"Aku hanya jadi seorang pemeran pembantu! tidak... aku maunya jadi pemeran utama yang cantik bukan wanita dengan muka yang mengerikan ini. "
Mei Yi yang seorang dokter jenius tiba-tiba mendapati dirinya berada di dalam cerita Wattpad yang sedang di bacanya. Ia menjadi Luo Yi Seorang anak jendral yang tak di anggap dan di kucilkan karena penampilannya.
Karena kebiasaannya, yang tak pernah membaca dengan teliti dan suka men skip bagian adegan pentingnya Mei Yi kebingungan dengan jalan cerita Wattpad itu. Ia harus bisa menentukan nasipnya sendiri , dan tak ia sadari bahwa dalam cerita Wattpad itu banyak adegan berbahaya yang bisa mengancam nyawanya.
Akankah Mei Yi bisa melewati adegan berbahaya itu dan berakhir bahagia?
Mau tau kelanjutan ceritanya? jangan lupa baca sampai akhir ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uswatun Kh@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 13-Terungkapnya kejahatan
Luo Yi melangkah tegap memasuki kediaman keluarga Luo, aura percaya diri membalutnya. Sorot mata tajamnya menyimpan amarah yang terpendam, tangan mengepal kuat. Langkahnya pasti, melewati gerbang megah itu tanpa ragu. Namun, langkahnya terhenti. Di sana, berdiri ayahnya, Jenderal Luo Zhi, bersama Li Mei dan Mei Na. Seulas senyum sinis mengembang di bibirnya.
Alis Luo Yi terangkat saat melihat Li Wei dan Mei Na. "Loh... kalian mau kemana? kok terlihat buru-buru. " Suaranya bernada mengejek.
Li Wei dan Mei Na terpaku, wajah mereka memucat. bagaimana mungkin? bukankah dia di penjara. Keheranan tergambar jelas di mata Li Wei. Sementara Mei Na nyaris tak percaya matanya membulat sempurna, penuh ketidak percayaan.
Jenderal Luo Zhi menghela nafas panjang lega, sekaligus bingung. "Ibumu mengatakan kamu di penjara, bagaimana bisa kamu berada di sini? "
Luo Yi mendekat, senyumnya semakin mengembang. "Benar,aku hampir di penjara. Namun kecerdasanku membuat mereka tak berdaya, bukti? mereka tak punya!" Ia berhenti sejenak, menatap tajam Li Wei dan Mei Na. " Kalian terkejut ya, mungkin kalian berharap aku masih mendekam di penjara? kenapa? apa kalian kecewa aku ada di sini? "
Luo Yi bersendekap dada, ia menatap mereka dengan tajam.
"Apa yang kamu katakan, mana...mungkin kami berharap seperti itu. Kami senang dan lega karena kamu ada di sini. " Li Wei mencoba mengelak, ia berkeringat dingin.
Mei Na terlihat sangat kesal, ia mengenggam erat tangannya di balik lengan baju. "Bagaimana bisa kak Luo Yi ada di sini? kata seseorang kak Luo Yi di tangkap karena melakukan kejahatan. " Mei Na menyela.
Luo Yi mendekati senyum misterius terukir di bibirnya. Ia membungkuk berbisik di telinga Mei Na. " Penasaran ya? bagaimana aku bisa lolos?" Senyumnya melebar.
Mei Na tersentak dan memundurkan tubuhnya, matanya membulat.
Luo Yi mengeluarkan gulungan dari balik lengannya, "Kalian tau ini? " Suaranya menggema penuh teka-teki.
Jendral Luo Zhi, alisnya bertaut, menatap gulungan itu dengan seksama. "Apa itu? "
Luo Yi senyum tipis,matanya berbinar."Ini adalah barang bukti kejahatan seseorang, Ayah. Kita akan mengetahui siapa dalang di balik kematian ibu. Kita akan mengetahuinya Ayah!"
Li Wei dan Mei Na saling pandang, wajah mereka sangat pucat. Keringat dingin membasahi kening mereka, ketakutan tampak jelas terpancar dari sorot mata mereka.
"Benarkah...! ada orang lain yang memang merencanakan ini? " jendra Luo Zhi bergumam, suaranya berat.
Li Wei tiba-tiba menyergap Luo Yi, tangannya menyambar gulungan itu dengan gerakan cepat. Luo Yi, dengan reflek yang tajam, menghindar. Ekspresi nya berubah dingin, matanya menyipit.
"Kenapa? apa ibu Li Wei sangat penasaran? "
"Luo Yi jangan membuat lelucon seperti ini, kenapa kamu terus mengusik mendiang kak Yang Zi. Dia sudah tenang di sana, apakah semua ini perlu! kamu hanya akan membuka luka lama!" Li Wei berpura-pura menangis, air matanya mengalir deras.
"Ini bukan lelucon. Ini adalah bukti untuk membersihkan namaku dari tuduhan-tuduhan jahat kalian! "
Luo Yi segera membuka gulungan itu.
"Sraakk... "
Gulungan itu terurai, memperlihatkan lukisan Yang Zi yang memukau. Jendral Luo Zhi terpaku, matanya berkaca-kaca menatap lukisan istrinya penuh kerinduan dan kesedihan yang teramat dalam. Bahunya terlihat merosot, seakan beban berat menimpanya.
Li Wei dan Mei Na saling berpandangan, wajah mereka pucat pasi tangan mengepal dengan erat.
"Bukti apa? itu hanya lukisan ibumu. " Ungkap Li Wei.
"Sabar... jangan terburu-buru. "
Luo Yi menatap Hui. " Hui ambilkan lilin dan air. "
Hui mengangguk, langkahnya tergesa-gesa namun masih terkendali. Sementara suasana semakin menegang. Mei Na mencengkram bahu ibunya, menariknya pelan,matanya memohon, penuh kepanikan.
Saat Hui kembali, Luo Yi segera mengulangi cara yang dilakukannya di rumah Dayang Bao Yu. Hui memegangi lukisan itu dengan tangan gemetar, sementara Luo Yi memegang lilin, airnya diteteskan perlahan-lahan, membentuk butiran-butiran kecil yang berkilauan di atas kanvas. Lukisan itu perlahan memudar, lalu muncullah tulisan-tulisan rapi yang terukir di atasnya.
Luo Yi menyerahkan lukisan itu kepada Jenderal Luo Zhi dengan hormat."Ayahanda," katanya, suaranya bergetar menahan emosi.
"Bacalah ini. Ayahanda akan mengetahui segalanya."
Jenderal Luo Zhi menerima gulungan itu dengan tangan yang kokoh, namun jemarinya sedikit gemetar. Ia membuka gulungan itu perlahan, matanya menyipit, membaca setiap kata dengan saksama.
Wajahnya yang awalnya tenang mulai menegang. Alisnya bertaut, bibirnya terkatup rapat. Setelah membaca seluruh isi tulisan, rahangnya mengeras, napasnya memburu. Dayang Bao Yu telah menjelaskan semuanya, paksaan dari Selir Li Wei, jamur beracun yang sengaja ditempatkan di dapur, dan ancaman terhadap keluarganya jika tidak melakukan semua perintahnya. Jenderal Luo Zhi tampak seperti patung batu, wajahnya dipenuhi amarah yang terpendam.
Ia mengepalkan tangannya, urat-urat di tangannya tampak menonjol. Tatapannya tajam, menusuk ke arah Li Wei, seolah-olah ingin merobeknya berkeping-keping. Air mata mulai menggenang di sudut matanya, namun ia menahannya dengan kuat. Gerakan tubuhnya kaku, seakan menahan amarah yang tertahan.
"APA MAKSUD SEMUA INI?!" Jenderal Luo Zhi berteriak, suaranya menggema di ruangan itu, suara yang penuh amarah dan keputusasaan.
Wajahnya memerah, napasnya memburu. "APAKAH BENAR KAMULAH YANG MENYEBABKAN KEMATIAN YANG ZHI?!" Ia melangkah maju, tubuhnya menegang, siap menerjang.
Li Wei, yang semula berdiri tegak, seketika tersungkur sujud, tubuhnya gemetar hebat. Tangannya bertaut erat, kepala tertunduk dalam. Rambutnya yang terurai menutupi sebagian wajahnya.
"Tidak, Jenderal! Ini semua fitnah! Ada yang sengaja menuduhku! Aku sangat menyayangi Kak Yang Zhi… ini semua dusta!" Suaranya terbata-bata, dipenuhi kepanikan dan air mata. Tubuhnya bergetar hebat, seperti daun kering yang diterpa angin kencang.
Luo Yi berdecih, suaranya dingin menusuk. "Cih… masih berani berkelit? Baiklah, aku punya bukti lain."
Ia mengangkat kedua tangannya, gerakannya tenang namun penuh keyakinan. Tepukan tangannya yang pelan namun tegas menggema di ruangan itu. Seorang kasim memasuki ruangan, diikuti beberapa pengawal yang menyeret seseorang, seorang pria yang tubuhnya penuh luka dan berlumuran darah.
Mata pria itu memperlihatkan keputusasaan tertuju pada Li Wei, seakan memohon pertolongan. Pengawal itu mendorong tubuh pria itu hingga tersungkur di depan Jenderal Luo Zhi.
Li Wei tampak lemas, tubuhnya hampir roboh, namun Mei Na sigap menopang tubuhnya. Wajah Li Wei pucat pasi, bibirnya gemetar.
"Ayahanda," kata Luo Yi, suaranya datar, "Dia adalah suruhan Selir Li Wei. Dialah yang membunuh Dayang Bao Yu, saksi kunci kematian Ibunda."
Luo Yi menatap Li Wei dengan tatapan tajam, tanpa sedikitpun rasa simpati.
Kasim itu membungkuk hormat. "Yang mulia Jenderal, perkataan Putri Luo Yi benar. Ia telah mengakui semua perbuatannya."
Jenderal Luo Zhi terpaku. Wajahnya menegang, rahangnya mengeras. Ia menatap pria yang tergeletak di lantai, lalu melirik Li Wei yang tubuhnya gemetar.
"Jadi… kau… kau benar-benar yang menyebabkan kematian Yang Zhi…?" Suaranya berat, tertahan.
Ia meraih tangan Li Wei, cengkeramannya kuat.
"Ampun, Suamiku! Maafkan aku… aku mohon maaf…"
Li Wei merengek, air matanya mengalir deras. Tubuhnya bergetar hebat.
Kemarahan Jenderal Luo Zhi memuncak.
"Kurang ajar!"
Sebuah tamparan mendarat di pipi Li Wei, suara tamparan itu menggema di udara. Li Wei tersungkur, darah segar keluar dari sudut bibirnya. Ia mendongak, tatapannya memohon belas kasihan, namun wajah Jenderal Luo Zhi tetap tegar, dipenuhi amarah yang membara.
Mei Na segera bersimpuh, tubuhnya gemetar. Kedua tangannya bertaut erat di depan dada, memohon ampun. Air mata mengalir deras di pipinya, membasahi kain bajunya.
Suaranya terbata-bata, dipenuhi keputusasaan. "Ayahanda… ampunilah Ibunda! Mungkin Ibunda dikuasai rasa cemburu… hingga tega melakukan semua itu…"
Matanya menatap Jenderal Luo Zhi dengan penuh harap, memohon sedikit belas kasihan.
Namun Jenderal Luo Zhi tetap membuang muka, bahu tegang.
Suaranya dingin, tegas, tanpa sedikitpun keraguan. "Pengawal! Seret wanita itu! Jebloskan ke penjara! Biarkan dia menyesali perbuatannya!"
Dua pengawal mendekat, tangan mereka kasar menarik paksa Li Wei yang terus meronta-ronta.
"Ampun, Suamiku! Maafkan aku! Aku mengaku salah! Jangan bawa aku ke penjara! Aku tidak ingin disiksa… Suamiku…" Ratapan Li Wei memecah kesunyian, suaranya penuh kepanikan.
Mei Na merangkak ke arah ayahnya, tangisnya semakin keras. "Ayahanda… maafkan Ibunda… bagaimanapun juga, dialah Ibundaku…"
Jenderal Luo Zhi menatap Mei Na, tatapannya dingin dan tak terbaca. Ia menggertakkan giginya, suara desisan pelan terdengar dari antara giginya yang terkatup rapat.
"Itu tidak mungkin terjadi! Dia telah membunuh istriku… istri yang paling kucintai! Jika kau ingin… kau boleh pergi bersamanya!!"
lanjut Thor 💪💪💪😘😘😘