Kekejaman dan sifat arogan dari seorang pengusaha muda yang banyak digandrungi para wanita serta pebisnis karena perusahaannya yang mendunia tidak dapat diragukan lagi.
Meski kejam tapi dia memiliki wajah sangat tampan dan banyak uang.
Itulah yang membuat wanita berlomba mendapatkan perhatiaannya.
Namun tidak dengan seorang gadis pemiliki coffe shop seberang kantornya.
Jika para wanita berteriak memanggil namanya dan memujanya, maka gadis itu hanya diam saja dengan cueknya.
Hal itulah yang membuat pengusaha itu penasaran dengan si gadis yang cuek dan dingin itu.
Apakah pengusaha itu mampu mendapatkannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lijun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35
Seina yang sudah beberapa hari kemarin tidak datang kekafenya hari ini dia datang kesana bersama El di sampingnya yang tidak membiarkan dirinya pergi sendiri.
Mila begitu antusias menyambut kedatangan teman sekaligus bosnya dikage itu. Dia sudah sangat merindukan Seina yang belum sempat dia jenguk karena beberapa hari ini keadaan kafe sangat sibuk juga ramai.
Ketiga orang itu langsung masuk kedalam ruang kerja Seina yang ada dilantai dua. El sendiri tidak ingin semakin banyak pasang mata yang menatap mereka karena itu akan membuat Seina tidak nyaman dan takut.
"Seina akhirnya kamu datang juga, aku kangen kamu tahu nggak sih" ucap Mila memeluk Seina sedih.
"Apa yang sebenarnya terjadi padamu?" lamjutnya setelah melepas pelukan keduanya.
"Nggak terjadi apa-apa kok tenang aja" kata Seina meyakinkan temannya.
"Tapi waktu itu ada pria yang badannya besar cari kamu, trus dia bilang kalau kamu dalam bahaya" cemas Mila.
"Tenanglah Mila aku disini baik-baik aja bukan!"
"Trus kenapa bisa masuk rumah sakit? kamu di culik ya? kamu di apain sama mereka? berapa jumlah mereka semua? apa di lakukan mereka sama kamu?" cecar Mila penasaran bin kepo.
Seina terdiam mendengar pertanyaan Mila yang membuatnya teringat akan kejadian buruk yang menimpahnya. Setelah keluar dari kandang singa malah masuk lubang buaya begitulah ibaratnya kejadian yang menimpanya itu.
"Jangan banyak bertanya yang aneh-aneh, yang penting Seina selamat dan tidak terjadi apa-apa" ucap El tajam membungkam Mila yanh takut melihatnya.
"Apa setiap tamumu tidak pernah diberi minuman nona?" tanya El pada Seina untuk mengalihkan pikiran gadis itu.
"Ah maaf, aku buat dulu" ucap Seina yang tersentak dengan kehadiran El disampingnya.
"Jangan! kamu disini aja biar aku yang buatkan sekalian makan siang buat kalian, nanti biar diantar sama pelayan ya soalnya aku mau pergi juga ada urusan" ucap Mila.
"Kamu mau kemana?" tanya Seina.
"Biasa bebeb ngajakin cari cincin" jawabnya senang.
"Oh iya kapan kalian akan bertunangan?"
"3 hari lagi kamu lupa ya" kesal Mila.
"Maaf" kata Seina tidak enak hati karena lupa dengan hari temannya.
"Baiklah nggak masalah karena aku lagi bahagia jadi kamu juga harus bahagia sama pangeranmu itu, bye"
Mila segera keluar setelah mengatakan hal itu agar tidak mendapat amukan dari Seina yang pastinya akan marah-marah jika Mila mengenalkannya atau menjodoh-jodohkannya.
Tapi kali ini lain ceritanya, Seina malah diam saja tanpa komentar selain berusaha menyembunyikan detak jantungnya yang berdebar tidak normal.
Seina membuka laporan kafe beberapa hari lalu saat ditinggalkannya. Semuanya tampak normal juga penghasilan mereka juga meningkat walau hanya beberapa persen saja tapi ia tetap bersyukur akan hal itu.
El sendiri mengelilingi ruangan yang luasnya hanya seperempat dari ruangannya sendiri. Mata El menatap bingkai yang berada diatas meja kerja Seina.
Di sana ada dua bingkai gambar dengan foto yang sama bedanya hanya waktu pengambilannya saja. Yang satunya ada gadis kecil yang imut dengan poni juga kuncir duanya, sedangkan satu lagi gadis remaja yang manis dengan poni yang sama juga orang dewasa yang diyakini El orang tua si anak.
El yakin jika foto-foto itu pastinya milik Seina dan sepasang orang tua itu ayah ibunya. El mengambil bingkai itu dan mengamati gambar didalamnya.
Seina kecil sangat imut dan lucu dalam foto itu, juga senyumannya yang manis semakin membuat El betah melihatnya. Bahkan sejak kecil dia sudah secantik dan seimut ini batin El.
Pintu diketuk dari luar lalu masuk dua orang pelayan pria membawa makanan juga minuman dalam nampan ditangan mereka.
Tubuh Seina bergetar melihat kedatangan keduanya tapi dia berusaha untuk berani dan meyakinkan dirinya agar tidak takut. Apa lagi keduanya itu karyawannya sendiri yang sudha sering dia lihat dan kenal baik.
"Nona ini makanan untuk nona juga tuan, semoga suka ya nona" ucapnya meletakkan makanan dimeja.
El mendekati Seina yang nampak gemetar lalu dengan santainya merangkuk bahu Sein agar tenang kembali. Dan keajaiban itu memang ada tubuh Seina tenang setelah mendapat sentuhan dari El yang selalu memberinya kenyamanan.
"Silahkan dinikmati nona kami permisi"
"Terima kasih ya kalian juga bergantian istirahatnya kalau sudah senggang pelanggan" ucap Seina pelan.
"Iya nona tenang aja"
"Tuan kita ganteng ya nona kalau mau nikah undang kita ya!"
Kedua pelayan itu langsung lari keluar setelah menggoda bos mereka yang tidak pernah terlihat akrab dengan pemuda bahkan mereka yang sudah kenal lama dengannya hanya bisa melihat wajah datarnya setiap hari.
Tidak ada yang bisa meluluhkan hati dingin Seina bahkan ketika Mila mengenalkannya pada pemuda lain. Tetap tidak ada pengaruh apapun pada Seina yang malah semakin dingin pada pemuda itu.
"Semoga nona mau sama tuan itu ya"
"Iya semoga mau" bisik kedua pelayan itu sebelum menutup pintu ruangan bosnya yang menatap tidak percaya pada keduanya.
Dimana ada karyawan yang berani gosipin bosnya di depan orangnya langsung kalau bukan ditempat Seina. Ini semua karena memang Seina tidka pernah mengekang karyawannya dengan banyak aturan.
Bagi Seina asal pekerjaan mereka beres dengan baik itu sudah cukup untuknya juga tidak menyinggung perasaan pelanggan jika mereka menyapa atau berbicara.
"Karyawanmu sangat berani ya!" ucap El melepas rangkulan tangannya untuk mengambil kofi di meja.
Seina jadi salah tingkah karena ucapan kedua karyawannya yang prontal tadi. Dia takut pemuda disampingnya akan berpikiran yang tidak-tidak tentang dirinya.
"Maaf kalau kelakuan mereka buat kamu nggak nyaman" ucapnya.
"Siapa bilang aku nggak nyaman? menurutku doa mereka bagus juga karena tahu siapa yang berkualitas untuk nona mereka!"
"Maksud kamu?"
"Lapar"
El tidak ingin menjelaskan pada Seina akan maksudnya karena dia masih gugup dan takut ditolak oleh gadis itu. Kalau yang di dekati El wanita yang mudah tergiur dengan harta juga status sosial pasti akan mudah baginya.
Bahkan tanpa harus banyak berkorban atau membuang waktu lama pasti wanita itu sudah takhluk padanya. Tetapi Seina berbeda, itulah sebabnya El tidak akan melakukan sesuatu yang dapat membuat Seina tidak nyaman dengan kehadirannya.
Sebisa mungkin El akan membuat Seina merasa bergantung padanya akan segala hal jadi gadis itu tidak akan meninggalkannya suatu hari nanti.
El akan bersabar hanya untuk Seina seorang, karena ia yakin kesabarannya akan mendapatkan sebuah hadiah besar yang akan membawa dampak baik bagi kehidupannya kelak.
Selain itu ayahnya juga akan mau untuk dibawa berobat sampai sembuh total. Haruskah El menggunakan ayahnya juga untuk dijadikan senjata mendapat perhatian juga simpati gadis itu?.
El akan mencoba apapun untuk mendapatkan Seina sebagai kekasihnya bahkan kalau perlu langsung jadi istri saja pikirnya.
"Ada apa? kenapa kamu senyum-senyum sendiri?" tanya Seina yang sejak tadi melihat El senyum.
Padahal dia menegur karena jantungnya yang semakin menggila hanya melihat senyuman itu. Jadi dari pada ia kena serangan jantung beneran Seina memilih menegur El saja.
"Nggak ada makanlah" elak El.
Makanan yang disajikan kafe milik Seina ini memang sangat enak bahkan lebih enak dari pada yang ada di restoran yang pernah ia coba.