Yang Kamu Curi Takkan Jadi Milikmu

Setelah makan malam, keduanya bersama dengan asisten pribadi mereka pun membicarakan masalah kerja sama perusahaan.

Henry sudah menjelaskan semuanya pada Eren. Hingga meskipun tadinya dia tidak begitu paham tentang bisnis. Pada akhirnya sedikit demi sedikit dia mengerti.

"Jadi, besok kita bisa pergi melihat lokasi pembangunan. Tuan Rayyan bisa meminta laporan apapun yang dibutuhkan, penawaran kami tidak akan mengecewakan!" kata Eren.

Dia mengatakan persis seperti apa yang di ajarkan oleh Henry. Tapi, sejak tadi Rayyan memang memperhatikan Eren. Namun bukan apa yang dikatakan oleh wanita itu. Melainkan caranya bicara.

'Dia sangat berbeda dengan Camelia. Dia terlihat seperti wanita yang sangat ambisius'

"Bos" tegur Robi yang melihat Rayyan malah bengong, bukannya menanggapi apa yang dikatakan oleh Eren di depannya.

Rayyan segera menoleh ke arah Robi.

"Bos, katakan sesuatu pada nona Eren!" kata Robi berbisik pada Rayyan.

Rayyan menoleh ke arah Eren. Wanita itu tampak menunggu jawaban Rayyan.

"Tentu saja"

Robi mengelus dadanya. Untung saja jawaban itu masuk akal dan nyambung.

"Baiklah, kalau begitu sampai jumpa besok tuan Rayyan!" kata Eren yang segera berdiri.

Tobias mengulurkan tangannya, memberikan tangannya itu sebagai tumpuan untuk tangan Eren. Dan lagi-lagi, pandangan mata Rayyan tertuju pada tangan itu.

"Kalian punya hubungan..." Rayyan menjeda ucapannya sendiri. Dia juga bingung, kenapa dia bertanya tentang hal seperti itu pada Eren dan Tobias.

Henry menoleh,

"Dokter Tobias, adalah dokter pribadi nona Eren!" jelas Henry dia langsung menganggukkan kepalanya dan berjalan mengikuti Eren dan Tobias.

Robi yang memang suka kepoan orangnya. Langsung menginterogasi bosnya itu.

"Bos, ada apa ini? kenapa sejak tadi bos bengong, melamun, bahkan bertanya hubungan antara nona Eren dan dokter pribadinya itu. Bos tidak sedang berpikir jatuh cinta pada pandangan pertama pada wanita lain kan?" tanya Robi terus terang.

Rayyan langsung memukul lengan Robi.

Plakk

"Mana ada, aku tidak berpikir seperti itu. Aku hanya mencintai istriku, Camelia Wiraatmadja. Selamanya hanya akan dia!" ujar Rayyan dengan keyakinan penuh.

Dan, keyakinan Rayyan itu beralasan. Karena dia memang hanya mencintai Camelia, maka dia pun merasa perasaannya tadi hanya sebatas rasa heran dan penasaran, karena suara Eren sangat mirip dengan suara Camelia.

"Aku merindukan istriku, aku akan mengirim pesan padanya!" kata Rayyan yang segera keluar dari ruangan itu menuju ke sebuah balkon besar yang memang termasuk area restoran itu.

Rayyan mengirim pesan pada istrinya.

Rayyan: "Sayang, apa yang sedang kamu lakukan? apa makan malammu hari ini? aku sudah selesai meeting pertama dengan klien, besok aku akan pergi ke lokasi pembangunan. Aku sangat merindukanmu"

Camelia palsu aka Raisa: [Aku sedang terapi. Makan malam tadi, ibu memasakkan sup daging. Masakan ibu sangat enak. Aku juga sangat merindukanmu, kak Rayyan. Cepatlah kembali]

Rayyan tersenyum membaca balasan pesan dari istrinya itu. Dia sangat bersemangat.

Rayyan: "Aku akan bawakan oleh-oleh untukmu. Aku dengar disini banyak pengrajin lukisan, kamu pasti sangat suka. Mau aku belikan beberapa?"

Tanya Rayyan antusias, dia sangat berharap istrinya bisa kembali melukis. Dia sangat menyukai lukisan Camelia. Ada rasa damai saat menatap Setipa garis, lekuk dan warna dari tarian kuas yang dibuat oleh Camelia itu.

Namun di tempatnya berada. Raisa yang saat ini menggunakan identitas Camelia. Terlihat kesal. Dia mendengus kesal membaca pesan dari Rayyan itu.

'Siapa yang suka lukisan. Kota itu penuh dengan pengrajin berlian. Kenapa juga malah menawarkan lukisan. Ck, selera Camelia memang menyulitkan aku. Sudah tidak bisa berinisiatif pada kak Rayyan, sekarang aku harus berpura-pura suka lukisan yang membosankan. Ini menyebalkan!' gerutu Raisa dalam hatinya.

Namun kalau dia menolak, dan meminta hal lain. Rayyan mungkin akan curiga padanya. Maka Raisa pun mengetik pesan yang sebenarnya tidak sesuai dengan apa yang dia inginkan di dalam hatinya.

Raisa aka Camelia palsu: "Iya kak Rayyan, jika tidak menyulitkanmu. Aku akan sangat senang kalau kak Rayyan membelikan aku beberapa"

Raisa meletakkan ponselnya kesal.

'Huh, sandiwara ini menyebalkan!' gerutunya kesal dalam hatinya.

Toh, meskipun dia sudah berusaha merebut tempat Camelia. Mencuri identitasnya. Tetap saja semua tidak bisa berjalan sesuai dengan keinginannya. Dia tetap tidak senang. Memangnya sejak kapan, berpura-pura membuat seorang bisa senang.

"Em...."

Raisa nyaris berteriak, ketika terapisnya menekan kakinya terlalu kuat.

'Hampir saja, brengsekkk sekali orang ini. Kalau bukan karena ibu mertua yang menyuruhnya. Aku sudah menendangnya!' kesal Raisa.

"Maafkan saya nyonya, apa terlalu kencang? saya akan lebih pelankan!" kata terapis itu.

Raisa aka Camelia palsu hanya bisa mengangguk.

Bahkan untuk marah pada pelayan saja, dia tidak bisa melakukannya. Kalau itu Raisa yang dulu, dia pasti sudah memecat wanita itu. Sayangnya, dia sekarang adalah Camelia. Mana mungkin Camelia memecat seseorang hanya karena melakukan satu saja kesalahan.

Di tempatnya berada. Rayyan bahkan masih tersenyum membaca pesan istrinya.

Rayyan: "Baiklah, kalau begitu kamu lanjutkan terapinya. Semoga kamu lekas pulih sayang. Sejujurnya, aku rindu sekali mendengar suaramu. Selamat malam sayang, aku mencintai"

Rayyan menyimpan ponselnya. Dia menatap langit malam yang penuh bintang itu. Dia selalu bisa membayangkan wajah Camelia di gelapnya langit malam itu.

"Rayyan!" panggil seseorang yang membuat Rayyan menoleh.

"Hani" balas Rayyan yang mengenal wanita yang menyapanya itu.

Hani yang sangat senang bertemu dengan Rayyan ingin memeluk pria itu. Tapi, pria itu segera menghindar.

Hani sedikit kecewa, tapi dia memang mengenal Rayyan. Pria itu sangat dingin pada wanita.

"Maafkan aku, aku terlalu senang bertemu denganmu. Aku dengar kamu sudah menikahi adik junior kita itu ya. Aku juga sudah dengar apa yang terjadi pada keluarganya. Selamat atas pernikahanmu. Apa kamu disini untuk bulan madu?" tanya Hani bertubi-tubi.

"Tidak, aku ada urusan pekerjaan!" jawab Rayyan singkat.

"Jadi, kamu sendirian?" tanya Hani lagi dengan tatapan yang sedikit aneh.

"Tidak, aku dengan Robi!" jawab Rayyan lagi.

"Begitukah? mau bergabung denganku? aku dan teman-teman lama kita akan pergi ke pulau besok..."

"Maaf Hani. Aku punya pekerjaan lain. Kalian bersenang-senanglah!" kata Rayyan yang memilih pergi meninggalkan wanita yang terlihat sangat kecewa karena dia bahkan belum menyelesaikan ucapannya, tapi Rayyan malah sudah pergi itu.

"Ck, sulit sekali sih mendekatinya. Kenapa wanita yang kabarnya bahkan bisuu setelah kebakaran itu malah bisa mendekatinya. Rasanya aku tidak bisa menerimanya, mumpung dia tidak bersama wanita itu, seharusnya aku bisa bersenang-senang dengannya kan?" gumam Hani yang sepertinya memiliki rencana yang tidak baik dalam hatinya.

"Bos, darimana saja?" tanya Robi yang sejak tadi mencari bosnya itu tapi baru menemukannya.

"Ada apa?" tanya Rayyan.

"Tuan Henry bilang, besok kita bisa pergi bersama ke lokasi pembangunan. Ternyata nona Eren dan tuan Henry juga menyewa dua kamar di hotel ini!" jelas Robi.

"Dua kamar? kenapa hanya dua? bukannya mereka bertiga?" tanya Rayyan.

Robi mengangkat alisnya curiga.

'Idih, si bos aneh. Mau sewa dua, mau sewa tiga, mau sewa sepuluh. Memangnya kenapa?' tanya Robi dalam hatinya.

Tapi saat Rayyan menyadari pertanyaannya sendiri itu terdengar aneh. Dia pun menghentikan langkahnya.

'Memangnya apa perduliku, kenapa aku bersikap seolah tak senang?' gumamnya dalam hati.

"Sudahlah! kita bisa janjian di lobi!" kata Rayyan yang segera menuju ke kamarnya.

***

Bersambung...