dengan sebutan anak haram atau apapun itu. Aku sudah tidak peduli!" tukasnya.

Setelah mengatakan itu, Jingga hendak berbalik dan pergi dari kamar Jean. Tetapi pemuda bersurai hitam itu lebih dahulu menarik lengannya.

"Wow! Kemana perginya gadis polos dan penakut satu minggu yang lalu. Apakah ini memang sifat aslimu yang asli?"

Jingga menghempaskan tangan Jean dengan kuat. "Jika memang benar aku adalah anak hasil perselingkuhan, setidaknya aku tidak seperti dirimu. Hidup mewah sedari kecil dengan orang tua lengkap hingga dewasa, tetapi memiliki perangai yang sangat buruk!"

"Aku kasihan kepada Tante Tania dan Ayah Jerry, mereka pasti sudah berusaha keras membesarkan anak-anaknya dengan baik, tapi apa? Anak-anaknya justru menindas dan menghina orang yang sama derajatnya di mata Tuhan."

Meledak sudah amarah Jingga, semua kata-kata yang terpendam selama satu minggu ini akhirnya menguap sudah. Dadanya sedikit lega saat ia berhasil mengeluarkan unek-uneknya.

Rahang Jean mengeras, matanya memerah, kedua tangannya mengepal dengan kuat. "Benar-benar tidak berguna. Aku menyesal menyelamatkanmu yang kedinginan di gudang hari itu."

Senyum miring Jingga berikan kepada pemuda yang hanya beda usia 2 bulan dirinya. "Aku tidak menyuruhmu untuk membantuku," decihnya.

Setelah mengatakan itu Jingga keluar dari kamar Jean, meninggalkan pemuda itu sendiri dengan perasaan rumit yang menghampirinya.

"Arrgghhh."

Teriakan Jean menggema di dalam kamar yang di desain kedap suara. Amarahnya benar-benar memuncak. Aku tidak akan membiarkan hidupmu tenang, batinnya dengan napas yang terengah-engah.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Jingga duduk bersama ratusan calon mahasiswi baru di auditorium kampus. Para mahasiswa baru dibuat kelompok dan dikumpulkan berdasarkan prodi yang mereka pilih.

Sudah satu jam lebih ia duduk dan mendengarkan arahan serta beberapa aturan yang di berikan oleh ketua BEM serta senior masing-masing jurusan.

"Lama amat!"

Jingga yang awalnya menatap ke depan menolehkan kepalanya sekilas ketika mendengar gerutuan dari sampingnya. Seorang gadis yang lebih muda darinya, dengan tampilan tomboy berdecak kesal.

"Gak capek apa ngomong terus dari tadi."

Jingga juga merasakan yang sama, bokongnya terasa kebas karena duduk langsung di atas lantai yang keras tanpa bergerak sedikitpun.

"Kenalin, gue Reana. Panggil aja Rea," ucap gadis tomboy itu ketika menyadari jika Jingga meliriknya.

Jingga kembali menoleh dan tersenyum manis, "Jingga," balasnya pelan.

"Gue ma--"

"Kalian berdua kalau mau ngobrol sana maju kedepan! Sekalian pake toa biar satu kampus denger!"

Jingga dan Reana kompak menoleh ke arah seseorang yang menegur mereka. Ternyata itu adalah sekretaris BEM yang berdiri dengan sok garang tak jauh dari posisi duduk mereka.

Karena tidak mau mendapatkan masalah di hari pertama ospek, keduanya hanya diam dan kembali menatap ke arah ketua BEM yang masih berbicara di depan.

"Kayaknya harus di kasih hukuman biar kapok."

Suara seorang pemuda terdengar dari belakang Jingga. Suara yang amat sangat ia kenali, suara dari pemuda yang pagi ini beradu mulut dengannya.

Siapa lagi kalau bukan Jean Januarta, saudara tiri serta seniornya di Fakultas Seni dan Desain. Seseorang yang seharusnya ia hindari.

Jingga menoleh ke belakang dan dengan jelas melihat Jean yang tengah berdiri angkuh dengan tatapan tajam yang langsung mengarah padanya.

Bersambung

1
HiLo
ceritanya menarik
WiLsania
jalan ceritanya kek naik rollercoaster
Fatma Kodja
malang benar nasib jingga, ayo Paman Yudha bawa jingga sejauh-jauhnya agar tidak ditemukan oleh ayahnya dan juga kakak tirinya, biarkan mereka menerima karma karena akibat kesalahan ayahnya yang memperkosa ibunya hingga menghasilkan jingga dan sekarang jingga juga korban dari perkosaan saudara tiri dan juga Mario
Fatma Kodja
jahat sekali Jason sama Jean kenapa mereka tega sama jingga padahal jingga juga korban karena terlahir dari anak yang tanpa status nikah
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!