NovelToon NovelToon
Kala Sungsang

Kala Sungsang

Status: tamat
Genre:Horor / Matabatin / Time Travel / Iblis / Akademi Sihir / Tamat
Popularitas:9.1k
Nilai: 5
Nama Author: I Putu Weda Kresna Witana

Dalam kehidupannya yang tampak biasa, Manik merasakan sentuhan kehadiran yang misterius dan menakutkan. Amurva, sosok yang muncul di berbagai sudut hidupnya, membawanya ke dalam lapisan gelap dunia yang tak terduga.

Namun, dia segera menyadari bahwa keberadaan Amurva adalah awal dari sebuah petualangan yang tak terbayangkan. Kekuatan sihir yang mengelilinginya memasuki dunianya, membuka pintu bagi entitas supranatural yang bertujuan baik, dan juga bagi seorang pengejar kegelapan yang berbahaya - Kala Sungsang.

Manik, terjebak di persimpangan nasib, harus mengungkap misteri di balik kekuatan luar biasa ini dan menemukan jalan untuk melindungi dunianya dari ancaman yang tak terlihat. Tetapi, apakah dia cukup kuat untuk menghadapi arus gelombang magis yang misterius ini?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon I Putu Weda Kresna Witana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ketidaktahuan di Bawah Pohon Jambu

    Manik tinggal di sebuah rumah bersama tiga kepala keluarga. Rumahnya terbilang luas, memanjang ke belakang. Manik adalah salah satu anak yang paling sering bermain di halaman rumah, dan ia bahkan lebih suka bermain di dalam rumah daripada di luar. Dia adalah anak perempuan yang inisiatif dan selalu siap membantu orang tuanya dengan tugas-tugas seperti menyapu halaman, mencuci piring, dan menyetrika pakaian.

    Seringkali, Manik bermain sendirian di rumah karena orang tua dan anggota keluarga lainnya sibuk dengan kegiatan bersama Sesor. Para paman dan bibi Manik juga sibuk dengan pekerjaan mereka sebagai penjual pernak-pernik rumahan. Adik Manik, yang bernama Ade, sering dititipkan kepada saudara ibunya di wilayah Mandaya-adaya utara.

    Untuk mengisi waktu luangnya, Manik kerap bermain di halaman rumah atau bahkan naik ke atas pohon untuk bersantai sambil membaca buku. Di sekitar halaman rumah Manik, terdapat pohon jambu yang sering digunakan untuk tempat bermain api atau berbincang dengan teman-temannya.

    Ketika buah jambu sudah matang, Manik biasanya memberitahu teman-temannya untuk datang ke rumahnya. Biasanya, ia menjualnya seharga dua ribu rupiah per buah atau lima ribu rupiah dengan bumbu rujak jambu. Biasanya, semua buah jambu habis terjual dalam waktu singkat.

    Namun, pamannya tidak senang dengan hal ini karena merasa bahwa keponakannya menjual buah jambu tanpa memberikan uang kepadanya. Sehingga di malam hari, paman Manik seringkali mengambil semua buah jambu yang akan dijual oleh Manik keesokan harinya. “Ah, mengapa buah jambunya kosong,” gumam Manik dalam hati. Walaupun Manik mengetahui tindakan pamannya, ia tetap merasa bingung dengan sikap yang dilakukan oleh pamannya.

    “Baru saja aku ingin menjualnya kepada teman-teman,” kata Manik, memandangi buah jambu yang sudah hilang.

    “Oh, saya kira kamu sudah mengambil buahnya,” kata Pak Ida.

    “Belum, Pak,” kata Manik, dengan rasa kecewa.

    “Tidak apa-apa, kamu bisa memberitahu teman-temanmu bahwa buah jambunya sudah habis,” kata Pak Ida, mencoba menenangkan Manik.

    Perasaan Manik pasti terganggu karena pohon jambu yang ia rawat dengan baik hingga tumbuh subur seringkali dipetik oleh pamannya. Terutama ketika pohon jambu tersebut tidak berbuah dan hanya menghasilkan dedaunan yang gugur, paman Manik akan membuat keributan di rumah dan bahkan menyemprotkan pestisida ke pohon jambu. Namun, Manik selalu menyemprotkan air agar pohon jambu kesayangannya tidak mati.

    Hari ini, Manik memberitahu teman-temannya bahwa buah jambunya sudah habis karena diborong oleh teman ayahnya. “Mohon maaf teman-teman, jangan datang ke rumahku siang ini ya, karena buah jambunya sudah habis,” kata Manik di depan kelas. Teman-temannya terkejut mendengar berita ini.

    “Manik, tidak ada sisa buatku?” tanya Astrid. Pertanyaan serupa juga diajukan oleh yang lain.

    “Hm, maaf ya teman-teman,” jawab Manik.

Malam Hari yang Menyedihkan

    Lagi dan lagi, Manik menyendiri di rumah. Manik memutuskan untuk bermain di bawah pohon jambu hanya untuk mengisi waktu tanpa tujuan yang jelas. Ia membakar korek kayu, kelakuan yang agak aneh, tetapi Manik merasa bahwa dengan cara ini ia bisa menghibur dirinya sendiri. “Hm... sepertinya itu Paman Wesi sedang mencuci,” gumam Manik tanpa banyak memperhatikan pamannya.

    Paman Wesi adalah kakak kandung ayah Manik. Silsilah keluarga mereka adalah Paman Wesi sebagai anak pertama, bapak Manik anak kedua, Tante Ami anak ketiga, dan Paman Siong anak keempat. Paman Wesi adalah tipe orang yang cukup egois dan jarang peduli dengan Manik dan Ade, adiknya Manik. Meskipun bapaknya Manik sering berusaha menjaga dan merawat anaknya dengan baik, hal itu tidak berlaku bagi Paman Wesi.

    Manik memandang Paman Wesi yang sibuk membawa ember cucian dan hendak menggantungnya di tali di belakang rumah mereka. Manik berada di tengah-tengah, sementara Paman Wesi berada di belakang rumah. Paman Siong tinggal di depan rumah. Halaman tengah rumah Manik cukup luas untuk bermain.

    Manik tahu bahwa Paman Wesi tidak terlalu peduli dengan mereka. Bahkan ketika bapak Manik mencoba menjalin kerjasama untuk menjaga dan mengasuh anak-anak mereka bersama-sama, Paman Wesi tidak menunjukkan rasa peduli yang sama.

    Pohon jambu yang Manik lihat mengingatkannya pada saat dia ditinggalkan dan tidak diberi makan sepanjang hari hanya untuk membersihkan halaman dan membantu Paman Wesi membawa barang-barang ke toko. Itulah mengapa ibunya telah memberi tahu Manik untuk menjaga jarak dengan Paman Wesi.

    Dari bawah pohon jambu, Manik sesekali melirik Paman Wesi yang sibuk dengan cucian. Meskipun ingin membantu, Manik memutuskan untuk tidak melakukannya malam ini. “Aku ingin membantu, tapi bukan malam ini,” gumam Manik dalam hatinya.

    Tengah asyik bermain di bawah pohon jambu, Manik tersenyum dan berkata kepada Paman Wesi, “Jangan usil, Paman. Fokus pada pakaianmu saja!”

    Paman Wesi hanya diam dan menoleh ke arah Manik. Manik merasa sedikit kesal melihat sikap acuh Paman Wesi. Manik pun melanjutkan menggambar di tanah, melampiaskan kekesalannya.

    Tiba-tiba, Manik merasa ada yang mengetuk punggungnya. “Paman, kenapa kamu usil?” Manik bertanya, menoleh ke arah Paman Wesi yang berada agak jauh di utara, dekat dengan keran air.

    Paman Wesi tetap diam.

    Manik mencoba untuk mengabaikannya, tetapi lagi-lagi punggungnya terasa disentuh. Kali ini, Manik berpikir bahwa Paman Wesi mungkin saja yang bermain-main dengannya. Dia berputar untuk mengecek, tetapi tidak ada siapapun di dekatnya. Kemudian, dia berpikir bahwa Paman Wesi mungkin memiliki tangan yang sangat panjang dan mencapai punggungnya dari tempatnya berdiri di utara. “Mungkin itu mungkin,” gumam Manik sambil mencoba memahami cara Paman Wesi mencolek punggungnya sebanyak tiga kali.

    Namun, Manik memutuskan untuk tidak terlalu memikirkannya dan melanjutkan bermain di bawah pohon jambu. Dia memilih untuk menghibur dirinya sendiri dan menerima kenyataan bahwa tidak ada buah jambu yang bisa dimakan, apalagi untuk dibagikan ke teman-temannya.

Paman Wesi dengan Wujud Menyeramkan

    Asyik bermain di bawah pohon jambu, Manik merasa sebuah tangan mencolek punggungnya. Ia segera memandangi Paman Wesi yang berdiri dalam posisi tegak. Ini sudah yang keempat kalinya, tetapi setelah Manik memikirkannya, tidak mungkin seorang manusia memiliki tangan yang begitu panjang. Manik melihat lagi ke arah Paman Wesi, yang saat itu berada di dekat keran air, dan Paman Wesi sedikit menoleh ke arah Manik.

    Manik seketika merasa ketakutan dan berlari menuju kamar tidurnya. Nafasnya tersengal-sengal dan tangannya gemetar oleh ketakutan. Wajah Paman Wesi terlihat menyeramkan dalam pandangan singkat Manik.

    Di dalam kamar tidurnya, Manik mulai memikirkan, “Lalu, tangan siapa tadi yang mencolek punggungku?” Manik merenung dalam hati. Ia berusaha memejamkan matanya agar bisa tidur dengan cepat, menjaga dirinya tertutup selimut. Meskipun suasana panas di bawah selimut membuatnya sesak napas, Manik tetap takut untuk keluar dari selimutnya.

    Dengan perasaan cemas, Manik bertanya-tanya tentang apa yang baru saja dialaminya. Ketika mencoba tertidur, ia merasa sangat takut untuk keluar dari kamar. Nafasnya tersengal-sengal karena panas di bawah selimut, tetapi Manik masih enggan untuk melepaskan selimutnya.

    Manik juga merasa geram terhadap kedua orang tuanya karena belum juga pulang meskipun sudah larut malam, kira-kira pukul 10:00 malam.

~ Catatan ~

    Setiap kisah dimulai dengan pembukaan, terbentuk perlahan menjadi sebuah makna. Tidak ada yang instan dalam keterbatasan manusia. Namun, tidak ada yang tidak mungkin jika Tuhan menghendakinya; siapapun dapat menjadi apa pun. Terlepas dari segala hal, semuanya akan berlalu perlahan-lahan menuju tujuan.

    Kisah-kisah hidup kita adalah jalinan unik dari peristiwa-peristiwa, pengalaman, dan tindakan-tindakan kita sendiri. Semua bagian dari cerita ini terbentuk oleh setiap keputusan dan pilihan yang kita buat. Terlepas dari rintangan yang mungkin kita hadapi, ingatlah bahwa setiap langkah membawa kita lebih dekat ke arah tujuan kita. Tidak ada yang dapat menggantikan proses dan perjalanan ini. Hargailah setiap bab dalam kisah hidup Anda, karena itulah yang membuat Anda menjadi diri Anda yang seutuhnya.

1
Vivi Z
lanjut author
weda kresna witana: oke siap
total 1 replies
Vivi Z
😭
weda kresna witana: jangan sedih-sedih reader
total 1 replies
Dima
sepi nih
weda kresna witana: Iya nih kurang ramai reader, kayaknya harus bikin konser
total 1 replies
Dima
gas terus author
weda kresna witana: pelan-pelan pak sopir
total 1 replies
Vivi Z
Kalau aku mah bukan ketakutan lagi, udah pingsan 🤣🤣🤣
weda kresna witana: Hahaha... author tahan dulu emosinya, soalnya author juga pas nulis cerita horor malah suka kagetan ^^
total 1 replies
Vivi Z
🥹🥹🥹author semangat ya
weda kresna witana: Berasa sih semangatnya terus!
total 1 replies
Vivi Z
Panji pasti ngang ngeng ngong thor untung Panji gak teriak terus loncat ke Manik 🤣
weda kresna witana: Panji kayaknya kuat sih
total 1 replies
Vivi Z
author... terlalu nyaman baca di noveltoon. manjakan lah kami pembacamu di platform ini author hihi... terus kalau bisa tambah lagi novel2 horor nya
weda kresna witana: Author bakal terus bertumbuh dan berkembang, ikutin terus author, karena author ingin reader senang... Author akan upayakan fokus ke noveltoon, jangan lupa download noveltoon *duh jadi promosi noveltoon hahaha
total 1 replies
Vivi Z
🥰🥰🥰🥰
weda kresna witana: seperti sedang jatuh cinta nih reader ^^
total 1 replies
Vivi Z
iiih kebayang ada orang malam2 manggil nama kita 🤣
weda kresna witana: kata orang tua sih katanya jangan nengok, cari aman aja
total 1 replies
Vivi Z
Manik bener2 nyalinya tinggi
weda kresna witana: Author salut juga kok sama Manik ahhaha
total 1 replies
Agas
ngeri juga ya wkwk
weda kresna witana: banget
total 1 replies
Agas
mampir thor
weda kresna witana: silakan gas
total 1 replies
Agas
gak kerasa ya udah 10 bab thor wkwkwk lama2 bisa jadi fans bayangan ke 100 eps
weda kresna witana: hahaha, kalau bisa 1000 episode
total 1 replies
Agas
lanjut lagi author
weda kresna witana: siap dilanjutkan agas
total 1 replies
Agas
berani juga Manik nanya ke makhluk goib wkwkwk
weda kresna witana: Kadang harus diberaniin sih
total 1 replies
Agas
Event genre horor cocok sih ini ceritanya fresh
Vivi Z: iya bener nih. semoga authornya juara 1 hahaha
total 1 replies
Dima
kayaknya yg digudang itu ada nayla lagi deh... kan awal2nya Nayla memang baik sama Manik... eh gak tahu deh, asal nebak aja hahaha
weda kresna witana: Kan nayla bukan nenek-nenek loh, eh apa iya juga ya, kayaknya gak sih ^^ dududu
total 1 replies
Dima
kenapa bisa Manik ketemu makhluk dimaha ini author... apakah ini tandanya Manik bakal masuk ke dimensi peteng??? ditunggu kelanjutannya author... Aku penasaran kalau Manik mengalami teror terus nyelamatin temen2nya deg2an sih kek main petak umpet sama Panji, untung Panji berhasil kabur
weda kresna witana: wah baca kelanjutnya sih, wajib. Soalnya Manik punya .... hehehe isi sendiri
total 1 replies
Dima
Mulai seru author. Intinya aku padamu yaaaa hihihi... jangan menyerah. Selalu semangat, kalau sempat balas chat, kalau nggak juga gak masalah. Aku tahu author pasti berjuang keras. Aku kasi gift tonton iklan dulu aja ya hihi... Semangat bujang
weda kresna witana: Nyerah karena belum bisa jadi yang terbaik buat pembaca
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!