Jika sebelumnya kisah tentang orang miskin tiba-tiba berubah menjadi kaya raya hanyalah dongeng semata buat Anna, kali ini tidak. Anna hidup bersama nenek nya di sebuah desa di pinggir kota kecil. Hidupnya yang tenang berubah drastis saat sebuah mobil mewah tiba-tiba muncul di halaman rumahnya. Rahasia masa lalu terbuka, membawa Anna pada dunia kekuasaan, warisan, dan cinta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichi Gusti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Model cantik itu
Merasa bosan setelah menghabiskan makan malam nya, Anna mulai men-scroll ponsel. Berselancar di dunia maya cukup lama hingga derit pintu kamar mandi mengalihkan perhatian nya.
Anna menelan ludah saat indera penglihatan nya menyaksikan pemandangan seorang pria gagah menggunakan kimono handuk setinggi lutut keluar dari kamar mandi.
Rambut ikal pria itu menjuntai basah membingkai wajah aristokrat. Rambut-rambut halus berwarna emas nampak bertebaran di dada bidang yang terlihat di antara belahan atas kimono yang tidak tertutup rapat.
Bau shampo dan sabun mandi mewah menguar memenuhi ruang perawatan itu.
Glek!
Ni orang lagi nungguin pasien atau lagi ngamar di hotel, sih?! gerutu Anna dalam hati.
William mengusap kepalanya -mengeringkan rambut- dengan sebuah handuk kecil sambil melangkah menuju sofa.
Tahu bahwa gerak-geriknya diperhatikan Anna, William masa bodoh. Ia membuka paket makan malam yang dibawakan Putra tadi.
“Om! itu. Tolong duduk yang sopan!” Anna sudah tidak tahan saat William duduk mengangkang sehingga kimononya semakin tertarik ke atas memperlihatkan kaki panjang dengan tonjolan otot-otot terlatih, kulit khas bule dengan rambut-rambut halus yang cukup lebat. Kimono itu cukup pendek hingga memperlihatkan ujung celana dalam bokser nya.
William tak menggubris Anna. Sebenarnya ia menikmati tatapan takjub gadis itu. Malah posisi duduk ini sengaja untuk menggoda dan melihat reaksi Anna. Dan … Om … Hehe, William tertawa dalam hati. Imut juga saat panggilan itu keluar dari mulut Anna.
“Jangan lihat, kalau tidak tahan!” William menyuap makan malam ke mulutnya.
Anna membelalak?
Gue gak ingin liat! Please deh! Mata mana coba yang bisa menghindar untuk melihat pemandangan seperti ini!
“Siapa juga yang ingin lihat!” gerutu Anna mengalihkan pandangan. “Bapak pikir ini hotel?!”
William menahan sedak. Udang bakar yang baru saja masuk ke tenggorokan nya, seperti tersangkut. Ia pun meneguk air mineral untuk melancarkan pencernaan nya.
Dari Om sudah kembali ke Bapak. “Bukan hotel. Tapi lebih mahal dari hotel! Apa salahnya menikmati sedikit!” ucap William kemudian. Ia pun melanjutkan suapnya.
Anna melirik dengan sudut matanya. Bahkan gerakan otot pipi dan dagu pria itu dalam mengunyah makanan terlihat seksi. Perut Anna bergelung.
Sial! Kalau gini, gue bakalan tidak bisa tidur! umpat Anna dalam hati.
Anna pun akhirnya memutuskan untuk berbaring membelakangi pria itu.
“Kalau mau tidur, gosok gigi dulu! Habis makan ini saya bantu!” ucap William dengan mulut masih berisi.
“Iya. Iya. Om-om bawel!” rungut Anna.
***
Anna telah mendapat perawatan kebersihan diri saat pukul tujuh pagi Tony muncul di pintu kamar perawatannya. Pakaian Anna sudah diganti, tubuhnya sudah di lap dan rambut panjang nya sudah di kepang.
“Hai Anna. udah kelihatan segar, nih!” sapa Tony yang pagi ini datang dengan pakaian santai, baju kaos dengan celana jeans.
“Hai Ton, Iya. Susternya baik banget!” Anna memberi senyum kepada suster yang sedang memasang manset untuk mengukur tekanan darahnya.
“Udah tugas saya, Mbak Anna,” jawab perawat wanita itu full senyum. “Tensinya normal, seratus dua puluh per seratus, ya!” ia memberitahu.
“Terimakasih, Suster!”
“Sama-sama mbak Anna. Nanti dokternya Visit sekitar jam delapan ya! saya permisi dulu.” Sang perawat membereskan perlengkapan nya, lalu keluar dari kamar itu.
Tony duduk di kursi di samping tempat tidur Anna. “Ini kacamata lo!” sodor Tony ke arah Anna.
Semalam, sebelum tidur, setelah dibantu William gosok gigi, Anna melepas lensa kontaknya. Dan lensa kontak itu sudah berakhir di tempat sampah.
Anna memasang kembali kaca matanya, dan ia langsung terlihat seperti setelan pabrik. Gadis kutu buku yang polos.
“Meski elo lebih terlihat cantik tanpa kaca mata, tapi gue lebih suka tampilan lo yang ini!”
“Apaan sih Ton! Jangan jadikan gue kelinci percobaan ngegombal!” Anna memukul bahu Tony.
“Becanda! Gila. Masih kuat aja pukulan lo setelah patah tulang gini!”
Anna merungut. “Apaan sih!” Anna kembali memukul bahu Tony.
“Eh. Gimana kondisi lo? Masih sesakit kemaren?” Tony mengalihkan pembicaraan, menangkap lengan Anna yang hampir mendarat di bahunya untuk kedua kalinya.
Anna melepaskan tangannya dari genggaman Tony. “Yah… udah agak mendingan. Sakitnya udah berkurang jauh!” Jawabnya kemudian.
Tony pun mengangguk.
“Lo duduk di sana, aja!” Anna menunjuk sofa. “Bisa sambil nonton juga. Capek tau duduk di sini!” saran Anna.
Akhir-akhir ini berdekatan dan melakukan kontak fisik dengan Tony seperti tadi terasa asing bagi Anna. Ia dapat merasakan sikap Tony kepadanya memang sudah berubah. Dan ia tidak suka itu. Apalagi dengan kondisi Anna sekarang. Ia tidak ingin membawa Tony ke dalam bahaya.
Tony merentangkan tangan nya menggeliat, lalu menguap. “Huaaah! Lo bener! Gue emang butuh berbaring juga!” Tony beranjak ke sofa lalu menghidupkan televisi seperti saran Anna.
“Lo begadang ampe malem?” tanya Anna, ingat bahwa Tony bilang mereka merayakan kemenangan.
Tony mengangguk. “Sampe jam dua!”
Tony berbaring dengan bahu diganjal bantal.
“Pantes lo kusut gitu!” vonis Anna. “Trus gimana yang lain? Apa bisa kerja habis begadang gitu?”
“Denger-denger sih hari ini emang ga diwajibkan kerja semua. Hanya kepala divisi dan seorang staf yang wajib masuk kantor. Sisanya boleh libur.”
“Wah. Jadi lo dapat libur, bukan nya jadi ngambil cuti, ya?”
“Hu-uh.” Tony membenarkan sambil tangan nya masih memencet remot TV mencari siaran tanpa tahu siaran apa yang dicari karena Anna mengajaknya mengobrol.
Tok.Tok.
Perhatian Anna dan Tony beralih ke pintu masuk.
Seorang wanita cantik, bertubuh tinggi, menggunakan kemeja ketat yang membentuk lekuk tubuhnya dengan rok lipit sepaha yang menampilkan kaki putihnya yang jenjang tampak masuk.
Wanita itu mengenakan kacamata hitam dengan rambut panjang bergelombang yang membingkai wajah putihnya. Lipstik wanita itu merah menyala, namun tidak terlihat norak di wajahnya yang putih mulus.
Anna dan Tony masih berusaha mengenali saat akhirnya wanita itu melepas kacamata hitamnya dengan anggun.
Ahh! Anna dan Tony saling lirik dan saling ingat. Wanita itu adalah wanita yang ada di salah satu sampul majalah di rumah Tony. ZAYYANA!
“Permisi! Apakah kamu Anna?” suara halus wanita itu terdengar sangat terkontrol saat pandangannya tertuju kepada Anna.
Anna yang masih tercengang, mengangguk. Dalam kepala nya sedang berkecamuk pikiran dan pertanyaan, ada apa gerangan sang super model datang menemuinya.
“Oh.” Zayyana melirik Anna dari atas ke bawah. “Lumayan!” ia kembali menempatkan kacamata hitam di hidungnya yang lurus mancung.
Untung gue habis dibantu bersih-bersih, ucap Anna dalam hati. Kalau tidak, ia pasti merasa sangat insecure dinilai oleh seorang super model seperti itu. “Ada apa ya, Mbak?” tanya Anna menanyakan keperluan wanita cantik itu.
Zayyana melengos. Dengan anggun wanita itu duduk di kursi penunggu dekat Anna. Kakinya bersilang dengan anggun sementara tangan nya yang langsing dilipat di bawah dadanya yang penuh.
“Cuma mau memperingatkan!”
“Memperingatkan, apa?” Anna tak paham. Ia melihat ke arah Tony yang mengangkat bahu tanda tak mengerti, lalu ke arah wanita cantik itu.
“Jangan pernah berharap lebih kepada William!” suara Zayyana terdengar tajam dipertegas dengan telunjuknya yang berkuku panjang mengarah kepada Anna. “Ingat! William sudah punya kekasih!”
***