Viola merasa di tipu dan dikhianati oleh pria yang sangat dicintainya. Menyuruh Viola kuliah hingga keluar negeri hanyalah alibi saja untuk menjauhkan Viola dari pria itu karena tidak suka terus di ikuti oleh Viola.
Hingga 8 tahun kemudian Viola kembali untuk menagih janji, tapi ternyata Pria itu sudah menikah dengan wanita lain.
"Aku bersumpah atas namamu, Erland Sebastian. Kalian berdua tidak akan pernah bahagia dalam pernikahan kalian tanpa hadirnya seorang anak"
~ Viola ~
Benar saja setelah 3 tahun menikah, Erland belum juga di berikan momongan.
"Mau apa lo kesini??" ~ Viola ~
"Aku mau minta anak dari kamu" ~ Erland ~
Apa yang akan terjadi selanjutnya pada Viola yang sudah amat membenci Erland??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
5. Cerita Beca
"Sudah, ayo kita semua pulang dulu biarkan Vio istirahat. Doakan dia dari rumah, Papi yakin dia pasti kuat"
Siapa Ayah yang harinya tak hancur melihat putrinya penuh luka di sekujur tubuhnya itu. Tapi Dito tetap mencoba tenang di depan istri dan anak sulungnya. Dia yang tertua, maka dia juga yang harus menguatkan semuanya.
"Kamu juga pulanglah Er, ajak istrimu pulang. Om tidak menyalahkan mu atas kejadian ini. Jadi kamu tidak usah pikirkan masalah ini di hari bahagia kamu" Begitu bijaksananya Dito, meski hatinya juga merasa kecewa atas masalah yang selama ini disembunyikan anaknya, tapi Dito tetap menjadi seorang Ayah yang tak mau melihat dari satu sisi saja.
"Sekali lagi maafkan saya Om"
"Tak apa, pulanglah. Ajak Ibumu pulang" Erland mengangguk, tapi sebelum itu dia melihat Vino yang terus berdiri di depan kaca ruang ICU, menatap adiknya di dalam sana.
Bahkan sejak tadi sahabatnya itu sidah tidak mau melihat ke arah Erland lagi.
"Kami pulang dulu, Jeng" Pamit Gendis pada Via.
Dengan anggukan lemas Via membalas Gendis, wanita dua anak itu sudah tidak sanggup lagi mengeluarkan suaranya.
Mereka semua mulai beranjak pergi meninggalkan ruang ICU. Meninggalkan Vio di dalam sana sendirian.
Beca mengikuti Erland beserta keluarganya dari belakang. Rasanya ada sesuatu yang harus dia sampaikan pada Erland.
"Kak Erland!!" Panggil Beca yang masih di belakang Erland.
Erland berbalik menatap wanita yang tadi datang bersama Vio ke pesta pernikahannya.
"Bisa bicara sebentar??" Erland mengangguk meski sedikit ragu.
"Tunggu aku di mobil bersama Ibu dan Endah, aku segera kembali" Pesan Erland pada Sarah sebelum Erland mengikuti Beca menuju taman rumah sakit.
Di taman yang sudah gelap itu, hanya ada Beca yang duduk di bangku beserta Erland yang berdiri memunggungi Beca.
"Sebelumnya aku minta maaf karena meminta waktu Kak Erland untuk bicara dengan ku disini" Ucap Beca.
"Tidak masalah, apa yang ingin kamu katakan??"
"Baiklah, namaku Beca Kak, sahabat Vio semenjak di Korea. Mungkin yang akan aku sampaikan ini tidak berarti sama sekali bangi Kakak"
Sebelumnya Beca menarik nafasnya untuk mulai bercerita tentang Vio pada Erland.
"Sebelumnya aku tidak tau mana yang namanya Kak Erland. Laki-laki yang sangat amat dicintai oleh Viola. Karena semenjak Viola menyebut nama Kakak 10 tahun yang lalu, Viola tidak pernah memperlihatkan foto Kakak sama sekali kepadaku. Sampai akhirnya aku melihat wajah Kak Erland untuk pertama kalinya adalah di dalam bingkai foto prewedding kalian yang di pasang di pesta tadi"
Erland masih diam mendengarkan Beca tanpa berbalik sekalipun.
"Pertama kalinya aku bertemu dengan Vio, tepatnya 10 tahun yang lalu. Gadis belia seumuran ku yang datang ke Korea seorang diri. Hanya berbekal pengetahuan seadanya. Saat itu aku menemukan Vio tertidur di sebuah halte bis"
"Kak Erland tau kenapa?? Viola kehilangan semua uangnya dan ponselnya karena di tipu makelar properti. Semua uangnya di ambil bahkan formulir beasiswanya juga ikut di ambil orang itu. Semenjak itu, Viola tinggal di flat kecil milikku. Kami berdua berbagi kamar meski hanya ruangan kecil. Mulai saat itu, Viola bekerja serabutan, mejadi pekerja paruh waktu, mencuci piring, bahkan menjadi tukang sapu jalanan. Semua itu dia lakukan untuk biaya kuliahnya di sana"
Erland mulai tertarik degan cerita Beca, sampai akhirnya Erland memilih duduk di bangku paling ujung meski tak terlalu jauh dari Beca.
Beca sedikit tersenyum karena melihat Erland yang mendengarkan ceritanya meski tak memberi tanggapan sedikitpun.
"Waktu itu aku kira Vio adalah anak yang tidak di inginkan sepertiku karena hidup menggelandang di jalan. Tapi nyatanya aku salah, setelah 5 tahun bersama aku baru tau kalau Viola adalah anak konglomerat. Aku marah saat itu Kak, dan ketika aku tau alasannya, itu lebih membuatku marah kepadanya. Karena dia melakukan semua itu hanya demi membuktikan cintanya pada pria yang sering dia ceritakan bernama Erland"
"Apa yang dia ceritakan tentangku?"
Kalimat pertama dari Erland setelah begitu panjang kalimat yang keluar dari Beca.
"Semuanya, tanpa terkecuali. Tapi aku baru tahu perjanjian yang kalian buat setelah 5 tahun itu. Sebelumnya aku hanya tau kalau Viola begitu mencintai sahabat dari Kakaknya. Sepuluh tahun tahun dia berjuang membuktikan dirinya agar pantas menjadi pendamping mu Kak, menjadi mandiri, lepas dari keluarganya yang kaya raya itu" Beca menitikkan air matanya jika mengingat perjuangan Viola untuk bangkit seorang diri waktu itu.
"Saat aku tanya kenapa dia tidak meminta bantuan orang taunya. Jawabannya hanya satu, dia tidak ingin membuatmu kecewa"
Beca semakin terisak-isak dengan sendirinya, seandainya saja banyak orang di sana, pasti Erland yang di sangka membuatnya menangis.
"Jika Kakak ingin tau seberapa besar cintanya kepadamu, akulah orangnya Kak. Akulah bukti itu. Bahkan aku yang baru pertama kalinya melihat Kak Erland dan langsung di hadapkan dengan Kak Erland yang bersanding dengan perempuan lain, aku merasakan hancurnya hati Vio Kak. Karena cerita Viola tentang kamu setiap harinya, membuatku merasakan apa yang Viola rasakan kepadamu"
"Aku tak menampik pikiran pendek Viola yang memilih menabrakkan dirinya tadi" Erland langsung menoleh pada Beca.
"Kenapa bisa berpikir begitu??"
"Karena jika aku ada di posisi Viola, aku akan melakukan hal yang sama" Beca menatap Erland penuh keyakinan meski matanya penuh dengan air mata.
"Sepuluh tahun Kak, semuanya sia-sia, luluh lantah, hancur. Bahkan aku tidak tau kata-kata apalagi yang tepat menggambarkan semua ini. Sia-sia Kak, semuanya tak ada artinya lagi saat ini. Jadi untuk apa lagi, karena tujuan yang ingin di capai Viola sudah tidak ada"
Erland diam membisu. Setelah kepergian Viola waktu itu, Erland merasakan kebebasan, tidak direcoki gadis kecil itu. Hidupnya berjalan mulus, meniti karirnya dari bawah. Menyekolahkan adik-adiknya, membahagiakan Ibunya, membangun perusahaannya sendiri, hingga akhirnya menemukan pujaan hatinya yaitu Sarah, istrinya. Tapi ternyata di balik itu, ada seorang wanita yabg sedang berjuang demi meraih cinta Erland tanpa Erland ingat sekalipun dalam kehidupannya selama ini.
"Maaf Kak, bukannya aku ingin menghasut Kakak degan semua ceritaku tentang Viola. Aku juga tidak meminta Kakak untuk bersimpati pada Viola karena sudah tau tentang perjuangan Viola selama ini. Tapi sebagai sahabatnya, aku juga merasakan sakit yang teramat dalam saat ini. Aku hanya sebatas memberitahu Kakak saja, bahwa sesuatu yang kita anggap hanyalah candaan atau hanya sekedar penghibur bisa saja di anggap serius oleh orang yang menaruh hati pada kita"
"Itu saja yang ingin aku sampaikan Kak. Maaf karena sudah membuang waktu Kakak dengan cerita tidak penting ini"
Beca berdiri dari duduknya meninggalkan Erland yang masih duduk termenung di bangku taman itu.
"Sejahat itukah aku??"
To be continued...
bisa....bisa ...
emansipasi wanita anggap aja😁😁
mana bisa keguguran hamil juga ngga....