NovelToon NovelToon
Accidentally Wedding

Accidentally Wedding

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: Kunay

Berawal disalahpahami hendak mengakhiri hidup, kehidupan Greenindia Simon berubah layaknya Rollercoaster. Malam harinya ia masih menikmati embusan angin di sebuah tebing, menikmati hamparan bintang, siangnya dia tiba-tiba menjadi istri seorang pria asing yang baru dikenalnya.

"Daripada mengakhiri hidupmu, lebih baik kau menjadi istriku."

"Kau gila? Aku hanya sedang liburan, bukan sedang mencari suami."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kunay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kecemburuan dan Sebuah Rahasia

Rex menarik Green dari meja VIP. Ia tidak peduli dengan bisikan, atau tatapan marah Tania. Yang terpenting, ia harus segera membawa Green pergi dari area keributan.

​"Kau basah karena tumpahan di lantai. Pergi ke ruang ganti staf dan ganti seragammu. Cepat!" perintah Rex, mendorong Green pelan. "Aku tunggu di lobi staf."

​Green mengangguk cepat, bersyukur atas kesempatan untuk melarikan diri. Ia menundukkan kepala, berjalan cepat menuju pintu keluar area staf.

​Namun, tepat ketika Green mendekati pintu keluar—

​Sebuah tangan kuat mencengkeram lengan Green dari belakang dan menariknya mundur dengan sentakan keras.

​Rex, yang mengikuti Green beberapa langkah di belakang, terkejut. Ia segera melangkah maju, bersiap membela Green dari siapa pun yang berani mengganggunya.

​Pria itu berbalik. Rex membeku di tempat. Matanya bertemu dengan sosok yang sangat ia kenal: Chester Anderson. Rex mengenal Chester, artis papan atas sekaligus tuan muda kedua Anderson. Mereka pernah bekerja sama beberapa tahun lalu.

​Rex hanya berdiri, mengamati adegan itu. Alisnya berkerut, amarahnya yang hendak meledak tiba-tiba digantikan oleh kecurigaan yang tajam. Chester mencengkeram Green dengan mata menyala-nyala.

​"Green!" desis Chester, matanya penuh amarah dan rasa dikhianati, fokusnya hanya tertuju pada Green. "Apa yang kau lakukan di sini?!"

​Green memejamkan mata sesaat. Situasi ini, disaksikan Rex di belakangnya, adalah mimpi buruk yang lengkap.

​"Chester, lepaskan aku," pinta Green, suaranya pelan.

​Rex tetap diam. Chester Anderson. Kenapa pria ini mencengkeram istriku seperti itu? Kenapa dia tampak begitu tertekan melihatnya?

​Dugaan buruk langsung memenuhi benak Rex: Apa ini alasan sebenarnya Green bekerja di pesta ini? Untuk bertemu dengannya?

​Chester sama sekali tidak memperhatikan keberadaan  Rex, yang kini menjadi penonton. "Kau meninggalkan kami, menolak semua yang kami tawarkan, dan kau sekarang malah memilih menjadi staf layanan?"

Chester merasa sangat frustrasi. Sampai saat ini, dia belum menemukan cara yang tepat untuk membujuk ibunya, supaya bisa membuat Green kembali ke keluarga Green.

Sekarang adik bungsunya malah bekerja untuk melayani di pesta keluarganya.

​Green tahu ia harus segera mengakhiri ini. Ia menarik lengannya dengan paksa dari Chester.

​"Aku bekerja di sini, Chester," jawab Green, suaranya kini dingin. "Kau tidak berhak marah. Meski aku meninggalkan keluarga ini tiga tahun lalu. Aku tidak pernah menggunakan nama keluarga kebanggaan ibu."

​Chester hendak membalas, tetapi Green tidak memberinya kesempatan. “Jadi, ada baiknya kau tetap berpura-pura tidak melihatku atau kau akan benar-benar tidak akan pernah melihatku di mana pun.”

Chester terkesiap mendengar ancaman adiknya, ia tahu gadis di hadapannya tidak pernah bermain-main dengan ucapannya. Dia pasti akan melakukan apa pun yang dikatakan.

Tidak masalah kalau Green hanya pergi ke tempat yang aga jauh, dia akan punya cara untuk menemuinya tapi Chester tidak bisa membayangkan hal yang lebih mengerikan lagi dari sekedar ‘pergi'.

Green tidak ingin memperpanjang pembicaraan, ia berbalik pergi bahkan tidak memedulikan keberadaan Rex yang tadi bersamanya.

​Rex menatap kepergian Green. Ia tidak yakin  apakah harus menanyakan hubungan keduanya? Tetapi ia juga tidak percaya dengan kemarahan Chester yang begitu personal.

Akhirnya, Rex memilih untuk menunggu waktu yang tepat untuk berbicara dengan istrinya.

​Green segera masuk ke pintu darurat.

​Setelah mengganti seragamnya, Green kembali ke Ballroom. Ia menghindari meja VIP Rex, dan juga Meja Utama keluarga Anderson.

​Sisa acara berjalan lambat dan menyiksa bagi Green. Ia berusaha fokus, tetapi pandangannya tanpa sengaja selalu tertuju pada panggung saat Nyonya Anderson berdiri, tersenyum bahagia. Kemudian, pada sesi dansa keluarga, Green melihat Chester menari dengan ibunya. Kakak tertuanya berdansa dengan Emily, istrinya.

Green juga melihat seorang anak kecil yang mengikutinya tapi ia tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas karena seorang pengasuh selalu mengikutinya.

​Green berdiri di balik pilar besar, mengawasi. Ekspresinya rumit; sedih, cemburu, dan menyalahkan diri sendiri bercampur menjadi satu. Ia seharusnya berada di sana. Namun, ia memilih meninggalkan semua itu.

​Rex, yang kembali ke mejanya, sesekali melirik Green. Ia melihat kemurungan Green saat sesi dansa keluarga itu. Ekspresi rumit itu, pandangan yang penuh kerinduan pada Chester dan keluarganya, semakin menguatkan dugaan Rex.

​Dia pasti sangat sedih karena tidak bisa dekat dengan mereka. Rex yakin Green cemburu pada kemewahan dan koneksi sosial yang dimiliki Chester. Ia menganggap Green menginginkan kemewahan dan status yang dimiliki Chester, terutama setelah melihat pria itu begitu mendominasi di depan Green tadi.

Rex menganggap keduanya memiliki hubungan tapi dengan status Green dan Chester, keduanya seperti langit dan bumi. Green yang hanya seorang pekerja paruh waktu, sedangkan Chester—

​Rex kesal. Dia sudah menikah denganku, tapi matanya masih melihat pria lain. Kehidupan apa yang bisa diberikan pria itu?

​Acara selesai pukul satu malam. Green, dengan seluruh tenaganya terkuras, kembali ke apartemen lebih dulu menggunakan taksi online.

​Begitu pintu tertutup, semua dinding emosi Green runtuh. Ia tidak peduli dengan piama, tidak peduli dengan lampu yang belum dinyalakan. Ia berjalan ke jendela kamar tidur, menatap pemandangan kota yang berkilauan, dan mulai menangis.

​Isakannya keras, dipenuhi rasa bersalah, penyesalan, dan kesakitan karena melihat keluarganya dari kejauhan. Ia tersiksa. Ia menangis untuk tiga tahun pengasingan yang ia jatuhkan pada dirinya sendiri, untuk pernikahan palsu yang ia jalani, dan untuk semua yang hilang.

“Kenapa? Kenapa harus aku? Ayah, kenapa kau pergi? Ibu membenciku!!”

​Green memukul dadanya yang terasa sesak, menangis sampai matanya bengkak. Ia duduk merosot ke lantai dekat jendela, memeluk lututnya, dan tertidur karena kelelahan emosi yang luar biasa.

​Rex tiba di apartemen sekitar pukul dua pagi. Ia masuk dengan tenang, melemparkan kunci mobil di meja konsol. Ia segera menuju kamar, bersiap untuk konfrontasi dengan Green mengenai hubungannya dan Chester.

​Rex menyalakan lampu kamar. Ia terkejut.

​Green tidak ada di ranjang.

Di mana dia?

​Ia melihat ke lantai dekat jendela. Green tertidur di sana, meringkuk, wajahnya basah dan bengkak karena menangis, rambutnya berantakan, masih mengenakan pakaian kerjanya.

​Rex berjalan mendekat, menatap Green yang tampak begitu rentan. Kebenciannya menciut digantikan oleh rasa kasihan yang samar.

​Rex salah menafsirkan pemandangan ini.

​Apakah dia begitu putus asa karena tidak bisa menjalin hubungan dengan Chester? Rex menggeram kesal.

​Rex menghela napas panjang. Ia menganggap kesedihan Green ini adalah bukti betapa wanita itu sangat mencintai Chester, pria yang memiliki status sosial tinggi yang tidak mungkin bisa dia gapai.

​Rex membungkuk, mengangkat Green yang lemas dengan hati-hati, dan membaringkannya di ranjang. Ia menarik selimut menutupi tubuh Green, lalu berdiri memandangi wajah tidur istrinya.

​Rex menggeleng. Ia memutuskan untuk mengabaikan kecurigaannya, demi menjaga martabatnya sendiri.

​Ia berbalik, berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Sebelum menutup pintu, Rex menatap Green sekali lagi, lalu bergumam pelan,

​"Kau istriku, Green. Suka atau tidak. Aku tidak akan membiarkanmu memikirkan pria lain."

 

1
BCuan
maksa kali, Rex🤣🤣🤣
Fera Susanti
kasian juga green..
Fera Susanti
iya peluk aja yg erat biar ga kabur..😁
Fera Susanti
sampe part ini blm terbongkar kan alasan green sampe menjauh dr keluarga nya??..
Fera Susanti
ayo cepat terbongkar nona muda Anderson
hasatsk
greenidia belum menerima pernikahannya dengan Rex, sementara Rex menganggap pernikahannya tidak bisa di sebut konyol karena sudah tercatat secara agama dan catatan sipil ..
Fera Susanti
masih meraba raba..
hasatsk
Haha...Rex kena juga dikerjain greenidia....
Fera Susanti
apa???..🤭
Fera Susanti
teka teki silang
hasatsk
jadi greenidia keluar dari rumahnya karena disalahkan oleh ibunya atas kematian ayahnya......
hasatsk
mungkinkah itu Rex?
Fera Susanti
iiih siapa dia??
hasatsk
mau mengerjain eh malah dikerjain🤣🤣🤣
Fera Susanti
😁
hasatsk
haha..kamu kena jebakan Rex lagi, greenidia.....
hasatsk
kau benar, pada akhirnya akulah yang tertipu...haha
malam pertama Rex jadi merawat greenidia....
Fera Susanti
up
hasatsk
mulai terkuak .....
Fera Susanti
masih meraba raba..
semangat trs Thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!