Ini cerita tentang gadis yang periang, cantik dan pintar. Nina namanya, sekarang berusia 17 tahun dan telah masuk Sekolah Menengah Atas, dia tinggal bersama 2 saudarinya dan kedua orangtuanya. Mereka tinggal di sebuah desa kecil dengan pemandangan alam yang indah. Tinggal di sana bagaikan tinggal di surga, penuh dengan kebahagiaan. Namun, ada satu masalahnya. Dia diam-diam suka sama seseorang,....Ayo tebak siapa yang dia sukai yah??...
lanjut baca part-nya !
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hijab Art, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 20
Saat Pentas Drama
_
-
Nina sebagai Becce
Iyan sebagai Joni (si pemuda Tampan, katanya sih)
Dila sebagai Tuo (nenek Becce)
Aldy sebagai kepala Desa
--------
Di suatu hari yang cerah, seorang gadis desa dari kalangan suku Bugis bernama Becce Panrita Gau' tak sengaja bertemu dengan seorang pemuda tampan.
"Aduhh...", ringis kesakitan Becce karena tak sengaja ditabrak oleh seseorang yang sedang tergesa-gesa.
"We magako tu labe-labe bawang. Demettong na muitaka?! (hei!, kenapa kamu tabrak saya?, kamu tidak punya mata yah?!)", marah Becce dengan logat khas suara tinggi, ia marah karena kue yang ia bawa terjatuh karena ditabrak oleh orang itu.
" Maaf, maaf. Saya tidak sengaja", ucap pemuda itu dan kemudian segera membantu Becce mengumpulkan kue-kuenya yang sudah tergeletak di jalanan.
"Maaf, maaf. Pedongkammu minta maaf, dena dulle malai ro beppae. De'na nedding dianre!, Majemmeng ni" (Maaf, maaf. Tidak usah minta maaf yah, tuh kue udah nggk bisa diambil lagi, nggk bisa dimakan lagi, itu udah kotor). Ucap Becce.
Namun, pemuda itu malah salfok dengan wajah Becce yang sangat cantik. Ia diam-diam menatap wajah Becce lama-lama.
"Berapa harganya?", tanya pemuda itu.
" Hah?", ucap Becce.
"Berapa harga semua kue ini?, saya akan ganti kerugian kamu", jelas Pemuda itu.
" Ja'na muganti i" (Jangan ganti), kata Becce kemudian berlalu pergi.
Namun, pemuda itu tak membiarkannya dan terus mengejar Becce. Ia merasa bersalah dan harus melakukan sesuatu atas kesalahan yang ia perbuat.
"Aku harus ganti. Atau apa yang bisa aku lakukan agar bisa menebus kesalahanku", kata pemuda itu.
" Ja'na. Makkedaki ja'na, ya ja'na. Ma yede urane nallellu tuttuka" (Saya bilang jangan ya jangan. Kenapa sih ini laki-laki na kejar-kejar terus ka, ih), jawab Becce dengan sedikit kesal dan agak centil.
("Hahah...hahah", ketawa para penonton yang menyaksikan penampilan mereka.)
Tak berapa lama kemudian seorang nenek tua bernama Tuo datang menghampiri mereka. (yang sebenarnya Dila dengan memakai Daster dengan make up seperti nenek-nenek dengan badan yang agak dibungkukkan memakai tongkat).
"Hei!, ma mu-gang-gu i eppoku, uhuk, uhuk...alai e, alai hu!", (Hei, kenapa kamu ganggu cucuku, uhuk, uhuk...ambil nih!)
Marah Tuo kepada pemuda itu sambil mengayunkankan tongkatnya pada Joni.
" Eh, eh. Sakit...nek!", kata Joni dengan ekspresi kesakitannya. (Di sini agak lucu lihat mukanya Iyan.)
("Hahaha...", katawa para penonton.
Hampir-hampir ajah Nina ikutan ketawa juga.)
" Nek, ja'na nek. Deto na nuka", (Nek, jangan nek. Dia tidak ganggu kok", kata Becce.
"Hem...awas ko ganggu i eppoku paimeng!", ucap Tuo sambil memukul Joni kembali dengan tongkatnya dan langsung dibawa pergi oleh Becce.
....
Beberapa hari kemudian, Joni yang telah tinggal beberapa hari di Desa itu, selalu memikirkan gadis desa itu.
" Kapan aku akan bertemu dengannya lagi?", ucapnya sambil melamun di teras rumahnya.
"Beppa, beppa!, Eh Kallolo!!, demelo melli beppaku?", tanya seorang gadis yang tengah membawa nampan besar berisi kue.
Wajahnya tidak terlihat karena terhalang nampan yang dibawanya. Lama kelamaan saat ia mulai menurunkan nampannya, barulah nampak wajah cantiknya.
Joni terkejut sekaligus senang, ternyata ia adalah gadis yang tengah ia pikirkan selama ini.
Begitupun dengan Becce, gadis pembawa kue itu tak menyangka yang ia tawari ternyataa pemuda yang menabraknya waktu itu.
Becce segera berbalik badan, dan mengurungkan niatnya untuk menawari pemuda itu.
"Eh!, tunggu!. Saya mau beli kue", ucap Joni sebelum Becce pergi.
Becce mengurungkan niatnya untuk pergi. Dia sadar, sekarang ia tengah mencari rezeki, tak baik untuk menolak orang yang beli, itu sama saja menolak rezeki namanya.
"Saya mau minta maaf atas kejadian kemarin. Saya tidak sengaja menabrak kamu, saya terburu-buru waktu itu.", jelas Joni sambil mengambil satu persatu kue yang ia pilih.
Becce tak menggubris, ia malah diam. Joni pun tak bisa berkata-kata, ia paham dan memaklumi gadis itu yang masih marah.
"Harganya berapa?", tanya Joni.
" 20 ribu",
"Ini",
Becce segera melangkah pergi. Tapi, langkahnya terhenti sejenak,
"Kamu orang yang baik", kata Becce sebelum akhirnya pergi.
" Apa?, apa yang ia katakan barusan?," Bingung Joni.
Namun, setelah pertemuan itu, mereka pun sering bertemu. Joni menjadi pelanggan setia Becce. Dan Becce pun tidak marah lagi pada Joni.
Tapi, lama kelamaan Diam-diam mereka saling jatuh cinta.
" Pertama melihat mu, aku mulai merasakan cinta. Saat menatap matamu, hatiku merasa sejuk dan terbuai. Duhai! Gadis impianku, mau kah kamu menjadi istriku?",
....("Ahhhh!!, ", teriak para fans perempuannya Iyan. Benar-benar yah mereka)
(Di sini, Nina yang berperan sebagai Becce benar-benar waspada. Bagaiamanalah nasibnya setelah drama ini berakhir :(...jangan sampai deh dia dikerumuni dan dirundung sama fansnya Iyan).
" Mm..ba..baik, eh!", belum sempat menyelesaikan jawabannya, Tiba-tiba kepala desa dan nenek Becce datang bersama para warga di situ.
"Denedding!" (Tidak boleh), teriak Tuo. Walaupun ia sudah tua, tenaganya untuk teriak begitu kuat.
" Maaf!, anak muda. Kami tidak bisa membiarkan kalian menikah. Pernikahan beda suku di desa ini dilarang.", ucap Kepala Desa (di sini Aldy sebagai kepala Desanya).
"Kenapa pak?", ucap Joni tidak Terima.
Joni terlihat tidak bisa menerima kata-kata dari kepala desa. Tapi, berbeda dengan Becce, ia sudah tahu dengan adat istiadat di desanya ini. Tapi, tetap saja, mereka saling mencintai.
" Ayo!", ajak Becce yang langsung menggenggam tangan Joni dan berlari sekuat tenaga.
Mereka berdua pun lari meninggalkan penduduk asli di desa itu.
(Di sini larinya mereka berdua agak lambat dan dibuat-buat, takutnya kalau lari beneran roboh tuh panggung..heheh).
Akhirnya, mereka pun sampai di sebuah masjid yang ada di desa sebelah. Di desa ini berbeda dengan kampung Becce yang sangat kental dengan adat istiadatnya. Tapi, di sini mereka diterima dengan baik, dan akhirnya bisa menikah dan hidup bahagia.
"TAMAT"
....
...
...
"terima kasih!", ucap mereka semua sebagai pemeran drama tadi.
" Fiuh!, akhirnya selesai juga tadi", ucap Nina yang melepaskan kepenatannya dengan duduk di bawah pohon. Rasanya sejuk di situ.
"Nih!", ucap Iyan yang menghampiri Nina dengan sebotol minuman.
" Terima kasih!", ucap Nina dan segera mengambil minuma itu dari tangan Iyan. Tapi, ia melirik sekelilingnya seperti ada tatapan-tatapan tajam yang mengarah pada mereka. Siapa lagi kalau bukan para fansnya Iyan.
"Para fansmu sangat ketat yah!", ucap Nina dengan mulut yang agak kecil.
" Hm....begitulah ",
" Nin!", panggil seseorang yang menghampiri mereka berdua.
"Roni, ada apa?", tanya Nina penasaran, Tiba-tiba Roni menghampirinya.
" Kamu lihat Dila?", tanya Roni.
"Jleb!", rasanya sakit saat seseorang yang disukai malah menanyakan orang lain.
'Apa yang kamu harapkan Nina. Udah tau mereka saling suka. Masih ajah ngarep', batin Nina.
" Tidak!, kami tidak melihatnya ", bukan Nina yang menjawab melainkan Iyan.
Dengan segera, Ronipun berlalu pergi. 'Benar-benar hanya ada Dila dipikiran Roni', batin Nina kecewa. Wajahnya terlihat sedih, itu dapat dirasakan oleh orang-orang yang di sekelilingnya.
" Jangan terlalu menaruh hati, ujung-ujungnya nanti nangis. Itu sangat terlihat di wajahmu yang bodoh!",
...
..
"Ha?"
***next