NovelToon NovelToon
CINTA DI BALIK DENDAM SANG BODYGUARD

CINTA DI BALIK DENDAM SANG BODYGUARD

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia
Popularitas:772
Nilai: 5
Nama Author: Rii Rya

dendam adalah hidupnya. Melindungi adalah tugasnya. Tapi saat hati mulai jatuh pada wanita yang seharusnya hanya ia jaga, Alejandro terjebak antara cinta... dan balas dendam yang belum usai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rii Rya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

eps 17. RAHASIA BESAR

Di ruang perawatan Presiden Adalrich Wigantara, suasana terasa menyesakkan. Beberapa menteri senior tampak duduk tegang di kursi-kursi yang berjajar rapi, dikelilingi oleh penjagaan ketat.

Mereka adalah orang-orang terpilih, yang mengetahui insiden penyerangan terhadap sang presiden sebuah rahasia yang tidak boleh menyebar ke luar dinding rumah sakit itu.

Wijayakromo, Menteri Dalam Negeri yang dikenal tegas, membuka pembicaraan dengan wajah yang diliputi kegelisahan.

"Sepertinya masalah ini tidak bisa dianggap enteng. Putra Anda sudah sangat keterlaluan, Tuan Wigantara," ucapnya lantang, penuh tekanan.

Beberapa menteri lain mengangguk setuju. Aura ketidakpercayaan memenuhi ruangan.

"Benar. Tolong beri kami penjelasan, mengapa Arthur sampai nekat bertindak sejauh itu? Apakah ini ada hubungannya dengan rahasia bawah tanah kita?" tanya Menteri Pertahanan, suaranya meninggi.

"Jangan bilang kalau Arthur ingin menguasai ladang emas itu sendirian?"

Presiden Wigantara menatap mereka dengan sorot mata tajam. Suaranya berat, namun mantap.

"Ini sama sekali tidak ada kaitannya dengan proyek rahasia kita. Ini murni persoalan pribadi."

"Tapi... persoalan apa?" sela Abimanyu, Menteri Hukum, nadanya terdengar semakin kesal. "Tolong jangan menggantung jawaban kami! Kami berhak tahu dengan jelas!"

Presiden Wigantara terdiam. Matanya mengarah ke langit-langit seolah menghindari pertanyaan yang menggores luka lama. Ia tidak bisa menjelaskan tentang perjanjian kelam yang pernah dibuatnya dengan Arthur, putra tirinya sendiri. Ia tidak mungkin membongkar bahwa dirinya pernah menyetujui skenario palsu di gudang tua demi mengamankan rahasia pribadi tentang elena, jika publik tahu, maka semua reputasi nya akan hancur. Namun yang tidak ia duga, ternyata Arthur mengkhianatinya.

Arthur ingin membunuhnya. Bukan hanya itu, lelaki itu berusaha mempermainkan banyak pihak dengan menjadikan Elena sebagai umpan.

Wigantara menyesal. Ia lupa satu hal penting yaitu ancaman Sean Rajendra saat pertemuan terakhir mereka.

"Jangan-jangan... dia sudah tahu semuanya? Atau... apakah dia sengaja menggertak soal keberadaan Elena?" pikirnya, ketakutan menyergap dadanya. Tubuhnya melemas, tetapi wajahnya tetap dipertahankan agar tak menunjukkan retak sedikit pun.

Perdebatan para menteri memanas, sampai akhirnya pintu terbuka dan Diana, istri presiden, masuk dengan anggun namun penuh tekanan. Sorot matanya membuat para pejabat itu terdiam seketika. Tak butuh kata-kata, hanya dengan kehadirannya, mereka tahu bahwa percakapan lebih lanjut hanya akan berujung pada kecurigaan yang membahayakan. Satu per satu mereka berdiri dan berpamitan.

Di kediaman Sean Rajendra

Sean melirik jam tangan peraknya, lalu menoleh ke arah pintu. Saat itu Alana, istrinya baru saja masuk. Gerak-geriknya mencurigakan, terutama saat ia cepat-cepat menyelipkan sesuatu ke dalam tasnya.

"Darimana saja? Kenapa kau tak menjawab panggilan dariku?" tanya Sean, berjalan mendekat dengan langkah penuh kekhawatiran.

Ia ingin membantu membawa tas itu, seperti kebiasaannya selama ini melakukan hal kecil yang manis, namun Alana menolak. "Aku bisa membawanya sendiri."

Sean mengernyit. Ada yang janggal. Ia menatap istrinya dari atas ke bawah.

"Sayang... ada yang terjadi padamu?" tanyanya lembut namun mendesak, kedua tangannya menggenggam bahu Alana.

Alana menunduk, menghindari tatapan mata suaminya yang seperti menembus hati. Ia sepertinya melupakan satu hal bahwa pria itu mempunyai kepekaan yang tinggi. Sean tidak percaya begitu saja.

"Tidak ada apa-apa. Kau tak perlu khawatir. Aku hanya pergi membeli sesuatu, maaf tidak memberi tahumu terlebih dahulu tadi." jawabnya pelan.

Alana melirik penampilan Sean yang mengenakan kemeja putih. Matanya berkaca-kaca. Ia tidak ingin kehilangan lelaki itu, namun ia juga tidak bisa membiarkan Sean tahu bahwa waktu mereka semakin sempit.

"Kau tadi keluar, ya? Bukankah sudah kukatakan, jangan ke mana-mana? Kau belum pulih! Tapi tetap saja, tak bisa diam di rumah walau sebentar saja!" omel Alana, mendadak meledak.

Sean terdiam. Ia tidak mengerti kenapa Alana tiba-tiba berubah dingin. Ia hanya ingin tahu apa yang sebenarnya disembunyikan istrinya.

Alana langsung berjalan naik ke lantai atas, meninggalkan Sean yang menggaruk kepala dengan kesal.

"Kenapa justru dia yang marah? Padahal aku hanya ingin memastikan dia baik-baik saja," gumamnya.

"Apa yang sedang kau sembunyikan dariku, Alana..."

Tak lama kemudian, Ryuga datang. Saat menatap putranya, Sean mengerutkan dahi. Ia tahu ada yang tidak beres juga dari bocah keras kepala itu.

Ryuga yang menyadari tatapan sinis ayahnya, langsung ingin kabur kembali ke luar.

"Diam di tempatmu," perintah Sean tajam. "Darimana saja kau? Pacaran, ya?"

Ryuga menggeleng cepat. "Aku baru dari rumah sakit, Daddy. Bukankah Daddy sendiri yang memintaku untuk lebih sering memeriksa perkembangan disana, kan aku ini calon dokter."

Sean terdiam, pikirannya masih berkecamuk soal Alana. Ryuga mendekat, lalu mengibaskan tangannya di depan wajah ayahnya yang melamun.

"Melamun terus. Ntar kesambet janda pirang, baru tahu rasa."

Pletak! Sentilan mendarat tepat di dahi Ryuga, membuatnya meringis sambil mengusap keningnya.

"Kau ini, kelakuanmu makin mirip pamanmu, Ben! Sudahlah, masuk ke dalam. Besok ikut dengan Daddy. Ada hal penting yang harus kita lakukan. Kita harus menemui Alejandro."

Ryuga menghela napas, wajahnya berubah kesal. "Alejandro lagi... Alejandro lagi. Pria itu bikin aku kesal! Kenapa sih dia suka melirik Kinara?!"

Ia memukul bantal sofa seolah sedang menghantam wajah Alejandro.

Sean terkekeh. "Percuma kau pukuli bantal itu. Mereka tak bersalah. Kalau kau benar-benar kesal, duel saja dengannya. Kalau perlu, Daddy siapkan arena pertandingan. Bagaimana?"

Ryuga langsung berdiri, mengangkat jempol tinggi-tinggi, wajahnya serius.

"Oke! Siapa takut? Aku tunggu pertandingannya!"

Keesokan paginya, suasana ruang makan terasa dingin, Sean memperhatikan kedua orang didepannya yang hanya diam tak seperti biasanya.

Sean berdehem singkat lalu buka suara

"Kau tidak makan?" Tanyanya pada ryuga yang hanya menatap sarapan buatan Alana. Tak seperti biasanya, pemuda itu selalu semangat menghabiskan apapun yang mommy nya buatkan.

Alana yang sedari tadi juga diam mulai bergerak menambahkan nasi goreng kedalam piring putra nya.

Tiba-tiba BRAK! Ryuga berdiri dan menggebrak meja dengan kuat sehingga membuat nasi goreng itu tumpah berceceran mengotori meja makan.

Tentu saja Sean terkejut dengan apa yang baru saja ryuga lakukan.

"Apa yang sedang kau lakukan!" Bentaknya tegas

Ryuga menggeser kursi nya dan berbalik tanpa memperdulikan Daddy nya yang sudah emosi.

"Ada apa dengan anak itu?!" Alana mengusap dada Sean, berusaha menenangkannya.

"Biar aku saja yang bertanya pada nya nanti, sekarang lebih baik kau berangkat, bukankah kau bilang kalau hari ini ada pertemuan penting?" ucap Alana sembari merapikan dasi Sean.

Sean mengecup kening dan bibir istrinya, perlakuan lembut Alana yang paling bisa membuat nya luluh seketika. Senyum manisnya terkembang sempurna saat melihat istrinya melambaikan tangannya saat dia sudah berada di dalam mobil.

Namun ada satu hal yang tidak Alana sadari, sesuatu yang dia sembunyikan tidak akan bisa sembunyi dari kepekaan Sean.

Alana menghampiri ryuga di kamarnya.

"Boleh mommy masuk?" Tak ada jawaban, namun pintu itu tak sepenuhnya tertutup, Alana melangkah pelan dan menemukan putranya duduk membelakanginya.

"Ryu..." Panggil nya dengan suara tercekat.

"Ryu... maafkan mommy." Ulangnya lagi kali ini airmata sudah menetes.

Flashback on

Tadi pagi, ryuga mendapat kabar bahwa salah satu temannya mengalami kecelakaan, dia mengunjunginya ke rumah sakit yang letaknya cukup jauh dari rumah sakit milik keluarganya.

Saat melewati lorong panjang itu, netra cokelat khas Sean itu tak sengaja melihat sosok yang paling dia kenali berada di sana bersama seorang dokter pria. Pembicaraan mereka tampak serius.

Ryuga mendekat tanpa Alana tahu karena posisinya membelakangi pria itu.

Sontak langkah lebar pria itu langsung terhenti saat mendengar ucapan dokter tersebut.

"Mommy..." Panggil nya pelan membuat Alana tersentak dan langsung menoleh.

"Ryu, kenapa kau ...

"Siapa yang sakit? Siapa yang terkena kanker otak? Jawab mom!" Ryuga tak sadar sudah meninggikan suaranya bahkan dia memegangi kedua bahu ibunya itu dengan kuat.

Dokter tersebut paham dan memberikan mereka berdua waktu untuk berbicara, pria bersneli putih itu pergi dengan gurat wajah khawatir.

"Apa Daddy tahu soal ini?" Tanya ryuga dengan suara bergetar menahan rasa sesak di dada nya, kenyataan pahit ini benar-benar meruntuhkan dunia nya dalam sekejap.

Alana menundukkan kepalanya hingga bulir bening itu menetes menyentuh lantai rumah sakit yang dingin.

Ryuga melangkah lebih dekat dan langsung memeluk erat tubuh ibunya yang baru dia sadari terasa semakin kurus.

"Mommy minta padamu, rahasiakan hal ini dari Daddy ya, dia harus segera menyelesaikan misinya, setelah semua nya selesai, mommy janji akan menjelaskan semuanya," Alana mengusap wajah perpaduan antara dirinya dan Sean dengan suara bergetar, ryuga menangis dan meraih tangan Alana, mencium nya dan kembali memeluk ibunya.

Flashback off

Ryuga berbalik menghadap kearah Alana, dia menyeka air matanya dengan cepat.

"Ku mohon, beritahu Daddy sekarang, agar penyakit mommy bisa segera disembuhkan,"

Alana menggeleng pelan "sudah terlambat,Ryu..."

Ryuga membuang pandangan nya kearah lain, airmata nya kembali menggenang, dia melampiaskan kemarahannya pada cermin besar disana, meninjunya hingga kaca itu pecah berkeping-keping.

"Apa yang kau lakukan!" Pekik Alana melihat ryuga spontan melakukan hal tersebut didepannya.

Darah segar mengalir cepat di kepalan tangannya, ryuga langsung pergi begitu saja tanpa mengindahkan teriakan mommy nya yang khawatir.

Ryuga merasa bersalah dan menyesal, selama ini dia terlalu sibuk dengan dunianya sendiri dan tanpa sadar telah membuat mommy nya berjuang sendirian dalam rasa sakit.

Dan kini hal yang paling menyakitkan terjadi, saat dia mendengar kalimat penuh keputusasaan keluar dari bibir ibunya sendiri.

Ryuga memacu kecepatan kuda besi nya membelah jalanan yang mulai senggang.

Dia menghentikan motor sport nya saat sampai di depan cafe tempat Kinara bekerja.

Tak menunggu lama, Kinara keluar dan menemukan ryuga yang duduk diam diatas motor nya dengan wajah tertunduk, Kinara mendekat dan menemukan tangan kekasihnya itu berdarah.

"Tangan kamu terluka,Ryu!"

"Tunggu sebentar, aku ambilkan obat." Ryuga menatap sendu punggung Kinara yang berlari masuk kedalam cafe itu kembali , dia sama sekali tidak punya tenaga meskipun sekadar menjawab pertanyaan Kinara.

Tak lama gadis itu kembali dengan sebuah kotak P3K ditangan kirinya dan satu botol minuman dingin ditangan kanannya.

Kinara menarik tangan ryuga membawa nya untuk duduk di bangku yang ada didekat sana, mengobati luka itu dengan teliti.

"Ada apa, Ryu? Apa yang telah terjadi?" Tanya Kinara yang sangat sadar bahwa kekasihnya itu sedang tidak baik-baik saja.

Ryuga tersenyum kecut, hatinya teriris melihat ekspresi Kinara yang mengkhawatirkan nya.

Kinara berdiri dan merentangkan kedua tangannya, ryuga tersenyum pilu dan menerima pelukan gadis itu, memeluk nya erat sampai tangisnya pecah seketika saat dagu nya menyentuh bahu gadis itu...

"Ra... mommy..."

"Mommy... sakit kanker otak stadium akhir... aku...a..ku.."pria itu kembali menangis terisak, suaranya menyayat hati Kinara, gadis itu tampak syok mendengar hal tersebut.

Kinara mengusap punggung ryuga , tanpa sadar airmata nya juga ikut menetes, dia sangat mengerti bagaimana rasanya kehilangan seseorang yang paling berharga dihidup ini, sama seperti dia kehilangan Kirana, kembaran nya waktu itu.

1
Mamimi Samejima
Terinspirasi
Rock
Gak nyangka bisa sebagus ini.
Rya_rii: terima kasih 😊
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!