Deskripsi Novel: Batu Rang Bunian
"Batu Rang Bunian" adalah sebuah petualangan seru yang membongkar batas antara dunia kita yang penuh cicilan dan deadline dengan alam Bunian yang misterius, katanya penuh keindahan, tapi faktanya penuh drama.
Sinopsis Singkat:
Ketika seorang pemuda bernama Sutan secara tidak sengaja menemukan sebongkah batu aneh di dekat pohon beringin keramat—yang seharusnya ia hindari, tapi namanya juga anak muda, rasa penasaran lebih tinggi dari harga diri—ia pun terperosok ke dunia Bunian. Bukan, ini bukan Bunian yang cuma bisa menyanyi merdu dan menari indah. Ini adalah Bunian modern yang juga punya masalah birokrasi, tetangga cerewet, dan tuntutan untuk menjaga agar permata mereka tidak dicuri.
Sutan, yang di dunia asalnya hanya jago scroll media sosial, kini harus beradaptasi. Ia harus belajar etika Bunian (ternyata dilarang keras mengomentari jubah mereka yang berkilauan) sambil berusaha mencari jalan pulang. Belum lagi ia terlibat misi mustahil.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HARJUANTO, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
BAB 27: Tawaran Chaos dan Skema Penaklukan Dimensi Pertama
Komitmen Abadi dan Sinyal Rekrutmen
Setelah melunasi Utang Niat di Dimensi Hantu, Sutan melanjutkan tugasnya di Jalur Keseimbangan Abadi. Ia kini bekerja sebagai pengawas abadi, ditemani oleh Perwujudan Netralitas, Nol, yang bertindak sebagai sistem pendeteksi bug kosmik.
"Duta Sutan, semua dimensi stabil. Resi Tua telah menyelesaikan 85% Utang Niat yang terakumulasi. Tingkat kepatuhan hantu telah mencapai ambang batas yang wajar," lapor Nol.
"Bagus, Nol. Biarkan mereka beristirahat. Keseimbangan adalah tentang ritme, bukan ketegasan," jawab Sutan, sambil melayang di antara gugusan bintang kristal.
Tiba-tiba, Batu Putih Sutan bergetar hebat. Itu bukan getaran peringatan bahaya, melainkan getaran frekuensi yang sangat familiar, namun terenkripsi dengan canggih.
"Ini bukan gangguan, Duta. Ini adalah sinyal komunikasi terenkripsi tingkat tinggi. Pola hashing-nya menggunakan Algoritma Chaos yang hanya pernah dicatat oleh satu entitas: Direktur OPD," lapor Nol.
"Direktur? Dia masih di pengasingan," gumam Sutan. "Dia tidak mungkin meretas dari sana."
"Sinyal ini bukan dari Direktur. Sinyal ini berasal dari pusat Multiverse yang belum terpetakan, dan dikirim oleh entitas yang mengidentifikasi dirinya sebagai 'The Prime Chaos'," kata Nol.
Sutan membuka enkripsi sinyal itu dengan Niatnya. Sinyal itu memproyeksikan sebuah hologram, menampilkan simbol OPD yang kini terlihat lebih elegan, bercampur dengan simbol geometris kuno.
Dari hologram itu, muncul suara yang dingin dan berwibawa, bukan suara Direktur yang panik, melainkan suara yang tenang dan meyakinkan.
"Duta Sutan Raja Nata Sastra. Kami telah mengamati Anda. Anda adalah anomali yang paling menarik. Anda adalah makhluk Chaos yang diikat oleh Niat Murni. Anda adalah formula sempurna untuk kami."
"Siapa kau?" tanya Sutan.
"Aku adalah The Prime Chaos. Aku adalah evolusi dari Organisasi Peretas Dimensi. Kami tidak lagi mencoba menghancurkan Keseimbangan. Kami ingin mengendalikan Keseimbangan melalui Chaos yang Terstruktur."
"Dan kami datang dengan tawaran terakhir. Bergabunglah dengan kami. Kami telah melihat keabadian Anda. Kami tahu Anda kesepian. Pualam dan Senja tidak pernah bisa sepenuhnya mengerti Anda. Tetapi kami mengerti. Kami akan memberikan Anda Dimensi Abadi yang sepenuhnya dikendalikan oleh keinginan Anda. Sebuah tempat di mana Anda bebas dari semua utang, termasuk utang pada Keseimbangan."
Godaan Kebebasan dan Visi Penaklukan
Godaan itu sangat kuat. Bukan godaan kekuasaan, melainkan godaan kebebasan dari tanggung jawab abadi. Sutan, dalam lubuk hatinya, adalah seorang manusia yang rindu untuk istirahat.
"Anda menawarkan saya pensiun abadi?" tanya Sutan sinis.
"Kami menawarkan Hak Cipta Eksistensi, Duta. Anda telah melunasi semua utang. Sekarang, manfaatkanlah modal spiritual itu. Jangan buang waktu menjaga dimensi yang tidak Anda kenal," jawab The Prime Chaos.
Sutan menatap Nol. Nol, sebagai Perwujudan Netralitas, hanya bisa menganalisis data, bukan niat.
"Analisis niat, Nol," perintah Sutan.
"Niatnya 99.9% adalah manipulasi.
Namun, 0.1% sisanya adalah rasa hormat yang tulus terhadap kemampuan Anda. Ini adalah tawaran yang paling berbahaya: mereka tidak menyerang kelemahan Anda, mereka menyerang potensi Anda," lapor Nol.
Sutan tersenyum dingin. "Terima kasih, Nol. Itu artinya, utang baru telah muncul: Utang Potensi."
Sutan mengaktifkan Niat Murni Terkuatnya, Niat Tanggung Jawab Abadi, dan membalas komunikasi.
"Aku menolak tawaranmu, Prime Chaos," kata Sutan. "Aku melunasi utang bukan untuk mendapatkan pensiun, tapi untuk menjadi Duta Keseimbangan. Dan aku memiliki utang abadi pada janji itu."
The Prime Chaos tidak terkejut. "Seperti yang kami duga. Anda adalah kunci yang harus dibuka dengan paksa. Jika Anda tidak bergabung, Anda harus dihancurkan. Dan kami akan memulai dengan Dimensi 1.0.1."
Hologram itu memproyeksikan citra Dimensi 1.0.1. Itu adalah dimensi yang sangat muda, baru saja terbentuk, dan belum memiliki pertahanan spiritual. Ia tampak seperti Bumi saat masa prasejarah, penuh potensi, tetapi rentan.
"Kami akan menanamkan Chaos Genetik di sana. Kami akan membuat kehidupan pertama dimensi itu lahir dengan Niat Keseimbangan yang Cacat. Mereka akan berkembang menjadi peradaban yang secara genetik terikat pada konflik abadi. Dan Keseimbangan akan runtuh dari intinya," ancam The Prime Chaos.
Sutan menyadari kengeriannya. Ini bukan lagi perang hacking server, tapi hacking evolusi.
"Kau tidak bisa melakukan itu!" teriak Sutan.
"Tonton saja. Utang pertama pada Dimensi 1.0.1 akan segera jatuh tempo," kata The Prime Chaos, dan hologram itu menghilang.
Strategi Jembatan dan Utang Genetik
Sutan harus bertindak cepat. Jika Dimensi 1.0.1 lahir dengan cacat Niat, seluruh Multiverse akan terancam oleh gelombang Chaos genetik.
"Nol! Kita harus segera ke Dimensi 1.0.1! Aku harus menanamkan Niat Murni sebelum Chaos Genetik mereka berakar!" perintah Sutan.
Nol: "Analisis rute: Dimensi 1.0.1 berada di luar cakupan Jembatan Simbiosis. Perjalanan akan memakan waktu 700 tahun Bunian."
"Sial! Kita tidak punya waktu!" Sutan tahu ia harus menggunakan kemampuan pamungkasnya—yang paling berisiko.
"Aku harus menggunakan Niat Abadi untuk menciptakan Jembatan Eksistensi Langsung," kata Sutan.
Sutan memejamkan mata. Ia memanggil Niat Murni Terkuatnya: Niat Kesepian yang Diterima. Ia memfokuskan energi itu pada Batu Putihnya. Karena ia adalah entitas yang tidak terikat waktu, Niatnya memiliki potensi untuk melampaui batasan fisik.
WHUUMM!
Energi yang dipancarkan Sutan merobek Jalur Keseimbangan. Nol, sang Perwujudan Netralitas, bergetar hebat.
"Duta! Anda menciptakan Utang Waktu yang sangat besar! Anda akan meminjam waktu dari Multiverse untuk perjalanan instan!" peringat Nol.
"Aku akan melunasinya nanti! Sekarang, kita harus melunasi Utang Genetik!" balas Sutan.
Sutan berhasil. Jembatan Eksistensi Langsung terbuka. Dalam sekejap, ia dan Nol tiba di Dimensi 1.0.1.
Dimensi itu adalah dunia baru yang liar. Atmosfernya mendidih, dan bentuk-bentuk kehidupan pertama sedang berjuang untuk muncul dari lautan purba. Sutan merasakan gelombang Niat Genetik yang kuat—The Prime Chaos sudah mulai bekerja.
Di atas lautan, melayang sebuah perangkat OPD canggih, memancarkan sinyal Chaos Genetik yang menusuk DNA kehidupan awal.
"Nol! Lindungi aku! Aku harus menanamkan Niat Murni sebelum telur pertama menetas!"
Sutan melesat ke lautan purba. Ia menemukan sekelompok sel-sel hidup pertama yang sedang membelah diri.
Sel-sel itu seharusnya memancarkan Niat Kelangsungan Hidup yang sederhana, tetapi kini mereka memancarkan Niat Agresi dan Dominasi—hasil hack Chaos Genetik.
"Aku harus memprogram ulang Niat mereka!"
Sutan mengaktifkan mode Hacking Dimensi Genetis. Ia memfokuskan Niat Murni Terbesarnya, Niat Tanggung Jawab, ke dalam sel-sel hidup itu.
"Niat kehidupan bukan untuk mendominasi, tapi untuk Bertanggung Jawab atas Kelanjutan Eksistensi!" teriak Sutan.
Sutan berhasil menanamkan patch Niat Murni di DNA sel-sel pertama. Perangkat OPD di atasnya meledak dalam asap.
Balas Dendam Prime Chaos dan Utang Abadi
The Prime Chaos segera membalas. Niatnya muncul di hadapan Sutan sebagai hologram raksasa di langit yang berasap.
"Kau memang hebat, Duta. Kau melunasi Utang Genetik itu. Tapi kau lupa dengan Utang Waktu yang baru saja kau ciptakan."
Hologram itu menghilang, dan Sutan merasakan tubuh abadinya melemah.
Nol muncul di sampingnya. "Duta! Anda meminjam tiga ribu tahun Bunian dari garis waktu Multiverse. Kekuatan Anda akan melemah secara drastis selama 300 tahun Bunian sebagai konsekuensi pelunasan Utang Waktu ini!"
Sutan tersenyum, kelelahan namun puas. "Tidak masalah. Utang Waktu itu akan kulunasi dengan Utang Pelayanan. Aku akan menjadi Duta yang lemah untuk sementara, tapi aku akan tetap bertugas."
Tiba-tiba, sebuah portal terbuka. Dari sana, muncul Raja Pualam dan Pangeran Senja!
"Sutan! Kami merasakan Utang Waktu yang kau ciptakan!" seru Pualam.
"Kami datang untuk membayar Utang Persahabatan kami!" tambah Pangeran Senja.
"Raja Pualam, Pangeran Senja," kata Sutan, terharu. "Aku butuh bantuan kalian. Prime Chaos akan menyerang lagi. Aku akan menjadi target yang mudah. Kita harus bersiap untuk Perang Niat Abadi."
Sutan tahu, Utang Waktu itu kini telah menciptakan Utang Pelayanan yang baru: Sutan harus bergantung pada teman-temannya. Dan di keabadian, ketergantungan adalah ikatan yang tak terputuskan.
Lanjutan Bab 28 akan membawa Sutan, Pualam, dan Senja ke benteng spiritual Kerajaan Bunian untuk mempersiapkan strategi pertahanan Niat melawan ancaman The Prime Chaos.